Semua Bab Disayang Duda Kaya: Bab 31 - Bab 40
96 Bab
31 - BEBAS
Sidang pembacaan talak yang seharusnya dilakukan setelah beberapa kali mediasi, entah bagaimana hanya dilakukan satu kali saja.Awalnya Dimas menolak keras keputusan Lila untuk menceraikannya. Ia juga mengancam Lila melalui pengacaranya yang di sewa oleh keluarga Adnan.Dimas meminta untuk bertemu dengan Lila, namun ditolak mentah-mentah oleh pengacara Lila. Pengacara yang memiliki lokasi tinggal di kota solo, membuat Dimas berasumsi bahwa Lila tidak jauh darinya. Ia memaksa pengacara Lila berulang kali, hingga pengacara itu begitu kesal dengan kelakuan Dimas.Pengacara yang ternama di kota itu menunjukkan rekam medis Lila tentang gangguan mental yang dialami Lila pasca melahirkan. Pria itu juga mengancam suami Lila untuk menjebloskan ke penjara, jika Dimas tidak kooperatif.
Baca selengkapnya
32 - BERHARAP BANYAK
Lila melipat baju sambil memperhatikan film di layar televisi. Sesekali ia mendengar percakapan saja, tanpa memperhatikan teks terjemahan.Lila memang cukup pandai dalam berbahasa inggris saat masa sekolah menengah pertama dulu. Setelahnya Lila tidak pernah lagi belajar, jadi ia hanya tahu sedikit kosakata dalam bahasa inggris.Tiba-tiba saja Banyu datang bersama Raga yang kini sudah bisa mengangkat lehernya di usia empat bulan. Anak itu juga sangat ceria dan jarang menangis. Banyu yang mengasuh selama ini merasa bersyukur karena Raga benar-benar tidak merepotkan Lila atau orang-orang disekitarnya.“Mama lagi lipat baju adek, nih! Mama..” panggil Banyu yang mengikuti gaya bicara bayi untuk menyapa Lila.Lila hanya tersenyum kecil. Tangannya masih terus melipa
Baca selengkapnya
33 - HIDUP BARU
Lila kini tengah berpelukan dengan Diani lama. Pertama kalinya untuk Lila jauh dengan orang-orang yang ia anggap keluarganya sendiri. Apalagi kepergiannya kini untuk pergi ke tempat asing yang sangat berbeda dengan lingkungan tempat tinggalnya.Walaupun ia sudah biasa dengan perpisahan, tapi orang-orang ini adalah orang-orang yang masih bisa ia dengar suaranya dan lihat raganya. Bagi Lila, berpisah secara jiwa raga tanpa melihatnya memang sulit. Tapi, berjauhan dengan orang-orang yang selama ini menjadi tempat ia menggantungkan hidup akan jauh lebih sulit.Mereka ada, tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan untuknya. Lila hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri. Tapi ini kesempatan untuk Lila Wanita itu sangat bertekad untuk bisa mandiri dan berdiri diatas kakinya sendiri.Walaupun ada Kai, tapi Lila tidak begitu de
Baca selengkapnya
34 - TIDAK NYAMAN
Lila tiba di apartemen milik keluarga Adnan. Apartemen itu terlihat modern dengan banyak foto terpampang di beberapa sudut ruangan. Baru saja Lila memasuki ruangan besar dengan sofa yang langsung menghadap ke arah gedung pencakar langit di kota New York yang cukup padat itu.Mata Lila terlihat berbinar melihat pemandangan yang tak pernah ia lihat sebelumnya.Suasana sore hari di New York begitu mengagumkan dengan lampu kerlap-kerlip dari gedung-gedung di depannya. Juga lampu mobil dari jalanan yang padat terlihat seperti lautan cahaya bintang yang begitu indah di mata Lila.“Mbak, kamarnya Mbak di sini ya,” ucap Kai yang kini sudah berdiri di salah satu pintu.Lila segera berjalan mendekat. Ia tak sabar ingin tahu kamar yang akan dia tempati.Saat dibuka oleh
Baca selengkapnya
35 - TIDAK INGIN
Lila menaruh tasnya kemudian merenggangkan otot-otot yang kaku. Di umurnya sekarang, mengikuti teman-teman yang masih muda dengan stamina yang mumpuni membuat Lila kelelahan.Ia yang belum pernah tahu bagaimana rasanya menghabiskan waktu bersama teman merasa ketagihan. Jarak umur yang terpaut jauh antara dirinya dengan ketiga anak muda tadi tidak membuat Lila jadi orang yang membosankan. Lila bergaul dengan baik.Sementara itu teleponnya berdering dan menunjukkan nama Banyu disana. Tentu saja Lila segera mengangkatnya.Senyuman merekah Lila langsung menghilang saat melihat tampang kusut Banyu."Mas Banyu, disana masih pagi bangetkan? Ada apa?" tanya Lila.Banyu hanya menggeleng. Melihat wajah Lila seolah sesuatu yang ingin ia
Baca selengkapnya
36 - DRAMA
Nama Kai terpampang di ponsel milik Banyu. Pria yang sedang serius di ruang meeting pribadi dalam ruangannya sedikit terusik. Hatinya tak tenang jika nama Kai yang muncul di jam kerjanya.Meski Kai anak yang manja untuknya, tapi di umur Kai sekarang, Banyu yakin Kai tidak akan menelepon jika tidak ada sesuatu yang penting. Apalagi Lila saat ini bersama Kai.Banyu memberi isyarat untuk memberhentikan rapat sejenak. Tangannya segera meraih ponselnya dan beranjak dari tempat duduknya."Ada apa, Kai. Sebaiknya ini penting karena Abang sedang ada pekerjaan," ucap Banyu tegas karena tidak mau Kai membuang waktunya untuk sesuatu yang tidak penting."Hm. Ini soal Mbak Lila," ucap Kai di ujung sana sedikit ragu.
