All Chapters of Bukan Pengasuh Biasa: Chapter 61 - Chapter 70
100 Chapters
Kau Tetap Anakku
“Kau tetap anakku,” jawab Maika pelan.“Kalau memang seperti itu, mengapa malam kemarin ibu pergi begitu saja setelah tahu siapa aku?” tanya Langit lagi.Maika menghela nafas berat sebelum menjawab pertanyaan Langit. “Aku tahu kalau aku salah. Namun, semua itu ada alasannya. Kalau pada malam itu aku langsung mengakui dan memelukmu, setelahnya hidup kita berdua tidak akan tenang. Mata dan kamera wartawan selalu siap untuk memuat berita yang membuat berita mereka akan banyak dibaca orang.”Maika menjeda kalimatnya, dia menatap ke arah Langit. Dan dia juga tahu kalau tidaklah mudah untuk membuat Langit percaya dengan semuanya.“Aku ingin kita bertemu seperti ini, lebih nyaman dan tenang,” lanjut Maika.“Bukan karena takut terpublish?” tanya Langit mendesak.Maika menggeleng. “Sama sekali tidak. Tapi, kalau aku langsung ke public apakah kamu siap menerima pertanyaan wartawan? Apakah nanti papa kamu siap juga muncul lagi ke public? Aku tahu kalau Abizar sudah begitu lama menghilang dari pu
Read more
Belum Percaya
“Jujur saja sekarang aku rasanya belum percaya,” jawab Langit sambil menerawang. Dia melihat ke arah persimpangan yang sudah membawa Maika menghilang.“Gak percaya sama apa?” tanya Jingga keheranan. Sebab, saat ini semuanya sudah jelas. Kedua orang tuanya datang dan mengakuinya sebagai anak. Seharusnya Langit senang.Karena sebagai seorang anak, sejak kecil Langit pasti terus mencari keberadaan orang tuanya. Dan setelah dia besar kedua orang tuanya yang datang dengan sendirinya mencari dirinya.Mungkin Langit merasa kalau Tuhan sedang mempermainkannya. Tuhan sedang membuatnya hidup dalam bayang-bayang masa lalu yang kelam, namun tiba-tiba datang kedua-duanya. Meskipun jaraknya cukup lama, tapi Langit merasa ini begitu cepat.“Saat aku kecil, bahkan aku terus bermimpi bertemu dengan kedua orang tuanya. Aku sangat merindukan mereka datang memelukku dan mengajakku pergi dari panti asuhan tersebut. Namun, semua harapan itu hanyalah sia-sia. Orang yang aku tunggu tidak pernah datang.”Lang
Read more
Pasangan Serasi
“Aku tidak bilang kau harus menelponnya. Aku hanya bilang kau harus mendekatinya,” jawab Leni.Ternyata mereka memanglah pasangan suami dan istri yang benar-benar cocok. Sebab, yang ada di kepala mereka hanyalah harta dan harta. Bahkan mereka sedang merencanakan untuk menghancurkan menantunya sendiri. padahal mereka tahu kalau anak dan cucunya hidup bersama Langit,“Bagaimana bisa mendekatinya kalau tidak tahu alamatnya,” ujar Fargo.“Jangan secara langsung, kau harus pelan-pelan. Karena kamu belum tahu siapa yang berada di belakangnya, apa memang Abizar Gauri adalah orang yang dibelakangnya,” jawab Leni.Leni dan Fargo pastinya bisa menebak kalau mereka tidak akan bisa menang kalau melawan Abizar. Apalagi terakhir Langit memang bersama Abizar.Fargo pasti tahu kalau dulunya Abizar memang sengaja mengalah dan tidak mau memperpanjang permasalahan mereka. Sebab, jika dulu Abizar ingin menghancurkan Fargo itu sangatlah mudah karena Abizar memenangkan gugatan di pengadilan. Namun, Abizar
Read more
Sumber Semua Penderitaan
