Semua Bab Ketika Istri Sudah Mati Rasa: Bab 11 - Bab 20
33 Bab
Bab 11
Bab 11Aku yang masih tiduran ayam mendengar suara deru mesin mobil yang meninggalkan garasi mobil.Ku intip dari jendela kamar, ternyata Mas Ryan keluar rumah dengan tergesa-gesa. Entah kenapa hati ini bergerak dan aku ingin menyusulnya. Ku ganti pakaianku dengan kaos dan celana panjang. Ku sambar jaket kain yang ku beli di luar Negeri saat kedua orang tuaku masih hidup dahulu. Cukup tebal menahan terpaan angin malam yang dingin. Sedingin hatiku yang pilu.Menyambar kunci sepeda motor metic yang tergantung di sudut pintu kamar. Kendaraan yang dulunya sebagai transportasi ku saat diharuskan menjadi ibu rumah tangga. Bukan nggak ada mobil di garasi, tapi kalau pakai mobil ntar malah ketahuan dan lambat karena ruang gerak yang sempit.Nggak ku sia-siakan waktu yang ada. Sesudah mengingatkan asistenku untuk menutup pagar dan memastikan Anggia sudah tertidur pulas bersama Baby Sisternya, aku melajukan kendaraan menyusul mobil yang dikemudikan laki-laki yang masih menjabat suami itu.Untu
Baca selengkapnya
Bab 12
Bab 12Seandainya saja ada bahu tempat bersandar atau guling untuk ku peluk mungkin sudah remuk keduanya ku buat. "Karena apa?. Karena aku merasa menyesal, kenapa mesti menunggu ia yang menceraikanku. Aku kan bisa menggugatnya dengan semua bukti yang ku punya. Kenapa juga aku harus menunggu dan mengulur waktu. Untuk apa?.""Apa kalian berharap aku akan rujuk dengannya setelah rayuan gombalnya yang seolah memikirkan kebahagiaanku dengan Anggia?" "Oh, tidak." Bermimpi pun aku nggak mau.Terbukti sudah, kalau itu hanya omong kosong yang keluar dari lidah tak bertulang miliknya. Bahkan kini, mungkin ia lupa akan niatnya memperbaiki rumah tangga kami setelah ia tahu kalau gundiknya itu tengah hamil. Sudah pasti anak Ryan, bukan?Saat tiba di parkiran, ku hapus air mataku dengan tissu yang ku rogoh dari dalam tas selempang. Cukup sudah aku membuang air mata ini untuk pria yang tak berguna seperti Ryan. Ku ambil ponsel dari dalam saku celana dan menghubungi Om Wijaya saat itu juga."Om, a
Baca selengkapnya
Bab 13
Bab 13Entah berapa lama aku terdiam. Hingga kulihat penunjuk waktu sudah hampir sepertiga malam. Sajadah dan maha pemilik kehidupan adalah tempat satu-satunya aku bisa mengadukan semua yang kurasakan. Bersimpuh pada sang pencipta pemilik kehidupan. Ku ayunkan kaki menuju kamar. Beranjak ke kamar mandi untuk mensucikan diri lalu melaksanakan shalat tahajjud dan istiqarah. Memohon ampunan dan petunjuk pada sang pemilik kehidupan, mengadukan semua yang kini kurasakan.Bersujud dan bersimpuh di atas sajadah mencari suatu jawaban yang terbaik. Ku tadahkan tangan meminta maaf dan pengampunan-Nya. Memohon di berikan jalan kemudahan menentukan pilihan terbaik untuk hidupku dan Anggia. Aku yang manusia lemah sungguh tiada berdaya tanpa campur tangan sang pemilik takdir. Tak lagi ada nama suami yang dulu selalu ku sebut dalam tiap doaku. Buatku kini kehidupanku dan Anggia akan menjadi prioritas utama bagiku. Kini aku berada di titik terlelah dalam hari-hari yang ku jalani selama ini. Siapa y
Baca selengkapnya
Bab 14
