All Chapters of DISELINGKUHI SUAMI DIBUCININ BERONDONG: Chapter 21 - Chapter 30
123 Chapters
You're My circle
“Hufftt ... lama-lama aku bisa gila kalau harus berinteraksi dengan orang satu itu terus,” gumam Ratih.Satu jam yang lalu, Ratih sudah tiba di kantor dan langsung bergegas ke ruangannya. Ia langsung duduk menghempaskan tubuh sambil menyandarkan punggungnya di kursi. Pesan masuk dari Derryl tadi benar-benar membuatnya kesal, ditambah lagi lirikan mata Derryl dengan kerlingan nakalnya seakan sedang menggoda Ratih.“Jangan-jangan dia sudah menjadikan aku target keisengannya. Bukankah Pak Surya tadi bilang kalau Derryl rajanya iseng. Akh ... sialan, kenapa juga harus berurusan dengan bocil macam dia. Kalau saja dia bukan atasanku sudah aku sentil telinganya. Gemes banget aku.”Ratih kembali menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.“Apa jangan-jangan kejadian malam itu sengaja dia lakukan untuk menjebakku. Namun, bagaimana mungkin kenal aja enggak waktu itu. Kenapa juga harus menjebakku?”Ratih masih sibuk
Read more
Godaan demi Godaan
“Eng ... .” Hanya kata itu yang keluar dari mulut Ratih.Lagi-lagi otaknya sudah tidak bisa mencerna maksud ucapan dari bos mudanya ini.“Mau nyoba, enggak?” Derryl memecah lamunan Ratih bahkan dia sudah melihat ke arah Ratih.Ratih ikut menoleh dan mendongakkan kepala perlahan. “Nyoba apa, Pak?”“Nyoba aku peluk?” ujar Derryl dengan mata mengerling nakal.Sontak Ratih terbelalak kaget dan buru-buru memalingkan wajah. Ia merasa kalau wajahnya sudah memanas pasti sekarang warnanya sudah berubah tidak seperti biasanya. Sementara Derryl langsung terkekeh melihat ekspresi Ratih.“Astaga!! Kamu lucu banget, sih. Kok langsung terbakar gitu wajahmu. Merah banget.”Derryl masih tertawa bahkan tubuhnya terus terguncang melihat ke arah Ratih. Sedangkan Ratih hanya diam dan memalingkan wajahnya. Dia tidak mau menanggapi ulah bosnya yang aneh ini. Sepertinya tepat dugaan Ratih kalau dia
Read more
Kunjungan Pertama Ratih
Ratih masih terdiam duduk di sebelah Derryl sambil memperhatikan lalu lintas malam ini. Usai makan malam yang super pedas tadi, mereka langsung pulang. Kali ini Derryl yang mengemudi, dia sekalian ingin mengingat jalan.Sepanjang perjalanan hanya alunan musik yang menjadi latar belakang mereka. Ratih sama sekali tidak bersuara dan sesekali menggigit bibirnya seakan sedang menyesali sesuatu. Selang beberapa saat mobil yang mereka tumpangi sudah memasuki pelataran parkir apartemen. Derryl segera memarkirnya dengan rapi dan bergegas keluar.“Terima kasih, Tih. Besok aku tidak akan merepotkanmu lagi.” Derryl berkata seperti itu sambil menyerahkan kunci mobil Ratih.“Iya, Pak.” Ratih menjawab masih dengan menundukkan kepala. Dia masih malu dengan kejadian di resto tadi. Padahal maunya dia membalas Derryl, tapi nyatanya malah dia yang dikerjai.“Kamu mau nunggu di sini semalaman?”Ratih terjingkat dan mengangkat kepala
Read more
Kebohongan di Atas Kebohongan
