Semua Bab Bukan Gadis Simpanan Sugar Daddy: Bab 41 - Bab 50
102 Bab
41. Kau hanya mimpi bagiku, Kent
Lucia terbangun di sebuah ruangan yang di dominasi oleh warna putih. Aroma obat-obatan yang cukup familiar menguar. Gadis itu lantas meringis karena merasakan perih di bagian kening. “Ouch,” ringis Lucia sembari memegangi dahinya yang terbalut perban.“Lucia, kau sudah sadar?” Kent yang semula menatap ke luar jendela dengan kedua tangan tersimpan di dalam saku, lantas berjalan menuju ranjang di mana Lucia berbaring.Gurat kekhawatiran menghiasi wajah rupawan Kent saat itu. Namun tatapan hangat dan penuh perhatian pria itu berbalas dengan tatapan tajam Lucia. Karna menurutnya, Kent adalah penyebab dirinya diterpa masalah hari ini. “Aku sangat khawatir begitu mendengar kau mengalami kekerasan di tempat kerja, Lucia,” ucap Kent lirih sembari menyentuh dagu gadis itu, berharap Lucia dapat melihat ketulusan dari kedua mata elangnya.“Lepas! Jangan menyentuhku sembarangan!” Lucia memalingkan wajah dari Kent. Namun dengan keras kepala Kent kembali meraih wajah Lucia dengan kedua tangannya.
Baca selengkapnya
42. Kau pelacur yang sesungguhnya!
Suara bel yang di tekan berulang kali mengusik pendengaran Lucia yang masih terlelap. Gadis itu mengerjab dan bengun dari posisi tidurnya dengan engan, mengumpulkan nyawa sebelum akhirnya berjalan membukakan pintu untuk seseorang di luar. “Lagi pula, siapa yang datang sepagi ini,” geram Lucia kesal karena seseorang di luar terus menekan bel. Jam dinding menunjukan pukul 06.30. Terlalu pagi untuk seseorang bertamu. Gadis itu berjalan menuruni tangga dengan langkah malas. Begitu jarak antara dia dan pintu tersisa 3 meter, Lucia sekatika bersikap antisipasi. Dia sadar tidak seorang pun mendatangi rumah ini melainkan rekan Henry yang menagih hutang. Bisa saja seseorang yang berdiri di seberang pintu juga memiliki tujuan yang sama seperti orang-orang yang datang sebelumnya. Lucia menarik nafas dalam sebelum akhirnya membuka pintu. Ketakutannya berganti dengan debaran yang menyenangkan sekaligus menyakitkan di saat bersamaan. Kent berdiri di hadapannya dengan kotak berisi makanan terjinj
Baca selengkapnya
43. Rekaman video live streaming Lucia
“Lucia, berani-beraninya kau,” geram Lisa kesal sembari terus berjalan menghentak di sepanjang jalanan aspal. Belum pernah dia merasa terhina seperti sekarang. Kemarahannya kian bertambah karena orang yang membuatnya merasa terhina adalah Lucia, saudara kandungnya yang sangat dia benci. Bayangan ciuman panas antara Lucia dan Kent yang ia saksikan berkelibat di dalam kepalannya. Hal itu semakin membuatnya benci terhadap Lucia. Karena di masa lalu, Lisa begitu menginginkan Oliver Kent, Lisa bahkan pernah menggodanya tanpa sepengetahuan Eryk. Namun usahanya sia-sia, Kent sama sekali tidak menunjukan ketertarikan terhadapnya.“Tuan Kent, dari banyaknya wanita di dunia, kenapa harus Lucia yang kau pilih?” gumam Lisa dengan mata memerah. Sungguh Lisa tidak rela jika Lucia merasakan ketulusan kasih sayang dari seseorang yang pernah dia inginkan. Lisa ingin Lucia hancur! Sebuah ide buruk tiba-tiba saja muncul dalam benaknya. “Dia masih memiliki Ayah. Bagaimana jika aku buat ayah membenci j
Baca selengkapnya
44. Cinta tidak memandang usia
