Semua Bab Mendadak Menikah Dengan Klien Papa: Bab 31 - Bab 40
144 Bab
Imbalan
Kenzo menatap wajah cantik yang tengah mengusel di dadanya, tampak begitu damai dan pulas tidak seperti dirinya yang semalaman berusaha menahan hasrat karena tubuh bagian atas Jillian masih dalam keadaan polos dan dua bagian yang besar di dada Jillian menekan perutnya. Siksaan terberat bagi Kenzo yang memiliki kebutuhan khusus sebagai seorang pria dewasa yang harus menghadapi kondisi seperti ini. Kenzo melapisi satu sisi wajah Jillian menggunakan telapak tangannya yang besar, ibu jari Kenzo bergerak mengusap bibir Jillian. Pria itu meringis tatkala keinginan terbesarnya saat ini untuk mencium bibir Jillian harus ia redam agar sang istri tidak terjaga dari mimpi indahnya. Sinar matahari yang menembus melalui celah tirai menerpa wajah Jillian, perlahan Jillian bergerak lalu mengerjap dan membuka mata. Jillian masih mengumpulkan kesadarannya, ingatannya ditarik paksa pada waktu sebelum ia terlelap. Lalu mendongak h
Baca selengkapnya
Meluluhkan Hati
Setelah Kenzo mengambil jarak dan mengabaikan Jillian selama satu minggu. Pria itu kini melancarkan rencananya yang kedua yaitu selalu ada untuk Jillian dan memberikan perhatian penuh. Om Kenzo : Ice Creamnya udah sampe? Tanpa sadar bibir Jillian mengulum senyum membaca pesan dari Kenzo. Jillian : Baru sampe, dianter sekuriti. Jillian tidak lupa mengirim foto satu bucket ice cream yang Kenzo belikan untuknya. Om Kenzo : Saya pulang malam, ada rapat di GZ Corp. Om Kenzo : Semangat belajarnya ya. Om Kenzo : Apa perlu saya minta bu Nenny menginap? Jillian : Enggak usah, Jill belajar di kamar aja biar enggak takut. Padahal itu kode agar Kenzo segera pulang karena Jillian merasa horor di Penthouse sendirian. Om Kenzo : Apa perlu, nanti malam saya tidur di kamar juga supaya kamu enggak takut? “Ngelunjak nih Om-Om,” gumam Jillian, jempolnya sibuk mengetikan ba
Baca selengkapnya
Masa Lalu
Bel pertanda berakhirnya waktu ujian berkumandang. Sorak sorai menggema di seluruh ruang kelas sebagai ungkapan perasaan lega para siswa dan siswi kelas dua belas karena Ujian Akhir Sekolah telah usai. Mereka akhirnya bisa kembali menjalani kehidupan sedikit santai tanpa tekanan. Jillian dan Callista saling berpelukan penuh suka cita. Pengawas yang sedang merapihkan barang-barangnya tidak terganggu dengan suara bising itu, beliau pergi setelah pamit dan tidak lama kemudian digantikan oleh wali kelas. Seketika suasana berganti hening mendengar suara sepatu pantofel wali kelas yang memasuki ruangan. “Mulai minggu besok sudah tidak ada pembelajaran lagi hingga acara perpisahan, kalian bisa liburan atau tidur seharian di rumah untuk mengganti waktu tidur kalian yang tersita karena belajar selama ujian.” “Yeaaaaayyyyy!” Sorakan kembali tercetus kian kencang bahkan beberapa siswa memukul meja menambah keri
Baca selengkapnya
Berkhianat
Jillian langsung menabrak tubuh Rangga, memeluk pria itu begitu pintu ruangan Callista tertutup rapat. Butuh beberapa detik hingga akhirnya Rangga membalas pelukan Jillian. Jillian mendongak, mencari netra Rangga yang pasti mengabarkan kerinduan tapi bukan hanya itu yang ia temukan—ada kesedihan mendalam yang terpancar juga di sana. “Kenapa?” Jillian bertanya karena semestinya pria itu bahagia akhirnya mereka bisa bertemu dan bukannya menunjukkan wajah muram.Rangga membawa Jillian duduk di sofa, satu tangannya masih merangkul pundak Jillian lalu menarik tubuh sintal itu memeluknya kembali. “Kayanya aku hanya menjadi beban kamu aja ya, Jill?” Jillian menjauhkan tubuhnya dari Rangga, menatap penuh tanya pada sang kekasih. “Beban apa? Kamu ngomong apa sih?” “Kamu tahu ‘kan kalau aku mencintai kamu?” Jillian mengangguk, menunggu Rangga mengutarakan apa sebenarnya yang ada da
Baca selengkapnya
Perasaan Bersalah
Jillian bergegas keluar sebelum Kenzo masuk ke ruangan itu dan menemukan Rangga di sana. Baru dua langkah kaki Jillian melewati pintu, ia langsung dihadapkan dengan tubuh tegap Kenzo yang baru saja menghentikan langkah. “Om,” gumam Jillian ketar-ketir. Khawatir Kenzo mengetahui ada Rangga di dalam sana sekaligus takut Kenzo melakukan hal yang bisa membongkar status mereka dihadapan Callista. Sorot mata Kenzo tak terbaca, Jillian tidak tahu apa yang sedang Kenzo pikirkan. Sesaat mereka hanya bertukar tatap tanpa bicara. “Om Kenzo, mau coba menu baru di Caffe ini? Yuk, Callista anter ke meja ….” Callista merangkul tangan Kenzo lalu menariknya membawa pria itu jauh-jauh dari ruangan di mana Rangga masih berada saat ini. “Nanti Jill menyusul, Jill ambil tas dulu.” Kenzo tidak menanggapi tapi langkahnya mengikuti tarikan tangan Callista. Jillian masuk ke ruangan Callist
Baca selengkapnya
Jangan Menyerah
