All Chapters of Dendam Qarin Ibu: Chapter 11 - Chapter 13
13 Chapters
Bab 11
"Maliki! Bangun! Maliki!"Pemuda itu membuka mata. Dia melihat sekeliling, ibunya tampak cemas. Lalu, dia bangun dan menyadari dirinya ada di lantai depan."Ibu?""Kamu ngapain tidur di sini! Bangun!"Maliki melihat cuaca, langit masih kelam. Lalu dia bertanya pada ibunya ini jam berapa."Jam berapa ini, Bu?""Udah jam 4 subuh! Ngapain kamu tidur di sini, Maliki! Ayo bangun!"Wati mengangkat tubuh anaknya lalu membawa Maliki masuk. Pemuda itu masih bingung. Tapi dia ingat betul apa yang terjadi padanya semalam. Sosok Kamelia mencekiknya hingga dia hampir mati. Spontan, Maliki meraba lehernya. Apa semua itu hanya mimpi? Maliki berpikir keras.Wanita menyadari tingkah anak itu, lalu dia melihat anaknya mengusap-usap lehernya sendiri. Wati menyadari sesuatu."Tunggu! Leher kamu kenapa?"Wati menyingkirkan tangan Maliki dan membuat anaknya mendongak. Benar saja, leher anaknya membiru, tercetak jelas buku lima jari di sana."Kamu dicekik seseorang, Nak?" gumam Wati."Eh, ndak ... ndak kok
Read more
Bab 12
Rozi membuka tudung saji di meja, tidak ada apa pun. Dia menghela napas. Lalu pemuda itu mencari sesuatu di dalam kulkas. Ada telur. Dia langsung mengambil telur itu dan menggorengnya. Sembari menunggu minyak panas, Rozi melamun. Dulu, walau pun dia gak kerja, makanan selalu ada di meja. Tiap dia pulang memancing, walau tidak dapat ikan, tapi hampir setiap hari selalu ada ikan di meja makan, lengkap dengan sambal dan lalap. Sekarang ... kesepian itu benar-benar terasa. Barulah Rozi paham lirik lagu dangdut lawas yang bunyinya seperti ini, "Kalau sudah, tiada, baru terasa. Bahwa kehadirannya, sungguh bermakna."Dia menyesap air mata yang menggenang, menghapusnya sebelum dia mengalir. Minyak telah berasap, Rozi langsung memecahkan telur dan menggorengnya. Setelah selesai, dia mengambil nasi lalu makan dengan telur goreng beserta nasi yang diberi minyak dan garam. Pria itu makan lahap sekali. Sebenarnya dia malu numpang hidup dengan ibunya, tapi mau bagaimana lagi. Saat tengah makan, b
Read more
Bab 13
"Tolooong! Tolooong!" Suara teriakan Bu Hayati memecah suasana siang itu. Orang-orang berdatangan ke rumahnya. Mereka Mendapati Hayati menangis sembari meminta tolong pada warga."Kenapa, bulek?" tanya mereka.Hayati menangis-nangis sembari menunjuk ke dalam. "Pak Abdi ... dia ... dia mati!" ujarnya.Orang-orang terkejut. Mereka langsung masuk ke dalam rumah tersebut. Pemuda itu masuk ke dalam kamar belakang yang dihuni oleh Rozi dan Arumi. Mereka terkejut ketika melihat suami Bu Hayati itu tergeletak di lantai dengan mata melotot dan lidah menjulur serta kemaluan yang terkoyak."Astaghfirullah! Kenapa jadi gini?" gumam pemuda itu."Panggil, panggil polisi!" ujar mereka.Akhirnya, perangkat desa memanggil polisi karena warga tidak ada yang mau mendekat melihat kondisi jenazah yang mengerikan. Takutnya kena masalah nanti kan gawat.Polisi tiba di tempat kejadian perkara beberapa menit kemudian, mereka langsung membawa jasad Pak Abdi ke rumah sakit kepolisian untuk diotopsi. Sementara
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status