All Chapters of Mendadak Menikah Dengan Klien Papa: Chapter 11 - Chapter 20
144 Chapters
Be A Good Girl
“Pak Yuda harus segera mengumumkan isi wasiat pak Adolf, harus ada pengganti pak Adolf … jika tidak, nanti keputusan akan diambil alih pemegang saham.” Amira mendesak Yuda untuk membacakan isi wasiat tersebut karena dari informasi yang diberikan Yuda padanya—jika di dalam wasiat itu Adolf Guzman menunjuk seseorang untuk menggantikan beliau. Yuda terlihat gamang, ia yang sudah mengetahui betul tentang isi wasiat kesulitan mengambil keputusan. “Apa tidak ada cara untuk mengulur waktu? Seharusnya wasiat ini diumumkan setelah Jill lulus SMA … sepertinya pak Adolf tidak mengira beliau akan pergi secepat ini.” Yuda menundukkan pandangan, menyembunyikan rasa kehilangan yang menekan dada semenjak kepergian Adolf Guzman-klien sekaligus sahabatnya. “Saya hanya sekertaris, Pak … saya tidak bisa melakukan apapun … tapi jika Pak Yuda bersedia mencoba untuk membuat para pemegang saham mengerti dan mau menunggu—saya akan jadwalkan p
Read more
Debar Tak Biasa
“Rangga,” gumam Jillian yang raut wajahnya berubah senang. Jillian berlari keluar dari ruang kerja sang daddy, kaki mungilnya menapaki turun anak tangga menggunakan sendal rumah. Rangga berdiri di bawah tangga, tersenyum sambil merentangkan kedua tangannya mengundang Jillian ke dalam pelukan. Jillian melihat satu tangan Rangga menggenggam paperbag tapi Jillian mengabaikan itu, tubuh Rangga terlalu menggiurkan untuk dipeluk. Dari lantai dua, Kenzo melihat bagaimana cara Jillian memeluk Rangga, bagaimana gadis itu menatap Rangga dan tersenyum penuh suka cita melupakan semua beban kesedihan atas meninggalnya Adolf Guzman, melupakan kenyataan jika ia sebatang kara.Jillian selalu bahagia setiap kali bersama Rangga seolah-olah Rangga adalah kebahagiaannya di dunia ini. Kenzo masih mengawasi Jillian dan Rangga dari lantai dua dengan tatapan tak terbaca. “Aku bawa ice cream kesukaan kamu, kita makan di dekat kolam
Read more
Melamar
Jillian menoleh ke arah pintu yang menghubungkan ke ruang televisi memastikan Yuda tidak menguping. Jillian bangkit lalu duduk di kursi yang sama dengan Kenzo membuat pria itu duduk menyerong agar bisa menatap Jillian. Berurusan dengan pemimpin perusahaan dan pria serius seperti Kenzo memang seperti ini, ia terbiasa menghargai lawan bicaranya. Namun, melihat gelagat Jillian yang aneh membuat Kenzo dalam mode waspada. “Om ….” Jillian memanggil Kenzo tapi tidak berani menatap matanya, menundukkan pandangan meski tubuh Jillian menghadap Kenzo dengan melipat satu kaki di atas sofa. Kenzo menaikkan satu alisnya, perubahan sikap Jillian ini membuatnya bingung. “Apa Om enggak bisa cari cara agar kita enggak perlu menikah tapi aku enggak masuk Panti Asuhan?” Jillian bertanya hati-hati. Sudah Kenzo duga sebelumnya jika gadis nakal di depannya ini berpikir untuk mengakali wasiat Adolf Guzman.
Read more
Tamu Bulanan
“Jillian enggak pernah naik motor, Pak … jadi gampang masuk angin,” ujar Bu Salamah sedikit sewot. Tangannya sibuk memeras handuk kecil yang direndam air dingin untuk mengompres kening Jillian. Meski dokter keluarga baru saja pulang setelah memeriksa Jillian dan memberikan resep obat yang sedang dibeli Pak Ujang—tapi Bu Salamah tetap melakukan cara tradisional untuk menurunkan demam Jillian.Yuda sudah membuka mulutnya namun urung ketika Kenzo langsung membuka suara membela diri. “Tadi dia buru-buru pulang karena guru lesnya sudah sampe sini, jadi saya ajak naik motor biar cepet … Pak Yuda juga ngapain nyuruh Jill ke kantor saya segala? Dia sempat nunggu beberapa lama karena saya ada meeting.” Yuda merotasi bola matanya malas. “Iya … saya yang salah.” “Jill, makan bubur dulu ya.” Amira datang membawa nampan berisi semangkuk bubur buatannya sendiri. “Enggak mau!” seru Jillian membalikkan tubuh menjadi
Read more
Mahar
“Udah makan siang?” Suara berat itu bertanya. Jillian menganggukan kepala. “Obat kamu ketinggalan.” Kenzo mengeluarkan botol berisi kapsul obat-obatkan Jillian dari dalam saku jasnya. Jillian meraihnya tapi Kenzo menarik tangan kembali. Pria itu membuka tutup botol obat, mengeluarkan obat-obatan lalu memberikan kepada Jillian tanpa suara atau omelan karena Jillian melupakan obatnya di rumah. Setelah itu Kenzo memberikan botol air mineral baru yang ada di atas meja untuk Jillian. Padahal air mineral yang Bima kasih tadi belum habis, ada di nakas samping ranjang. “Kamu mau pulang atau mau lanjutin belajar?” Kenzo bertanya seraya melirik arlojinya. “Pulang aja,” jawab Jillian karena jam pelajarannya hanya tinggal lima belas menit lagi sebelum bel berbunyi membubarkan para siswa. Kenzo mengangguk setuju, ia menghubungi seseorang untuk membawakan tas Jillian dari kelasnya. “Butuh