Suara pintu yang dibanting kencang oleh Kenzo membuat Jillian akhirnya bernapas lega.Jillian berjongkok lalu menangis sekencang-kencangnya. Satu yang paling Jillian khawatirkan adalah setelah ini Kenzo menceraikannya dan ia berakhir di Panti Asuhan tanpa sepeser pun harta daddy. Setelah mengganti pakaiannya yang basah, Kenzo menyeberang ke walk in closet Jillian. Menggapai koper dari atas lemari lalu mengeluarkan beberapa pakaian Jillian secara asal dan memasukannya ke dalam koper. Ia juga menyambar tas kecil untuk memasukan beberapa skin care yang ada di meja rias tidak lupa dengan alat makeup Jillian. Kenzo masukan semua kebutuhan Jillian ke dalam tas kecil tersebut. Kenzo keluar dari walk in closet Jillian bertepatan ketika Jillian keluar dari kamar mandi hanya menggunakan bathrobe. Matanya membulat was-was melihat Kenzo menarik kopernya dari walk in closet. Apa Kenzo aka
Baca selengkapnya
Ancaman Hukuman
Sepertinya perasaan khawatir bercampur feeling guilty yang besar setelah kepergok sedang selingkuh dari suaminya membuat mental Jillian lelah. Terbukti dari perjalanan singkat Jakarta-Bali itu tidak membuat Jillian terjaga hingga Kenzo harus menggendongnya turun dari pesawat lalu masuk ke dalam mobil yang akan membawa mereka ke sebuah resort yang telah disiapkan seorang klien. Setibanya di resort pun Kenzo begitu santai menggendong Jillian ala bridal—tidak peduli dengan tatapan aneh para karyawan resort—tetap mengayun langkah hingga ke kamar dituntun petugas hotel yang membawakan koper mereka. Dengan sangat perlahan, Kenzo merebahkan Jillian di atas ranjang dan gadis itu bergerak membelakangi Kenzo tapi sama sekali tidak terjaga. “Apa ada yang Pak Kenzo butuhkan lagi?” Dion bertanya dari ambang pintu, sekertarisnya itu tidak berani masuk karena ada Jillian. “Enggak ada, kamu boleh istirahat.” “Baik,
Baca selengkapnya
Hukuman Penuh Kenikmatan
“Gue udah reschedule terus ini tiket pesawatnya, gimana? Mau pergi kapan?” cetus Callista. Jillian dan ketiga sahabatnya sedang melakukan panggilan video. Mereka tidak tahu jika Jillian sedang berada di Bali, jadi sengaja Jillian menerima panggilan video itu sambil berendam di kamar mandi. “Gue paling bulan depan bisanya,” cetus Izora yang katanya sekalian ingin mengecek kampus barunya di Inggris. “Setelah acara perpisahan donk.” Kirana tampak beranjak dari ranjang. Gadis itu lalu meraih kalender duduk di atas meja belajar. “Enggak kelamaan ya?” Callista terdengar tidak setuju. “Enggak apa-apa, jadi setelah semua beres—baru deh kita liburan.” Jillian menimpali. Ia setuju pergi bulan depan karena harus mengajukan proposal ijin pergi Euro trip kepada Kenzo yang sudah tidak mempercayainya lagi. “Oh gitu ya,” gumam Callista dengan berat hati. “Tanggal tujuh belas aja,
Baca selengkapnya
Memanjakan Diri
Setelah membuat Jillian mendapatkan pelepasan dengan cara yang luar biasa, Kenzo meninggalkannya begitu saja di atas meja dalam keadaan setengah telanjang. Sempat terdengar suara gemercik dari kamar mandi, ketika pria itu sedang membersihkan tubuhnya—Jillian merapihkan gaun tidur dan memakai celana dalamnya kembali. Selang berapa lama Kenzo keluar dari sana dengan hanya melilitkan handuk di pinggang. Jillian yang sudah naik ke atas ranjang dan membalut tubuhnya dengan selimut merasa kotor saat netra Kenzo menatapnya lekat bersama seringai tipis penuh kemenangan. Usai memakai pakaian tidur yang nyaman, Kenzo merangkak naik ke atas ranjang dan bergabung dengan Jillian ke dalam selimut yang sama lalu memeluknya dari samping. Cukup lama Jillian berbaring terlentang menatap langit-langit kamar. Benaknya berisik sekali dengan suara-suara dan pikiran tentang banyak hal. Tentang daddy yang memaksakan perjodo
Baca selengkapnya
Ibu Mertua
Jillian menghirup udara dengan aroma laut yang kental itu dalam-dalam dengan mata terpejam dari balik sunglasessnya. Ia seperti sedang merasakan kebebasan yang hakiki karena ujian telah selesai dan juga kepergian Rangga ke Paris bersama masalah dengan pria itu yang tadi malam telah ia luruskan kepada Kenzo. Ke depannya, Jillian akan fokus melancarkan aksi untuk misinya merebut kembali GZ Corp. Menjadi gadis penurut dan pura-pura mencintai Kenzo. Pura-pura mencintai Kenzo mungkin tentatif karena tidak ada jaminan Jillian tidak akan jatuh cinta pada pria sesempurna Kenzo. “Sendirian?” Suara berat seorang pria membuat mata Jillian yang sempat terpejam perlahan terbuka. Jillian terusik dari keheningan yang tengah ia ciptakan sendiri. “Iya, kenapa?” Jillian menurunkan sunglases untuk bisa melihat wajah pria yang bertanya padanya. Cukup tampan, mungkin seumur dengan Rangga. Hanya menggunakan ce
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status