Kondisi kesehatan Lucia sudah jauh membaik hari itu. Di depan cermin gadis itu sedang memantas diri, berdandan dengan riasan wajah natural. Berulang kali Lucia melihat bayangannya yang memantul di cermin dengan tatapan penuh pertimbangan. Semenjak Kent menyatakan perasaan, Lucia menjadi lebih peduli dengan penampilannya.Suara bel membuatnya terkesiap. Lucia merasa gugup untuk menemui pria paruh baya yang belum lama ini menjadi kekasihnya.Saat pintu dibuka, tatapan Lucia langsung dimanjakan dengan pria paruh baya berparas rupawan yang tersenyum dan menatap kagum ke arahnya. “K-Kent, kau sudah datang.” Ucap Lucia terbata karena gugup. Gadis itu menutupi kegugupannya dengan menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya.“Kau sangat cantik sore ini, Lucia.” Puji Kent tulus yang seketika itu membuat wajah Lucia memerah. Gadis itu semakin salah tingkah saat Kent menghujaninya dengan tatapan kagum. Kedua tangannya saling memilin di depan tubuh. Ekspresi yang sangat menggemaskan, sehingg
Baca selengkapnya
45. Merenggut Keperawanan Lucia
“Bagaimana perasaanmu?” tanya Kent yang turut tersenyum lebar melihat raut wajah gadis itu bahagia. Tangan Kent berada di pinggang Lucia dengan gestur memiliki. “Tentu, Kent. Aku sangat bahagia hari ini.” Lucia mengangguk dengan kedua tangan saling bertaut di depan dada. Dia tidak pernah menyangka akan ada hari sebahagia itu dalam hidupnya yang getir. “Walau pun tidak banyak yang mengetahui hubungan kita, setidaknya Ayahku tahu. Selain Ayah, tidak ada orang lain yang menurutku lebih penting untuk mengetahui apa saja yang ada di dalam hidupku." Senyuman yang terus terkembang di wajah Lucia membuat pria itu tidak dapat menahan diri untuk tidak mengecup bibir mungil menggemaskan itu. Kent menarik Lucia untuk mempercepat langkah mereka menuju mobil di parkiran. “Apakah kau lapar, Babe?” tanya pria paruh baya itu begitu berada di balik kemudi. “Iya, Kent. Aku lapar. Tetapi ini sudah terlalu malam untuk makan di luar.” Jawaban gadis itu membuat Kent mengangguk mengerti. Pria itu lantas
Baca selengkapnya
46. Cinta beda usia
Lucia kaget saat terbangun dari tidur dan mendapati seorang pria masih terlelap dengan bertelanjang dada. Kedua mata gadis itu terbuka lebar saat menyibak selimut dan mendapati tubuhnya polos tanpa satu helai kain pun membalut tubuh. Ingatan kejadian panas semalam menghantam kepala gadis itu, dan wajahnya memerah setelahnya. “Gila, aku sudah benar-benar gila sekarang!” gadis itu mengutuk dirinya karena telah menyerahkan tubuh pada pria yang terlelap di sampingnya. Gadis itu dengan cepat bangkit dari posisi berbaring dan merasakan bagian sensitive di tubuh bawahnya sangat nyeri. “Ouch,” gadis itu meringis. Suara ringisan itu membangunkan Kent saat itu juga. “Apa yang terjadi, Babe?” tanya Kent sembari mengerjabkan mata berulang kali. Menghalau kantuk yang merayu kedua matanya untuk kembali terpejam. Pria itu pun duduk saat mendapati raut wajah panik Lucia. “Ouch,” kembali Lucia meringis sembari memegangi bagian tubuh bawahnya yang terasa nyeri dan perih saat dia bergerak. “Ada ap
Baca selengkapnya
47. Keputusan Yang Egois
Henry menyibak selimut yang menutupi tubuh. Pria itu menatap nanar pada kakinya yang bengkak, pada jarum infus yang beberapa tahun terakhir ini menjadi pendampinginya melewati hari. “Menyedihkan. Benar-benar tak berguna,” desis Henry sembari mengusap air mata yang lancang menegaskan kesedihan di dalam hatinya. Pria itu melepas selang infus yang tertancap di tangan. Darah segar keluar dari bekas tusukan jarum infus dan Henry menatapnya dengan senyuman penuh luka. Pria itu beringsut menuruni ranjang pesakitan yang telah menyiksanya dengan rasa bosan selama beberapa tahun ini. henry mengambil buku agenda Lucia yang tertinggal di atas nakas.Pria itu menarik nafas dalam sebelum akhirnya menulis kata-kata perpisahan untuk Lucia di atas lembar buku agenda tersebut. Henry meletakkan sebuah gelas di atas lembar yang berisi jajaran kalimat yang ia rangkai untuk puterinya. Dengan begitu ia berharap Lucia dapat membaca pesan darinya. Henry mengangkat kursi yang biasa diduduki Lucia saat berku