"Dimana?" tanya Abizar tampak salah tingkah dan seperti mengawasi keadaan sekeliling.Mungkin Abizar menjaga perasaan Hani. Karena bagaimanapun saat ini Hani lah yang menjadi istrinya.Baginya saat ini Maika adalah masa lalu."Tiga kali kami bertemu," jawab Langit."Dia mengenalmu?" tanya Abizar penasaran.Langit menganggukkan kepalanya. "Pertama tanpa sengaja tertabrak di mall, dia tidak mengenalku. Yang kedua saat di acara penghargaan kemarin, mungkin dia mengenalku tapi tidak mau mengakuinya."Langit menjeda kalimatnya, itu semakin membuat Abizar merasa penasaran."Terus yang ketiga?" tanya Abizar tidak sabar menunggu Langit melanjutkan ceritanya."Satu bulan lalu," jawab Langit."Dimana?""Sabar, Pa. Aku butuh minum," jawab Langit sambil meneguk air putih dari botol yang ada diatas meja.Abizar menghela nafas berat, dia penasaran bagaimana Langit bertemu dengan Maika. Dan dia juga ingin tahu apakah Maika mengenal nama yang dulu mereka sematkan.Saat Langit dalam kandungan, Maika m
Read more
Jadi Anak Kecil yang Imut
"Bo-boleh, Ma," jawab Langit terbata."Tapi, bisa diundur sehari gak, Ma?" tanya Langit kemudian dengan cepat sebelum Maika kembali bersuara.Langit tidak ingin membuat salah satu dari kedua orang tuanya merasa tersisihkan. Dia ingin memberikan yang terbaik untuk keduanya."Kenapa? Kamu sibuk?" tanya Maika penasaran."Gak sibuk sih, Ma. Tapi, besok Langit dan Jingga masih dirumah papa. Karena kebetulan Biru libur, jadi Biru masih minta temani mamanya. Lusa kami sudah di rumah," jawab Langit.Langit berharap kalau Maika tidak curiga dan juga Abizar tidak merasa tersinggung.Langit tidak bisa mempertemukan papa dan mamanya, kalau bukan keinginan mereka sendiri bertemu. Sebab, ada bu Hani yang mesti mereka jaga perasaannya."Baiklah, no problem. Mama akan datang lusa, kebetulan juga ini belum belanja. Tadi rencananya malam ini akan belanja, kalau gitu besok aja belanjanya. Kamu mau pesan apa, Nak?" tanya Maika dengan sangat lembut.Maika memperlakukan Langit seperti anak kecil, padahal L
Read more
Amplop Coklat
"Bu Maika pasti sudah memikirkan semua itu dengan matang," ujar Jingga kemudian."Panggil dia dengan panggilan 'mama' dia adalah ibu kandungku." Langit memperingatkan Jingga untuk memanggil Maika dengan panggilan yang semestinya.Jingga hanya mengangguk dan kemudian meminta kepada pembantunya untuk mempersiapkan kamar untuk Maika."Siapkan dan berikan pelayanan dengan baik selama beliau ada disini, Bi," ujar Jingga kepada pembantunya, bibi Santi."Baik, Nyonya."Jingga menganggukkan kepalanya. Dia memperhatikan Biru yang sibuk bermain dengan Beni.Ada rasa yang menghangat saat melihat Biru tumbuh dengan baik, meskipun bersama dengan orang yang tidak ada hubungan darah dengannya.Dan saat ini, Jingga merasa bersyukur bertemu dengan Langit. Dia menjadi lebih baik, meskipun Langit jauh lebih muda daripada dia, tapi sebagai seorang suami Langit sangat bertanggung jawab.Bahkan, saat ini penyakit yang dideritanya selama ini sudah pulih. Langit memperlakukannya dengan lembut, sehingga dia t
Read more
Buah Kesabaran
“Ini hadiah dari mama untuk kamu,” jawab Maika.Langit terdiam dan belum berniat menerimanya, entah Langit merasakan kalau yang ada dalam amplop itu bukanlah hal yang remeh. Dan Langit merasa dia tidak berhak menerimanya.“Ini, ambil. Mama sudah menyiapkan ini selama sebulan, mama berharap kamu mau menerimanya dan suka,” lanjut Maika yang menarik tangan Langit dan memaksa Langit menerima amplop tersebut.Langit menatap Jingga seolah sedang meminta persetujuan dari sang istri, namun Jingga hanya terdiam. Jingga juga seperti bisa menebak isi dari amplop tersebut. Walaupun begitu, dia tetap pansaran.Memang, sejak kedatangan Maika untuk pertama kalinya ke rumah Langit dan Jingga setelahnya Maika belum pernah datang lagi. Baru kali ini beliau datang, namun di telepon juga Maika tidak pernah mengatakan apapun untuk memberikan Langit hadiah. Tiba-tiba malam ini dia menyodorkan amplop untuk Langit.Bila dilihat dari fisiknya isi amplop itu bukanlah sebuah benda yang muat dimasukkan kesana, d