Bab 14POV RyanAku sungguh terkejut saat mendengar suara wanita yang akhir-akhir ini membuatku merasa nyaman dan dimanjakan di atas ranjang itu terdengar merintih di balik layar ponselku.Tak ku pikir panjang, ku segera bergegas ingin menemuinya dan mengetahui keadaannya di rumah cluster yang ku belikan untuknya demi kenyamanannya sebagai wanita simpanan ku.Aku tau dia sahabat istriku, tapi ketamakan ku dan Sintya merajai diri. Tujuan kami sama dan satu frekuensi yang ingin memiliki semua apa yang di miliki Alexa istriku. Di tambah lagi tubuhnya yang langsing dan wajah manis membuatku kehilangan akal. Berbanding terbalik dengan istriku yang setelah melahirkan menjadi mirip karung beras. Di beberapa bagian tubuhnya malah bergelayut lemak yang membuat aku merasa infil. Janji suci pernikahan ku langgar demi melepas hasrat bersama Syntia. Tak kupikirkan sedikitpun perasaan wanita yang masih sah menjadi istri dan ibu dari anakku itu. Yang ku pikirkan hanya bagaimana membuat diri ini bah
Baca selengkapnya
Bab 15
Bab 15POV SyntiaAku yang tadi pulang kantor dengan perasaan kesal yang memuncak, karena di pecat secara tidak hormat oleh sahabatku yang sok kaya itu. Di tambah lagi dengan Mas Ryan yang hanya diam terpaku tak berniat mengejar atau mengantarku pulang dengan se-kardus barang bawaan ku dari meja kerja yang takkan ku tempati lagi.Sakit hatiku dianggap sampah oleh Alexa. Membuat aku takkan pernah menganggapnya sahabat lagi. Padahal yang namanya sahabat kan harus saling berbagi, wajarkan kalau aku meminta cintanya Ryan sedikit saja untukku. Kenapa malah si Alexa itu terima. Dasar serakah.Padahal ia sudah memiliki segalanya, harta melimpah, anak yang lucu dan suami yang tampan. Bolehlah aku ingin memiliki sedikit saja dari yang ia miliki.Disaat pikiran yang sedang berkecamuk, hati yang panas, memikirkan bagaimana hidupku kedepan bila tak lagi bekerja. Aku terus berpikir bagaimana caranya aku agar bisa menguasai dan mendapatkan apa yang dimiliki Alexa. Terutama cinta Ryan seutuhnya. T
Baca selengkapnya
Bab 16
"Alexa, sidang perceraian pertama Minggu depan ya, Om akan dampingi kamu, Apa kamu sudah siap?" Ucap Om Wijaya dalam ruang kerjaku."Beneran, Om. Secepat itu!" Tanyaku masih tak percaya."Iya, kenapa? Apa kamu belum yakin akan keputusanmu?" Tanya Om Wijaya menyelidik.Ya, semua bukti dan berkas perceraian sudah ku serahkan semua pada Om Wijaya. Ia selalu membuat ku bangga karena selalu bergerak cepat tiap menjalankan tugasnya. Nggak heran ia selalu menjadi orang kebanggaan Papa saat beliau masih hidup.Cara kerja Om Wijaya yang profesional dan lihai, membuat sepak terjangnya tak lagi bisa dipandang sebelah mata.Aku menarik napas panjang. Jantungku sedikit berdebar lebih cepat. Tak terasa status baru akan ku sandang beberapa bulan kedepan."Ale siap Om. Tak ada istilah mundur setelah maju kedepan," ucapku mantap."Soal hak asuh Anggia, apakah aman Om, aku sedikit merasa takut bila ia menuntut hak asuh anakku," ujarku lagi sedikit merasa gelisah."Tenang, bagaimanapun, anak di bawah li
Baca selengkapnya
Bab 17
Pagi ini, tubuhku terasa kurang enak, sekujur badan terasa sakit semua. Kepalaku terasa berat dan tubuh mendingin. Membuatku tak sanggup membuka mata yang terasa berat.Saat seperti inilah yang membuatku terasa rapuh, merasa tak memiliki siapapun. Sentuhan tangan Anggia yang menyentuh pipiku, membuatku tersadar kalau masih ada malaikat kecil yang memmbutuhkanku dan satu-satunya yang menjadi kekuatanku.Saat kedua netra ku paksa membuka ternyata bukan cuma Anggia beserta baby sisternya Nia, Siti, Yana dan juga Razka.Nyawaku yang masih belum seutuhnya sadar, seperti melihat sosok yang akhir-akhir ini mondar mandir keluar masuk ruanganku kini seperti di depan mata.Aku mengucek kedua bola mata dengan sesekali berkedip-kedip. Memastikan penglihatanku saat ini."Razka? Kenapa laki-laki itu ada di sini? Inikan kamarku," batinku.Tangan kecil Anggia yang menepuk pipiku kembali membuat aku tersadar dan berusaha duduk di ranjang sambil bersandar.Aku berusaha meraih Anggia, namun lagi-lagi ke