Baca selengkapnya
48. Tertangkap Kamera Paparazi
“Ini tidak mungkin,” desis Lisa sembari melempar ponsel di atas kasur. Gadis itu duduk terhenyak sembari menarik rambutnya setelah mendengar kabar kematian Henry. Megan yang mendengar desisan suara Lisa lantas menoleh, menghentikan aktifitas merias wajah sejenak. “Apanya yang tidak mungkin?” tanya Perempuan paruh baya itu sembari manaikkan satu alisnya mendekati dahi. “Ayah ditemukan meninggal karena bunuh diri, Bu. Ini salahku.” Ucap gadis itu penuh sesal. Kedua tangannya memeluk bagian tengah tubuh karena tiba-tiba saja menggigil ketakutan.Melihat ekspresi putri kesayangannya yang diliputi ketakutan dan rasa bersalah, Megan pun bangkin berdiri dan mendekati gadis itu. “Apa yang membuatmu merasa sangat bersalah, Lisa?” “Aku memperlihatkan video live streaming Lucia kepada Ayah. Mungkinkah keputusannya untuk mengakhiri hidup karena kesalahanku, Ibu? Seharusnya aku tidak memperlihatkan video itu kepadanya. Ayahku yang malang.” Lisa terus menyalahkan diri karena mempertontonkan vid
Baca selengkapnya
49. Dilema
“Hebat. Ini sangat hebat.” Dua orang Perempuan berjalan mendekat sembari bertepuk tangan dan mengulas senyum penuh hinaan. “Aku tidak menyangka jika anak gadisku yang manis bisa seliar ini. Bahkan dengan hebatnya menggait pria tampan dan kaya!” Kent yang sudah mengetahui tentang dua perempuan itu dari cerita Lucia hanya mendengus kesal. Dia siap mendaratkan tamparan di mulut masing-masing perempuan itu, tetapi ini belum saatnya. “Untuk apa kalian datang kemari!” pekik Lucia, tidak rela dua orang yang sudah mentelantarkan dia dan Henry hadir di sana. “Untuk apa? Tentu saja kehadiran kami untuk berbela sungkawa atas kematian ayahmu, bodoh! Dan kami ucapkan selamat, karena sekarang kau tidak perlu menjual diri untuk membiyayai pengobatan pria penyakitan itu.”Megan tertawa lantang setelah menyelesaikan kalimatnya, membuat Lucia geram, dan kendak kembali memaki. Namun Kent memegang tangannya untuk mengingatkan bahwa Lucia tidak perlu memerdulikan ucapan wanita iblis tersebut, tetapi Lu
Baca selengkapnya
50. Aku dan Kent saling mencintai!
Dengan bersungut Eryk berjalan menghampiri mobilnya menuju parkiran. Dia tidak bisa diam saja membiarkan seseorang merebut hati Kent. Sungguh tak rela mendiang Velarie digantikan dengan gadis yang ia jadikan mainan, bermula pertemuannya dengan gadis itu di sebuah club malam.Eryk segera membawa mobilnya menuju jalan utama dan melajukan kendaraan miliknya dengan kecepatan tinggi. Bara amarah mengambil alih dirinya, dia bahkan tidak peduli dengan keselamatan orang lain yang berkendara di jalanan yang sama. Umpatan dan bunyi klakson ditujukan padanya, namun Eryk seakan tuli dengan itu semua. “Awas kau jalang, aku akan membuat hidupmu hancur jika kau tidak pergi dari hidup ayahku,” gumam Eryk sembari menekan klakson dengan kesal saat sebuah mobil melaju di depannya. Selang beberapa menit mobil Eryk tiba di rumah Lucia. Dengan cepat dia memarkiran mobilnya dan berlari membuka pintu rumah itu tanpa menekan bel terlebih dahulu. Dan kebetulan pintu rumah Lucia tidak dikunci. “Cepat sekali
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status