All Chapters of Membuatmu Jatuh Cinta Lagi: Chapter 21 - Chapter 29
29 Chapters
21. Mencari Ratu Lebah
“Mas, kalau nasib kita kayak di pasangan drakor ini, apa kamu bakal tetap memilihku?”Biyan, yang sedari tadi sibuk memeriksa laporan, mengintip dari balik laptop. “Konteksnya apa dulu, Sayang.”“Dua pemeran utamanya kena kutukan turun menurun. Tokoh cowoknya janji dia akan terus mencari ceweknya di semesta dan dimensi mana pun mereka ditempatkan,” Adisti menjelaskan sambil mencatat poin-poin menarik yang dapat dijadikan inspirasi menulis. “Will you do the same?”Kali ini, sang suami melepas kacamata baca, lalu menutup laptop sebelum bergabung dengannya di tempat tidur. “Kalau takdirku dipasangkan sama kamu, tanpa perlu membual dulu aku akan cari cara buat menggapaimu.”Adisti tak bisa menyembunyikan senyumnya yang seketika merekah. “Bahkan kalau kamu harus dapat cobaan dulu? Jatuh miskin, kena kecelakaan—”“Atau kehilangan ingatan tentangmu,” sambar Biyan cepat. Pelukannya serta-merta membuyarkan fokus perempuan itu. “Akan selalu ada cara, aku yakin. Seberat dan sekeras apa pun rinta
Read more
22. Mahesa dan Pantai Soutsini
Lahir dan tumbuh sebagai putra tunggal pasangan pengusaha besar memperkenalkan Biyan pada banyak hal sejak dini selain… kebebasan.Jangankan memilih sekolah, menu makan dan pakaian sudah disediakan Salma sampai Biyan mengalami pubertas. Namun, bukan berarti dia serta-merta menerima kelonggaran sebagai remaja. Sang ibu malah semakin protektif, bahkan berniat memasukkannya ke asrama khusus laki-laki kalau ayahnya, Mahesa, tak segera mengintervensi.“Biarkan anak kita menjalani masa remaja seperti teman-teman sebayanya,” kata sang ayah pada Salma. Malam itu, Biyan dan ibunya sempat cekcok karena pilihan sekolah menengah atas yang berseberangan. “Jangan sampai dia melampiaskan kemarahan dan kekecewaan pada hal-hal berbahaya.”Salma mendengkus. Sementara Biyan, yang bersembunyi di balik dinding, menyimak perselisihan orangtuanya.“Gimana kalau dia mulai pacaran, lalu fokus belajarnya berantakan?” cecar sang ibu. “Ingat, kita mau Biyan masuk universitas terbaik. Dia satu-satunya pewaris tun
Read more
23. Telepon dari Ibu Mertua
Pegal-pegal menjalari sekujur tubuh Adisti yang terjaga keesokan pagi.Layar ponselnya bergetar dan membunyikan audio yang dipasang untuk alarm. Ternyata Adisti terbangun lebih awal. Akan tetapi, hal tersebut tak lantas mengenyahkan nyeri pada beberapa titik tubuhnya, terutama di tangan dan kaki.“Celaka,” gumamnya. “Mana mungkin aku kejar target tulisan hari ini.”Diraihnya ponsel untuk menitipkan sarapan pada Chelsea. Kemudian, dia memberitahu Batara akan absen menghadiri pertemuan sebelum jam makan siang. Belum lima detik pesannya sampai, rekan residensinya tersebut menyusul ke kamar.“Apa aku boleh masuk?” tanya Batara disusul ketukan pintu. “Kebetulan aku bawa nasi goreng dari Chelsea, titipan kamu katanya.”Setengah menyeret langkah, Adisti membukakan pintu dan mempersilakan Batara masuk. Pria itu dengan sigap menaruh sarapan, lalu membantunya duduk di tepi ranjang.“Malah ngerepotin kamu.” Air putih yang diteguknya serta-merta menyegarkan tenggorokan yang kering gara-gara belum
Read more
24. Muslihat Mantan Kekasih
Dua pesan Utari cukup memaksa Biyan, yang bergelung dalam dekapan selimut, bangkit dari tempat tidur. Tangan dan kakinya pegal-pegal setelah bertualang seharian, tetapi dia masih punya tenaga untuk sekadar menjerang air.Selang sepuluh menit, bel pintu berbunyi. Setengah menyeret langkah, Biyan membukakan pintu. Utari, membawa paper bag yang dia asumsikan makanan, mengembangkan senyum hangat saat melihatnya.“Kamu belum mandi?” Utari mengendus pakaiannya sebelum melenggang masuk vila. “I won’t blame you. Siapa juga yang mandi pagi-pagi di akhir pekan.”“Sebenarnya, aku pengin berenang, cuma….” Tubuhnya bakal sulit bergerak kalau nyerinya belum benar-benar mereda. “Nevermind. Pas banget kamu bawa makanan, aku lagi malas bikin sarapan.”“Bukan sekadar sarapan, aku masak macaroni schotel favoritmu!” Utari membuka kotak aluminium foil berukuran medium. “Terus semalam iseng cobain resep saus mentai. Lumayan gampang.”Mengenal Utari bertah