Read more
Bukan Warisan
Kring! Kring!Pagi ini, pagi-pagi sekali suara ponsel Langit sudah berdering. Tidak seperti biasanya. Entah apakah ada hal yang sangat penting dan mendesak hingga si penelepon meneleponnya di jam lima pagi.Langit memang sudah bangun, dia terbiasa bangun pagi sejak tinggal di panti asuhan.Langit pikir Maika yang meneleponnya, karena ibu kandungnya itu sudah tiga hari pulang ke kota setelah menghabiskan waktu satu minggu full di rumah Langit. Terasa waktu sangat berarti, kebahagiaan demi kebahagiaan tercipta.Mereka saling melengkapi, hanya saja mereka belum bisa untuk tinggal bersama lebih lama. Banyak pekerjaan yang harus mereka lakukan. Maika sibuk dengan perusahaan-perusahaan yang dipimpinnya. Pun begitu dengan Langit, begitu banyak planning yang harus diselesaikan.“Telepon kamu berdering,” ujar Jingga yang kesal karena Langit masih sibuk menonton televisi dan mengabaikan deringan yang terus menjerit.“Siapa?” tanya Langit.“Gak tahu, nomor baru kayaknya,” jawab Jingga sembari me
Read more
Jangan Temui Dia!
Tut!Langit mematikan sambungan telepon tersebut, dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan yang tidak penting itu.Dan Langit heran, Zafran sudah memiliki segalanya, masih saja merasa kurang dan ingin menguasai harta yang bukan miliknya."Huuft."Langit menghela nafas berat, dan meletakkan ponselnya diatas meja."Siapa?" tanya Jingga penasaran. Jingga tahu kalau yang dibahas pastinya tentang perusahaan yang baru diberikan Maika.Bahkan Langit saja belum datang ke perusahaan tersebut. Langit juga tidak akan memimpin disana. Nanti setelah memiliki kantor pusat, barulah Langit akan memantau perusahaan itu.Namun, belum juga semua terlaksana, sudah ada saja yang mengganggunya. Dan sebenarnya, Langit belum tahu dimana letak perusahaan itu. Dia hanya sering mendengarnya, tapi tidak tahu lokasinya."Zafran," jawab Langit pelan."Dia sudah tahu?" tanya Jingga."Iya, sepertinya mama sudah memberitahukan tentang aku dan perusahaan itu kepada keluarga besarnya. Dan sudah bisa dilihat bagaimana re
Read more
Aku Yakin Dia Anakku!
“Mama akan temui dia, biar tahu apa tujuannya datang kesini,” ujar Maika pelan.Maika meyakinkan kepada Langit kalau tidak akan terjadi sesuatu kepadanya, dan juga Maika tidaklah tinggal seorang diri. Ada banyak pembantu di rumahnya, dan juga tidak mungkin juga Zafran melakukan tindak kekerasan kepadanya.“Mama janji, mama akan meneleponmu lagi setelah dia pergi,” ujar Maika kemudian.Dan di dalam hati Maika ada aliran darah yang terasa menghangat, kala anaknya sangat peduli kepadanya dan mengkhawatirkannya. Dan rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi. Selama ini dia begitu merindukan memiliki seorang anak, namun dia lupa kalau sebenarnya dia sudah memiliki seorang anak.“Jam berapa pun, telepon aku. Aku akan menunggu,” ja
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status