All Chapters of Makin Tua Makin Cinta: Chapter 51 - Chapter 60
132 Chapters
Cekcok
            Angin malam Kota Jakarta yang kasar dan kotor bertiup menerbangkan anak rambut Hana. Berkali-kali Hana tampak sibuk membenahi anak rambutnya. Bahkan terhitung lebih sering membetulkan anak rambutnya daripada bicara dengan pria yang duduk di seberang mejanya.            “Kenapa akhirnya kamu mau ketemu sama aku?” Hana menggigit sedikit lapisan bibirnya yang kering, menahan bibirnya agar tidak tersenyum kaku menyadari betapa konyol pertanyaannya barusan.            Jelas Arya mau. Bagaimana tidak, Hana mengiming-imingi Arya dengan embel-embel mengikhlaskan uang sepuluh jutanya. Tapi sebenarnya, jauh di dalam hati Hana mau mendengar alasan yang entah. Entah itu kalimat kangen, kalimat ingin bertemu dengan Hana karena rindu, atau sejenisnya.      &
Read more
Yang Tidak Hana Tahu
            Hening seketika mengambil alih percakapan. Setelah tamparan yang telak, Arya yang wajahnya sampai berputar cuma bisa diam memegangi pipi kirinya. Sementara Hana, di seberang meja ia tampak berdiri mematung. Napasnya memburu, amarahnya meluap-luap, meski berderai air mata, Hana masih cukup berani menatap Arya tajam.            “Gue pengen ketemu sama lo bukan buat ribut, Ya.” Hana melipat kedua kakinya, mendaratkan pantatnya kembali ke kursi meski rasaya ia masih ingin menampar Arya lagi. “Gue coba ngomong baik-baik sama lo. Gue pengen hubungan kita baik-baik lagi. Walaupun nggak bisa kayak sebelumnya tapi minimal kita masih temenan. Nggak kayak sekarang.”            Arya memperpanjang kebisuannya. Lagipul tak ada yang perlu ia jawab. Pertemuan mereka di lantai dua coffe
Read more
Mendesak
            Sinar matahari pagi yang mengintip di balik jendela kamar membawa pulang Hana dari indahnya pulau mimpi. Alarm ponsel menyusul, tangan Hana terpaksa bergerak menyibak selimut tebal yang menutupi wajahnya. Udara pagi yang masih segar mengantar tubuhnya menyibak tirai jendela kamarnya kebar-lebar. Sambil meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku, tak lupa ia merapikan kamar tidur seperlunya.            Baru jam 6 pagi, masih cukup waktu untuk Hana sebelum terjebak kesibukan kantor. Bath up di kamar mandi jadi pilihan. Air hangat yang merendam tubuhnya terkecuali sebagian wajah dan hidung seperti memberikan pijatan untuk tubuh dan kepala Hana yang penat.            Setengah jam berlalu sejak ia membuka mata hari ini. Hana sudah duduk di meja makan. Berhadapan roti lapis isi cokelat kesukaannya.
Read more
Tidak Semena-mena
            Awalnya, Pak Robert sedikit kaget mendengar pertanyaan Hana. Tapi hanya dalam sekejap, ia buru-buru mengubah mimik mukanya jadi biasa lagi. Menarik napas panjang, sebagai bos di tempat ini ia tak mau kalimat yang keluar dari mulutnya justru memperkeruh suasana.            Ia harus tenang, meski sadar kalau bangkai yang selama ini ia tutupi akhirnya tercium Hana juga.            “Kamu benar-benar mencari tahu soal itu ya ternyata.” Riuh ruang kantor di jam istirahat mendadak menjauh. “Aku sampai nggak menyangkanya loh. Hebat.”            “Saya sedang nggak ingin diajak bercanda, Pak.” Hana membetulkan posisi duduknya. Tegap, tegak lurus menatap sengit lawan bicaranya. “Jadi benar, Pak Robert
Read more
Cerita Versi Beda
“Kenapa diam?” Pak Robert membuyarkan lamunan Hana. “Udah puas kamu salah-salahin saya? Atau kamu baru tahu kalau ternyata bukti dan pengadilan itu nggak ada di cerita versi Arya?” Hana menelan ludah, menggeleng lantas tertunduk lesu. “Kalau ditanya, sebenarnya saya juga kasihan sama Arya, Han.” Mendengar suara Pak Robert Hana sontak mengangkat wajahnya lagi diiringi tatapan bingung. Namun pikirannya masih kosong, sekarang ia lebih memilih diam daripada marah-marah yang ujung-ujungnya hanya membuat Hana malu. “Saya kasihan pas ketemu sama dia di restoran itu sama kamu. Ya orang tua mana sih yang nggak sakit hatinya? Meski Arya bukan anak saya, tapi saya tahu apa yang dirasakan kedua orang tuanya Arya.” Pak Robert sengaja menjeda kalimatnya hanya untuk meraup wajah dengan kedua telapak tangannya. “Saya tahu bagaimana beratnya membesarkan seorang anak. Dari kecil saja saya udah bisa bayangkan berapa banyak uang yang dikelua
Read more
Nggak Butuh Ditolong
            “Lo gila apa, Han?! Udah gila kali lo ya. Nggak mungkin lah aku mau kerja di tempat bos bangs4t itu. Gila…. Yang bener aja!!”            Pertemuan kedua, kali Hana coba untuk mengajak Arya masuk PT. Cakra. Namun lagi-lagi Hana harus menelan pil pahit kenyataan. Benar kata Pak Robert, Arya langsung menolak mentah-mentah ajakannya.            “Tapi ini demi kebaikan kamu, Ya.” Hana merajuk, memasang wajah iba. Tangannya bergerak menangkup telapak tangan Arya yang ada di atas meja. “Kamu mau ya, Ya. Pliss… buat kali in aja kamu kabulin permintaanku.” Cuma ini satu-satunya pilihan yang Hana punya untuk menolong Arya. Anggap saja menebus kesalahan yang tak sengaja ia lakukan.           