Read more
Perjanjian
Jillian duduk bersandar pada headboard yang dilapisi bantal, kakinya lurus berselonjor. Sementara Kenzo duduk di kursi meja belajar yang ditariknya hingga sisi ranjang. Kenzo datang sedikit larut karena ada pekerjaan yang menahannya di kantor. Tadinya berpikir langsung pulang dan esok baru datang ke sini tapi kadung janji, Kenzo tidak ingin Jillian kecewa. Meski sesungguhnya Jillian tidak peduli, ia sendiri sudah akan tidur ketika Kenzo datang tapi karena ada yang ingin dibicarakan dengan pria itu jadi kembali membuka matanya. “Kita bicara besok aja ya, kamu harus istirahat.” Andaikan otak Jillian waras—tidak dibutakan oleh cinta semu kepada Rangga—mungkin Jillian juga akan terharu karena sesungguhnya Kenzo begitu perhatian. “Besok hari Sabtu, aku bisa bangun siang.” Kenzo menipiskan bibirnya, tubuh pria itu sedikit membungkuk dengan kedua lengan yang bertumpu pada paha lalu menautkan jem
Read more
Luka dan Trauma
“Pak Kenzo, ngapain di sini?” Pertanyaan Yuda itu menarik paksa Kenzo dari serpihan hasratnya yang sedang berusaha ia tekan. Kenzo menyadari satu hal, Jillian mampu membuatnya berhasrat meski hanya sebatas sentuhan kecil. Kenzo berdekhem, mengulur waktu agar otaknya bisa mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Yuda. “Om, ayo donk … udah malem, Jill ngantuk!” Gadis itu sudah berada di teras, menyelamatkan Kenzo yang bingung harus menjawab apa karena terciduk sedang berada di lorong ini. “Ayo, Pak … kita perlu membahas sesuatu.” Kenzo menghela napas lega, mengikuti ajakan Yuda masuk ke dalam rumah, melewati ruang tamu dan kini mereka memasuki ruang tengah. Jillian duduk di single sofa, Kenzo dan Yuda duduk di sofa panjang dan Amira yang baru saja datang dari dapur langsung duduk di sofa kosong. “Jadi gini, Pak Kenzo … seperti yang saya sampaikan tadi sama Jill, kali
Read more
Sugar Daddy
“Jill!” panggil Izora yang baru saja turun dari mobil. Jillian menghentikan langkah menuju gerbang yang menghubungkan pelataran parkir dengan area sekolah, membalikan badan lalu tersenyum. “Sorry, enggak jenguk lo … gue ada acara keluarga.” Izora menunjukkan tampang menyesal. Jillian tersenyum menanggapi. “Memangnya kapan lo jenguk gue kalau gue sakit?” Pertanyaan itu diungkapkan Jillian dalam hati. “Girls!” Itu suara Kirana yang baru turun dari mobil. Langkah Jillian dan Izora terhenti, menoleh ke belakang sebentar—keduanya melihat Kirana berlari menyusul. “Jiiiil, sorry enggak bisa jenguk … gue mendadak ke Bali.” Kirana yang kini merangkul pundak Jillian berkata demikian. “Enggak apa-apa,” sahut Jillian dengan senyum kecut. Jillian jadi bertanya-tanya, alasan apa yang akan diungkapkan Callista nanti karena tidak datang menjenguknya yang sedang sakit. Hubungan per
Read more
Mempesona
Rangga : Sayang, kapan kita bisa ketemu?Rangga : Sayang, aku kangen. Bisa kamu datang ke apartemen aku? Rangga : Balas pesan aku, Jill. Atau kamu mau aku yang datang ke rumah kamu? Jillian menggenggam erat ponselnya menahan kesal karena Rangga malah bersikap menyebalkan. Padahal ia sudah mengatakan akan menghubungi pria itu jika memiliki kesempatan. Mungkin bagi Rangga hal ini bukan masalah besar tapi bagi Jillian yang harus memperjuangkan harta daddynya, masalah ini sangat serius dan besar sekali. Pikirannya masih terbutakan, belum bisa melihat masa depan bersama Kenzo yang justru akan membawanya dalam kebahagiaan. Sudah satu minggu mereka tidak bertemu, pulang sekolah Jillian akan langsung pulang untuk belajar dan weekend kemarin memilih beristirahat agar segera pulih dari demam. Selain itu, Jillian harus meyakinkan ketiga walinya bahwa ia memang sudah putus dari Rangga. “Ji
Read more
Ketagihan
“Sebentar lagi Amira datang, saya pulang ya … besok saya enggak bisa ke sini, ada acara sama klien ….” Kenzo memberitau sambil pamit, sebenarnya ia tidak perlu demikian. Tidak datang setiap hari juga tidak masalah tapi pernikahannya dengan Jillian akan berlangsung seminggu lagi lalu setelah itu mereka akan tinggal satu rumah. Kenzo sedang membuat Jillian terbiasa dengan kehadirannya. “Om ….” Bukannya menanggapi, Jillian malah memanggil Kenzo. Kenzo yang sudah berdiri sekarang kembali menjatuhkan bokongnya di sofa di samping Jillian lagi. Setelah makan malam, Kenzo sempat menemani Jillian menonton televisi selama beberapa jam di ruangan itu. “Kenapa?” Kenzo bertanya dengan suara yang kelewat lembut. “Besok malem, boleh aku hangout sama teman-teman?” Jillian ‘kan sudah jadi anak baik, pintar lagi. Jadi boleh donk dia ngelunjak, minta ijin keluar malam minggu ini. “Ke
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status