Lahat ng Kabanata ng Disayang Duda Kaya: Kabanata 11 - Kabanata 20
96 Kabanata
11 - MEREBUT LILA
Bengkel memang tidak ada hari libur, para pekerjanya mengambil hari libur bergantian dan. Begitu juga bos pemilik bengkel yang memilih hari Rabu sebagai hari istirahatnya. Pria itu memilih untuk duduk di halaman depan rumahnya dengan pemandangan Lila yang sedang menyiram berbagai tanaman buah yang tumbuh subur di halaman depan vila megah miliknya..Sama halnya dengan Banyu yang hanya menatap Lila dari kejauhan, Lila juga mengabaikan keberadaan Banyu. Wanita itu asyik mengamati bunga yang mekar, juga sesekali mengambil daun yang telah layu. Seolah tak terganggu dengan keberadaan Banyu, wanita itu terus saja beraktifitas.Sambil menyesap kopinya, Banyu terus menatap Lila. Ia bisa menatap Lila sesukanya karena suami Lila yang sangat hobi menghilang sedang bekerja. Banyu tahu apa yang dilakukannya sangat tidak boleh dilakukan. Tapi, matanya tidak bisa beralih menat
Magbasa pa
12 - SEBATAS SUKA
Lila memandangi ponselnya. Ponsel bekas yang dibelikan oleh suaminya beberapa tahun lalu. Lila yang memiliki uang untuk mengganti ponselnya, tidak berniat membeli lagi ponsel yang baru dengan fitur canggih. Bagi Lila, ponsel pemberian dari suaminya ini sangat berharga. Lagi pula ia juga menggunakan ponsel seperlunya saja. Jadi untuk apa menggantinya?Setelah merapikan beberapa bagian rumah, wanita itu duduk bersandar untuk mengistirahatkan punggungnya yang terasa nyeri. Tangannya dengan cantik menekan-nekan layar ponselnya.Tangannya berhenti setelah layar ponselnya menunjukkan situs jual beli online dengan pakaian bayi yang berjajar apik di layar ponsel miliknya. Lila yang baru saja tahu tentang situs jual beli online dari Saimah, kini memandangi baju bayi yang bermacam-macam rupa dengan variasi harga yang tentunya berbeda-beda. Ia tertarik dengan set baju bay
Magbasa pa
13 - LARI
Senyuman terkembang dari wajah Diani. Sudah lama ia tak masuk ke dalam toko bayi dengan wangi khasnya yang membuat Diani candu. Terakhir sepertinya saat beberapa tahun lalu saat keponakan-keponakannya melahirkan anak mereka.Diani melihat pakaian anak-anak laki-laki yang tergantung dengan tema pelaut biru. Wajah Diani masih tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Ingatannya tentang mantan menantunya berkelebat di benaknya. Wajah menantunya yang cantik dengan perut membuncit membuat Diani mengamati Lila dengan seksama.Perempuan itu sedang melihat baju yang tergantung dengan wajah berbinar. Melihat wajah Lila yang sangat senang membuat Diani juga berpikir, apakah jika dulu ia mau menerima mantan menantunya, wanita itu mungkin tidak lari begitu saja. Mungkin ada yang membuat mantan menantunya bertahan. Pikiran seperti itu selalu berkelebat dalam benak Diani, tanpa D
Magbasa pa
14 - SALAH LAWAN
Banyu mengendarai mobil dengan santai. Membelah jalanan kota Surakarta yang begitu padat di siang hari. Ruas jalan searahnya bahkan tidak kalah macet saat jam kantor seperti ini. Kata siapa kemacetan hanya milik Ibukota Negara? Di beberapa sudut kota ini juga tidak kalah macet, apalagi jika saat jam masuk dan pulang sekolah.Banyu sesekali tersenyum tipis sambil bersenandung lirih. Situasi yang kini ia alami, sempat pernah ia idam-idamkan. Ia memiliki bayangan mengantarkan istrinya dan Ibunya secara bersamaan ke suatu tempat. Mungkin rasanya akan semenyenangkan ini. Banyu hanya bisa berharap didalam hatinya, jika suatu saat nanti ia akan memiliki istri seperti Lila yang mau bersama keluarganya. Bukannya malah memisahkannya dengan keluarganya.Walaupun di kasus-kasus tertentu ada Ibu mertua yang sangat merasa anak lelakinya akan selamanya menjadi miliknya, ia ya
Magbasa pa
15 - KAPANPUN KAMU MAU
Diani duduk di ruang makan dan melihat Banyu datang dengan Dimas. Wanita itu segera berdiri dan menyambut keduanya.“Gimana urusan kantor? Selesai?” tanya Diani pada Banyu.Banyu yang berhenti melangkah membuat Dimas yang semenjak tadi mengekor juga ikut berhenti. Dimas sedikit terkejut melihat Nyonya besarnya sudah berada di rumah itu. Ia merasa selalu tidak tahu menahu tentang kedatangan siapapun di rumah ini. Ia menjadi asing dengan posisinya.“Iya, Bu. Untung ada Dimas. Dia tadi yang bantu untuk klaim asuransi dan urusan di rumah sakit,” ucap Banyu yang kemudian menepuk pundak pria yang setahun lebih tua darinya itu.“Banyu ke kamar dulu ya, Bu. Mau mandi dulu,” ucap Banyu sambil menunjukkan beberapa noda darah.