Read more
25. Siapa yang Berdusta?
“Belum genap sebulan di Yunani, kamu udah lupa kasih kabar buat Papa.”Dua hari berlalu sejak Adisti mengajak Biyan bertualang di tempat beekeeping. Sudah dua hari pula suaminya belum mengirim pesan. Mungkin sama-sama kelelahan seperti dirinya atau… Utari. Kemungkinan mantan kekasihnya muncul untuk mengacak-acak rencana pasti selalu ada supaya misinya tak berjalan mulus.Gara-gara sibuk mengurus Biyan, Adisti menghadapi konsekuensi merepotkan. Selain mengejar target menulis, dia sampai lupa menelepon Gumilar. Walau ayahnya memaklumi, perempuan itu tetap merasa bersalah.“Papa enggak mau dengar ceritaku waktu jalan-jalan sama Mas Biyan kemarin?” Adisti terkekeh mengingat momen indah tersebut. “Lumayan menyenangkan meski dia agak mellow keingatan mendiang ayahnya.”“Kenapa lumayan?” todong Gumilar penasaran. “Ada masalah di perjalanan?”“Lebih tepatnya setelah kami pulang… Ibu meneleponku.” Panggilan yang sungguh mengusiknya sampai bikin vertigonya kambuh. “Pa, sampai sekarang aku bingu
Read more
26. Sea of the Lonely Hearts
Dikirim enam jam lalu. Biyan penasaran apa yang Adisti pikirkan selama menunggu balasannya. Cemaskah atau justru mengabaikannya karena larut dalam kesibukan. Mudah-mudahan perempuan itu memahami alasannya.Oh, Adisti pasti paham. Sebagai penulis, dia tentu sering tenggelam dalam buku-buku yang dibacanya, apalagi kalau ceritanya menarik. Pengalaman yang Biyan alami seharian ini saat mempelajari tulisan Salma.Di meja, ‘Di Tengah Keremangan Malam’ tergeletak dengan tekukan dan lekukan di beberapa bagian. Wajar orang-orang mengidolakan Salma. Setiap untaian kata yang dia rajut bak bersalut sihir yang menjeratnya dari awal sampai akhir.Kalaupun Biyan mengambil jeda, alasannya hanya untuk makan dan minum. Selebihnya, dia habiskan untuk mengikuti kisah cinta tragis antara Matt dan Shinta, dua tokoh utama dalam novel tersebut.Benaknya mengawang-awang. Mungkin hanya persepsinya sebagai pembaca, tetapi ada
Read more
27. Trekking bersama Batara
Banyak orang yang mengatakan pada Adisti bahwa menikahi Biyan bak mendapatkan jackpot. “Kenapa? Apa karena statusku sebagai manajer senior?” Biyan, yang mengajaknya makan gulai di kawasan Radio Dalam, keheranan menyimak curhatan Adisti itu sebulan setelah mereka jadi pasutri. “Atau karena… aku ganteng?” Adisti hampir menyemburkan es teh manis yang disesapnya. Memang, paras Biyan mampu menyaingi para model runway hingga anggota boyband Kpop. Beruntunglah para entertainer itu, sang suami memilih jadi pengusaha. Bisa-bisa karier mereka melempem kalau pria itu beralih profesi. “Kurasa begitu. Kaya, tampan, baik hati—” Tawa menggelegar Biyan menarik perhatian beberapa pengunjung. “Lho, kenyataannya begitu. Kamu tuh tipe male lead yang belakangan aku temukan di naskah-naskah romance.” “Semacam CEO atau mafia dingin yang punya istri kecil itu?” Giliran, Adisti tak bisa menyembunyikan tawanya. “Kenapa penulis-penulismu doyan bikin female lead sebagai perempuan kecil?” “Height difference t
Read more
28. Penyelidikan Berlanjut
“Apa kabar anak Mama di sana? Betah di Evia?” Biyan, yang dibangunkan panggilan telepon Salma, mengecek ulang deretan angka yang tertera di layar ponsel. Bukan kontak dikenal, tetapi dia mengenali kode nomor telepon Indoneia yang tercantum di bagian depan. “Pagi, Ma. Pakai nomor siapa ini? Kok bukan punya Mama?” “Iya, ini nomor kantor. Ponsel Mama lagi di-charge.” Oke, ternyata memang ibunya yang menghubungi, bukan scammer yang memakai aplikasi tertentu. “Maaf Mama jarang kontak kamu, tapi syukurnya Utari selalu kasih update.” “Kenapa harus lewat Utari, sih, padahal aku bisa kontak langsung seandainya,” Biyan tak percaya dia mengeluhkan hal ini terus menerus, “ada jaringan internet di vila.” Hening sesaat. “Kita bicarakan soal itu nanti. Waktu Mama cuma sebentar.” “Oke, Mama mau tanya sesuatu padaku? Atau kasih kabar?” “Dua-duanya. Mama mulai dari kabar dulu,” sahutnya. “Bulan depan, Mama akan ke Yunani buat menjengukmu sekaligus cek kondisimu di rumah sakit sana. Apa sejauh ini
Read more
29. Caught in Lies
Melihat Utari masuk ke vila Biyan tak lama setelah Adisti pulang dari tracking serta-merta meruntuhkan ekspektasinya. Sedarurat apa urusan yang perlu mereka bahas sampai sang suami perlu menunda obrolan? Pasti lebih penting dan menyenangkan sampai Utari terlihat semringah kala memasuki bangunan itu.“Aku penasaran, apa Biyan sengaja meminjam bukumu karena sudah mengingat masa lalu kalian?” Celetukan Batara mengalihkan perhatian Adisti yang sedari tadi mengamati balkon vila sang suami. “Tadi dia kelihatan bingung, and a little bit upset.”“Aku enggak mau menaruh harapan terlalu tinggi.” Sudah cukup membiarkan fokusnya terbelah sampai keteteran mengerjakan proyek menulis. “Hari ini Chelsea masak apa, ya? Mungkin dia butuh bantuanku di dapur.”Maka untuk mengusir asumsi-asumsi menyebalkan, Adisti memutuskan terjun ke dapur. Dibandingkan dirinya, skill memasak Chelsea sebenarnya lebih baik. Barangkali berkat kemandiriannya yang terasah sejak duduk di bangku SMP.Selepas makan malam, keemp
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status