“Eng ... ya udah kalau begitu. Saya balik dulu, Pak,” ujar Ratih.Ratih bergegas membalikkan badan dan bersiap pergi. Namun, tangan Derryl sudah mencekal lengannya lebih dulu membuat Ratih urung melangkah.“Eits, siapa yang suruh kamu balik?”Ratih terbelalak dan membalikkan badan lagi hingga berhadapan dengan Derryl. Derryl langsung tersenyum menyeringai melihat Ratih.“Karena kamu di sini, kebetulan sekali. Bantuin aku untuk memeriksa beberapa berkas. Sekalian aku mau membahas tentang kemasan baru produk kita.”Ratih hanya diam dan berulang menelan ludah. Rasanya dia tidak akan kembali ke kantor dalam waktu cepat dan ujung-ujungnya Sasi juga Mawar akan mencarinya.“Jangan khawatir, aku akan kirim pesan ke Kresna agar Sasi tidak khawatir mencarimu.”Ratih semakin terkejut dengan ucapan Derryl dan spontan memegang tangan Derryl yang berdiri di depannya. Derryl terkejut dan melirik sekila
Read more
Sebuah Kekhawatiran
“Tih, kamu gak papa?” tanya Mawar khawatir.Ratih tidak menjawab hanya tangannya yang memberi isyarat. Setelahnya dia sudah berlari menuju toilet sambil menutup mulutnya dengan tangan.Ratih langsung mengeluarkan seluruh isi perutnya begitu tiba di toilet. Dia sendiri tidak tahu mengapa perutnya tiba-tiba mual dan enek seperti tadi. Setelah cukup lama mengeluarkan semua isi perutnya, Ratih keluar dari bilik toilet dan dia terkejut melihat Mawar sudah berada di sana.“Kamu baik-baik saja, Tih?” Mawar bertanya dengan penuh perhatian.“Iya, aku baik-baik saja. Hanya perutku enek dan mual.”Ratih sudah menyeka bibirnya sambil mencuci tangan di wastafel kemudian merapikan riasannya. Mawar masih berdiri mematung sambil melirik ke arah Ratih. Ratih melihat ekspresi sahabatnya itu.“Kamu kenapa?” tanya Ratih penasaran.Mawar menghela napas panjang sambil menatap ke arah Ratih.“Kamu
Read more
Pagi yang Meresahkan
“Eng ... Pak. Bisa minta tolong lepaskan saya!” cicit Ratih.Ia merasa risih saat Derryl tiba-tiba memeluknya. Perlahan Derryl mengurai pelukan dan kini tampak menatap tajam ke arah Ratih. Ratih hanya diam membisu sambil membalas tatapan Derryl dengan bingung.“Bapak kenapa?” Ratih malah bertanya seperti itu. Tentu saja Derryl langsung mengernyitkan alisnya.“Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Kamu kenapa?”Ratih terdiam dan masih mematung di depan pintu. Derryl berdecak sambil menggelengkan kepala.“Apa aku tidak diperbolehkan masuk?”Ratih bergegas mengangguk dan membuka lebih lebar pintu kabin apartemennya menyilakan Derryl masuk. Ratih bergegas menutup pintu begitu mereka berdua sudah masuk.“Kamu sakit?” Derryl kembali bertanya. Ratih hanya diam dan menggelengkan kepala. Ia tidak mau Derryl tahu kalau dia sedang tidak enak badan.“Terus kenapa tadi?&rdq
Read more
Bahagia dan Kecewa
“Ini ... ini ... satu garis. Itu artinya ... aku tidak hamil,” cicit Ratih lirih.Ada kelegaan luar biasa yang menyergapnya, tapi ada juga sedikit kesedihan. Entah mengapa Ratih tiba-tiba teringat kata-kata Wisnu dan Pak Samudro yang mengoloknya mandul. Ratih menunduk sambil menatap alat test pack itu. Ini bukan yang pertama kali Ratih menggunakan alat ini. Bahkan sudah berpuluh kali ia lakukan setiap telat datang bulan dan selalu seperti ini hasilnya.“Akh ... kenapa aku malah bersedih? Harusnya aku merasa lega karena aku tidak hamil. Itu artinya antara aku dan Pak Derryl tidak akan terjadi ikatan apa-apa.”Ratih terdiam dan langsung menyimpan alat test packnya ke dalam saku. Namun, mengapa tiba-tiba dadanya terasa sakit, seakan ada sesuatu yang terpendam tanpa sadar terkuak ke atas. Tanpa diminta buliran bening luruh membasahi pipi Ratih. Ia takut menghadapi kenyataan kalau dia memang mandul. Ini mimpi buruk kedua yang dia alami dalam h