Baca selengkapnya
37 - KOTORAN KUKU
Lila nampak murung di satu malam, saat ketiganya sedang bercengkrama mesra seolah keluarga kecil bahagia yang memang terikat satu sama lain. Raga nampak begitu dekat dengan pria yang ia panggil ayah itu. Matanya juga selalu berbinar saat memanggil Lila. Otak mungilnya mungkin belum bisa memahami lebih jauh, tapi dia tahu, keluarga adalah mereka yang terus membersamainya. “Kenapa, La?” tanya Banyu yang menyadari raut wajah Lila yang nampak sendu. Dari ujung sana, Lila tampak ragu ingin mengeluarkan suaranya. Ia sesekali terbatuk kecil dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, tanda jika ia memang cemas akan mengatakan isi hatinya atau tidak. Banyu tersenyum kecil melihat tingkah Lila, “ngomong aja, La. Kamu mau apa?” “Emh, itu– Mas. Beberapa waktu lalu, Dimas kirim pesan ke aku lewat aplikasi instax, terus– dia– dia mau ketemu Raga. Menurut kamu–” “Kamu mau kasih Raga ke dia?” ucap Banyu dingin. Wajah ramahnya berubah seratus delapan puluh derajat. “Bukan, Mas. Aku cuma mau dia l
Baca selengkapnya
38 - SAWANG SINAWANG
Pria itu segera masuk ke dalam apartemen dan menaruh tas miliknya asal. Ia segera beranjak menuju ke kamar Lila dan mengetuk pintu kamarnya. Pria yang baru saja berumur sembilan belas tahun beberapa bulan lalu itu terlihat memasang senyum lebar saat Lila membuka pintunya. “Mbak Lila, Kai laper. Mau dong dibikinin mie instan yang custom ada kuah-kuahnya gitu. Yang dibumbui sendiri. Apa tuh, Mbak namanya?” Lila tersenyum lucu melihat Kai. “Mie rebus jawa gitu? Bentar ya, Kai. Mbak–” “Mbak habis nangis ya? Hidungnya merah, ingusnya sampe bibir, Mbak! Ih, jorok!” goda Kai untuk mengurai kesedihan Lila. Lila yang malu tentu saja langsung mengusap asal bawah hidungnya juga mata. Perempuan itu kemudian memukul Kai pelan. “Ih, Kai! Usil banget! Tungguin,” ucap Lila yang kemudian segera menutup pintunya untuk mencuci mukanya dan memperbaiki penampilannya terlebih dahulu sebelum membuatkan Kai makanan. Sementara itu Kai yang awalnya
Baca selengkapnya
39 - GILA
Dua tahun telah berlalu dengan cepat. Banyak yang sudah dilalui Lila selama belajar di negeri orang dengan perbedaan budaya dan latar belakang. Lila bukan lagi Lila yang dulu. Penampilannya kini lebih modis dengan tatanan riasan wajah tipis dan segar yang banyak dipelajari dari teman-teman barunya. Tidak hanya penampilan, kepribadian Lila juga banyak berubah. Perempuan yang banyak menunduk itu, kini bisa menatap lawan bicaranya dengan percaya diri. Senyuman juga banyak menghiasi wajah Lila di akhir-akhir masa belajarnya. Ia tidak sabar untuk bisa terjun ke dunia mode dan mengembangkan dirinya. Lila siap menghadapi hidupnya yang baru. Menata masa depannya dengan anak semata wayang yang entah mengapa rasanya semakin hari, semakin bertambah rasa cinta Lila pada Raga. Padahal Lila masih teringat jelas bagaimana ia menolak Raga. Ia bahkan tak mau menyusui Raga dan sangat muak dengan suara tangisan Raga. Kini semuanya berbeda, Lila siap me
Baca selengkapnya
40 - MENYAMBUT YANG DATANG
Ia segera beranjak menuju cermin dan mendapati lipstiknya sedikit tidak rapi karena ciuman panasnya tadi. Tiba-tiba ia kembali terbayang lembut dan hangatnya bibir Banyu. “Gila! Gila! Gila! Stop Lila! Kendalikan dirimu,” ucap Lila sambil mengatur nafasnya agar ia tidak gugup. Cepat Lila membenarkan riasannya. Ia juga menormalkan detak jantungnya sebelum keluar dari kamar. Berharap bisa menutupi kecanggungan yang akan muncul jika berhadapan dengan Banyu. Lagi-lagi, bukannya tenang. Lila terus teringat dengan ciuman mesra Banyu. Lila mendesah resah. Ia takut tak bisa menyembunyikan rasa gugup di wajahnya. Dugaannya benar, Baru saja ia keluar kamar. Lana sudah memandangnya dengan tatapan nakal yang membuat Lila memutar mata malas. “Kau pasti sudah tidak bisa menahannya kan? Jujur saja!” ucap lana bersemangat dan semakin bersemangat melihat pipi Lila yang bersemu merah. “Ah, kamu menggemaskan! Padahal aku ingin merebut laki-lak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status