Magbasa pa
16 - ISTIRAHAT
Lila tak menyadari, keduanya sudah tahu apa yang ada dipikiran Lila. Tapi, Ibu dan anak yang kini sedang berdiri berdampingan itu tetap meyakini bahwa Lila akan secepatnya mereka bawa ke Jakarta.Setelah berpamitan beberapa kali, akhirnya Diani pergi dengan mobilnya. Meninggalkan pelataran vila mewah miliknya.Sementara itu Lila, Banyu dan Saimah kembali masuk ke dalam rumah. Saimah kembali membereskan dapur, sedangkan Banyu duduk untuk makan beberapa makanan yang terhidang di depannya. Rasanya ia masih lapar walaupun tadi sudah sarapan bersama dengan Ibunya.Lila yang sedang membereskan meja makan setelah sarapan tadi dengan cekatan mengangkat piring-piring yang telah selesai digunakan. Tanpa ia sadari, Banyu membantunya untuk mendekatkan beberapa piring dan gelas kotor pada Lila.
Magbasa pa
17 - SIAPA?
Lila nampak gelisah dengan sesekali melihat keluar jendela untuk memastikan suaminya sudah kembali. Sudah pukul delapan malam dan suaminya belum juga datang. Ini pertama kalinya Dimas telat setelah beberapa hari ini selalu pulang tepat waktu karena pulang bersama Banyu. Lila takut ada sesuatu yang terjadi sehingga pria itu belum juga sampai di rumah. “La?” sapa Banyu yang berdiri tepat di belakang Lila.  Lila yang kaget langsung menghadap ke belakang dan tidak menyangka Banyu begitu dekat. Ia hampir terjungkal, namun Banyu dengan cepat menangkapnya. Wajah Banyu dan Lila begitu dekat, membuat Banyu bisa melihat wajah mulus tanpa cela milik Lila. Mereka bisa merasakan sapuan nafas satu sama lain, hingga akhirnya Banyu menahan nafasnya karena sadar apa yang mereka lakukan.
Magbasa pa
18 - AIR MATA
Lila terjaga dari tidurnya dan menatap sekelilingnya. Ternyata ia tidak berada di kamarnya. Ranjang tempatnya tidur lebih luas dan ruangan itu tentu lebih tertata rapi dari kamarnya yang dipenuhi beberapa barang menumpuk. Sebagian besar barang itu adalah milik Dimas. Lila mencoba duduk dengan menyandarkan bahunya pada headboard ranjang. Kepalanya menengadah menatap langit-langit kamar. Ia mengingat kembali bagaimana malam tadi membuat dirinya begitu putus asa. Ia kira rumah tangga yang ia bangun akan berakhir dengan indah. Walaupun ia tahu hidup tidak akan selamanya indah, tapi Lila yakin Dimas yang dulu ia kenal begitu meyakinkan memberikannya dunia yang ia impikan. Bukan kemewahan duniawi yang Lila kejar dalam pernikahannya, tapi kasih sayang seorang laki-laki seperti bagaimana Kakeknya menyayangi dirinya dan melindunginya. Melihat semua kelakuan Dimas tadi
Magbasa pa
19 - PATAH HATI
Banyu baru saja datang dari bengkel saat melihat Lila sedang menatap bunga di hadapannya dengan tatapan kosong. Walaupun bunga-bunga yang mekar bersamaan itu menambah kesan indah di halaman vila, nyatanya hati si pemilik kebun yang menanam dan merawatnya sepertinya tak terlalu suka dengan keadaan tanamannya.Usaha yang dilakukan Lila terasa seperti sia-sia saat melihat dengan hampa tanaman yang basah dengan rintikan hujan kecil sore itu. Tanaman Hortensia yang tumbuh subur dengan warna biru dan ungu. Tanaman bunga sepatu juga bunga kertas berwarna putih menyemarakkan tampilan rumah itu.  Tangan-tangan ajaib Lila mampu membuat rumah ini tampak asri dan segar. Tapi sepertinya, Lila tak cukup mampu menghidupkan kebahagiaan dalam hatinya.Banyu duduk di sebelah Lila. Mereka dibatasi dengan meja kecil di antara mereka. Lila masih tenang dengan kedatangan Banyu.
Magbasa pa
20 - ISTRI ORANG
Banyu baru saja datang dan seperti biasanya, ia memilih untuk berkeliling bengkel untuk melihat kegiatan para pekerja di pagi hari.Saat akan melangkah menuju gudang, Banyu menemukan Ahmad, pekerjanya dari Jakarta itu nampak sedang gusar. Kedua pegawai di depannya hanya bisa menunduk tanpa berani melihat ke arah Ahmad.Banyu mendekat dengan tenang, membuat tiga orang yang berdiri di depan gudang tak menyadari keberadaan Banyu."Lain kali, jangan sampai kalian ninggalin gudang gitu aja! Ngerti?! Kalau sampai Mas Banyu tahu, kita juga tamat! Lain kali jangan mau kalau disuruh keluar! Ngerti gak?!" ucap Ahmad dengan suara pelan tapi menekan.Kedua orang itu mengangguk, namun kemudian mereka membeku ketika melihat Banyu berdiri tepat di belakang Ahmad
Magbasa pa
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status