Share

23. Telepon dari Ibu Mertua

Pegal-pegal menjalari sekujur tubuh Adisti yang terjaga keesokan pagi.

Layar ponselnya bergetar dan membunyikan audio yang dipasang untuk alarm. Ternyata Adisti terbangun lebih awal. Akan tetapi, hal tersebut tak lantas mengenyahkan nyeri pada beberapa titik tubuhnya, terutama di tangan dan kaki.

“Celaka,” gumamnya. “Mana mungkin aku kejar target tulisan hari ini.”

Diraihnya ponsel untuk menitipkan sarapan pada Chelsea. Kemudian, dia memberitahu Batara akan absen menghadiri pertemuan sebelum jam makan siang. Belum lima detik pesannya sampai, rekan residensinya tersebut menyusul ke kamar.

“Apa aku boleh masuk?” tanya Batara disusul ketukan pintu. “Kebetulan aku bawa nasi goreng dari Chelsea, titipan kamu katanya.”

Setengah menyeret langkah, Adisti membukakan pintu dan mempersilakan Batara masuk. Pria itu dengan sigap menaruh sarapan, lalu membantunya duduk di tepi ranjang.

“Malah ngerepotin kamu.” Air putih yang diteguknya serta-merta menyegarkan tenggorokan yang kering gara-gara belum
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status