Baca selengkapnya
Bab 18
PoV Razka Satu hari sebelum penentuan siapa pengganti Sintya yang kabarnya akan dipilih langsung oleh pemilik perusahaan, Alexa Wardana."Bagaimana dengan Alexa, Pa? Apa Papa yakin ia akan memilihku sebagai tangan kanannya?" Tanyaku bimbang."Jangan khawatir, Alexa bukanlah perempuan bodoh. Ia takkan pernah mau jatuh ke lubang yang sama dua kali. Kau cukup jadi dirimu sendiri, Nak." Jawab sang Papa bijak."Bukannya selama ini kontribusi dan kemampuanmu untuk memajukan perusahaan itu terlihat nyata. Kau bersungguh-sungguh melakukannya, dasar cinta atau hanya kebetulan saja?" Tanya lelaki paruh baya itu lagi.Aku hanya bisa menarik napas panjang. Yang di katakan Papa benar adanya. Aku bekerja maksimal untuk terus memajukan perusahaan itu dengan ide-ide cemerlang yang ku punya. Sama seperti aku memajukan perusahaanku, meski dari belakang layar. Lubuk hatiku paling dalam, memang menyimpan rasa untuk wanita bernama Alexa itu. Walau sempat patah hati karena ia milih pria lain saat itu.
Baca selengkapnya
Bab 19
POV RyanAku yang sudah bangun sejam yang lalu kini sedang di landa kekesalan. Pasalnya dari tadi aku berusaha membangunkan Sintya, untuk memintanya membuatkan secangkir kopi, tapi wanita itu belum juga bangkit dari peraduannya."Ayolah, sayang. Mulutku sudah pahit kepingin minum kopi dari tadi," ucapku menggoyangkan bahu istri sirihku ini.Sintya menggeliat dan membuka matanya pelan. "Aku lagi hamil, Mas. Buat sendiri sana," tolaknya lalu melanjutkan kembali tidurnya.Menarik selimutnya hingga ke dada dan membalikkan badan membelakangiku. Membuat aku menarik napas panjang dan mendengus kesal.Tapi kali ini, aku mencoba mengerti. Mungkin Sintya terlalu lelah karena resepsi pernikahan kemaren. Aku bangkit dan membiarkannya melanjutkan tidurnya, mungkin sebentar lagi ia akan bangun untuk membuatkan sarapan atau makan siang kami nantinya.Pintu kamar ku buka dan keluar langsung menuju dapur. Membuat sendiri kopi untuk pertama kali. Aku tak lagi canggung di rumah ini, rumah cluster de
Baca selengkapnya
Bab 20
POV SintyaSungguh aku kesal saat laki-laki yang ku cintai itu membangunkan ku hanya karena sampah. Tepatnya karena uang sampah yang di berikan pada Paman Daniel ternyata malah masuk ke saku celana pamanku itu. Sementara orang yang membersihkan halaman rumahku akhirnya di cari sendiri oleh suamiku yang baru kemaren sah dalam agama. Jangan ditanya gimana rasa tubuhku hari ini setelah menjadi ratu sehari. Capek, pegel dan terasa baru di gebukin maling saking capeknya.Tapi suamiku itu, tak membiarkanku ngebangkong pagi ini. Dengan terpaksa aku bangun dengan sedikit ngelindur. Tanpa sadar, air liurku rupanya sudah penuh membasahi pipi dan bantal yang ku gunakan tadi. Segera aku bangkit dari ranjang, menghubungi Paman Daniel yang entah dimana keberadaannya sekarang. Tapi panggilanku sama sekali tak dijawabnya. Tiga kali aku mengulangi panggilan ponselnya, tapi tetap tak ada jawaban. Membuatku putus asa dan memilih meletakkan kembali benda pipih itu di meja rias. Pantulan wajahku di cerm
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status