Read more
First Dinner
Pukul 5 sore saat Ratih keluar dari ruangannya. Ia berjalan dengan cepat menuju lift, kali ini Ratih ingin secepatnya tiba di rumah dan beristirahat. Baru saja Ratih masuk ke dalam lift, tiba-tiba sebuah kaki mengekor langkahnya dan ikut masuk ke dalam lift.Ratih mendongakkan kepala dan melihat Derryl berdiri di sebelahnya.“Bapak juga baru selesai?” tanya Ratih berbasa basi.“Iya. Aku ingin pulang cepat kali ini.”Ratih hanya menganggukkan kepala sambil melirik Derryl sekilas. Seharian ini Ratih tidak bertemu dengan Derryl hanya saat meeting tadi pagi saja dan saat pulang kali ini.“Bagaimana masuk anginnya? Sudah reda?” Derryl memecah keheningan mereka.Ratih tersenyum dan mengangguk. Ia hampir lupa kalau belum mengucapkan terima kasih atas kiriman bubur ayam dan obat masuk angin tadi pagi.“Iya, sudah mendingan. Terima kasih untuk bubur ayam dan obat masuk anginnya, Pak.”Derr
Read more
Sebuah Penjelasan
“Heh!!” Ratih menoleh ke arah Derryl, menghentikan kunyahannya dan mengerjapkan mata dengan membola.Derryl ikut menghentikan makannya dan kini membalas tatapan Ratih dengan tajam. Mereka memang sedang duduk saling berhadapan dan tentu saja akan sangat mudah jika saling berpandangan seperti itu. Perlahan tangan Derryl terulur dan tanpa izin kembali menyentuh sudut bibir Ratih yang belepotan saos.Ratih sontak menunduk dan berulang menelan saliva. Entah keberapa kali Derryl melakukan hal ini, yang pasti dia sudah membuat jantung Ratih sangat tidak aman.“Sebenarnya berapa usiamu? Mengapa tiap kali makan selalu belepotan seperti anak kecil,” ujar Derryl. Ia menyodorkan tisu ke arah Ratih dan Ratih bergegas mengambilnya. Ia ingin buru-buru menyeka bibirnya sebelum Derryl melakukannya lagi.“Eng ... apa itu penting, Pak?”Derryl mengendikkan bahu sambil menatap Ratih kemudian menggeleng dengan cepat.“Ti
Read more
Sesuatu yang Mulai Ada
Ratih terdiam hanya duduk termenung di kursi kerjanya sambil sesekali meraba bibirnya. Ucapan terakhir Derryl pagi tadi masih terngiang di telinganya. Mereka memang tidak melakukan apa pun di malam itu, tapi ciuman dan kiss mark di tubuh Derryl itu nyata.“Itu artinya aku dan Pak Derryl pernah berciuman sebelumnya. Akh ... aku malu sekali. Ngapain juga aku pakai mabuk segala dan melakukan hal bodoh itu,” dumel Ratih penuh penyesalan.Berulang ia menghela napas sambil terus menggelengkan kepala seakan sedang menghalau sesuatu yang mengganjal benaknya. Cukup lama Ratih melakukan hal itu hingga tersadar akan panggilan Sasi.“Bu, meeting akan dimulai 10 menit lagi. Bu Ratih gak ke ruang meeting?”Ratih terjingkat kaget dari lamunan kemudian bergegas mengangguk. Ia segera berdiri sambil membawa beberapa berkas. Sasi berjalan mengiringi Ratih di belakangnya. Begitu masuk ke ruang meeting terlihat semua kursi sudah terisi lagi-lagi hanya
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status