Read more
Telepon Dari Costumer Care
            Sejak niat baiknya ditolak mentah-mentah Arya, Hana lantas mengubur dalam impiannya untuk kembali dekat dengan Arya. Percuma, ia tak akan tahan dengan semua sikap Arya. Hana pasti tak akan bisa melawan semua rasa bersalahnya saat melihat Arya yang sekarang.            Jadi mulai detik itu saat punggung Arya hilang ditelan ramainya pengunjung coffe shop, Hana putuskan untuk tidak lagi mau tahu apa pun soal Arya.            Mau Arya nantinya sekarat. Mau Arya nantinya jadi gelandangan. Mau Arya nantinya balik dan diterima lagi dalam keluarganya. Hana tak akan mau peduli lagi. Ia sudah bersumpah pada dirinya senduri tak akan mau tahu soal Arya.            “Toh dia sendiri yang bilang nggak butuh ditolong kan?” tegas Hana d
Read more
Pulang
            Kalau Hana ingat-ingat lagi, 6 bulan yang lalu adalah kali terakhir Hana menangis untuk orang lain. Saat menangisi kepergian Arya adalah di mana ia merasa sangat hancur. Enam bulan terlewati dan sekarang air matanya tumpah lagi lebih deras dari malam itu. Saking derasnya sampai napas Hana tersengal berkali-kali. Saking parahnya sampai wajahnya memerah padam.            “Stttt… udah, Han. Udah dong nangisnya.” Pak Robert yang duduk di bangku sopir seperti tak menyerah menenangkan Hana sambil sesering mungkin menekan klakson;. “Anjing… !!! Angkot sialan bikin macet!!” umpatnya.            “Hana lupa matiin mode silent di HP, Pak. Orang-orang rumah pada telponin Hana tapi malah Hana … malah Hana sibuk sendiri.”   &nbs
Read more
Biaya Pengobatan
            “Khemmm….”            Adegan romantis sepasang bapak dan anak mendadak terhenti saat terdengar suara berdeham dari belakang. Hana refleks melerai rankulannya. Kedua tangannya buru-buru bertolak menyapu air mata yang membasahi kedua pipinya.            “Keluarga Ibu Hartono?”Di sana, sejajar dengan tempat Pak Robert, berdiri seorang perawat laki-laki. Mengenakan pakaian dinas serba putihnya membawa setumpuk dokumen di tangannya. Matanya yang berbingkai beredar menatap Pak Robert, Hana dan Pak Hartono bergantian.“Iya saya Pak Hatono,” jawab Pak Hartono hendak berjalan mendekat tapi buru-buru tangan Hana menahan tubuhnya.“Biar Hana saja, Pak.” Senyum kaku merekah di bibir Hana. Senyum yang tak selaras dengan wajahnya y
Read more
Syarat
Sembilan ratus lima puluh tujuh rupiah lebih tepatnya. Deretan angka yang mengunci sepasang mata Pak Robert tak berkedip beberapa detik. Angka yang fantasti, masih bisa tambah lagi kalau ditambah dengan biaya kamar rumah sakit selama Bu Hartono dirawat.“Hemm…. “ Sang dokter berdeham, membuyarkan Pak Robert yang tengah mengamati ulang semua angka di depan matanya. “Jadi bagaimana, Pak? Kalau sudah tidak ada yang ditanyakan, Ibu atau bapak bisa tanda tangan di dokumen pembayaran ya. Biar saya bantu.”“Enggg… I-Ini seriusan seriusan Dok angkanya? Hampir satu miliar loh,” tanya Pak Robert sembari menunjukkan angka-angka di lembar kertas yang ia pegangi.“Oh kalau misal dari keluarga menghendaki harga yang lebih murah kami bisa sarankan pakai dokter lain. Dokter bedah juga tapi bukan Dokter Atmaja.”Penjelasan Sang Dokter justru membuat Pak Robert memijat kening. Memang benar, dilihat dari semua ri
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status