Stella pulang dengan kondisi sangat marah setelah bertengkar dengan anak dan istri sah Priyono. Mobil yang dikendarainya sudah mulai memasuki halaman rumah yang cukup besar. Rumah pemberian Priyono tanpa sepengetahuan keluarganya. Bahkan semua kebutuhan ditanggung oleh Priyono. Setiap seminggu dua kali, Priyono akan menginap untuk meminta haknya sebagai lelaki pada Stella. BrakTanpa mengetuk pintu, Stella mendorong pintu begitu saja hingga menimbulkan suara yang cukup memekakkan telinga. Bahkan kaca jendela juga ikut bergetar. Stella duduk di sofa sambil memijid pangkal hidungnya."Kamu kenapa, Sayang?" Marni yang mendengar suara tersebut gegas keluar kamar."Stella habis menyerang istri Mas Pri, Bu. Stella nggak rela mereka semua mendapat harta Mas Pri. Stella harus menyingkirkan mereka semua supaya Stella bisa menikmati semua harta Mas Pri sendiri!" Nafas Stella terlihat memburu saat menceritakan kejadian barusan.CeklekTiba-tiba muncul seorang pria berusia cukup matang keluar da
[Arin, Pak Hadi dirawat di rumah sakit. Karena kabar viralnya Stella, Pak Hadi kena serangan jantung dan dilarikan ke rumah sakit semalam] Pagi ini aku mendapat kabar dari Mbak Mira tentang mantan ayah mertuaku, Pak Hadi. Aku mukai menduga jika sakitnya Pak Hadi akibat dari viralnya Stella. Apalagi tempat tinggal Pak Hadi berada di komplek yang cukup padat. Sehingga tidak memungkinkan jika kabar cepat menyebar."Apa Mas Angga tahu soal ini?" Entah kenapa aku memikirkan Mas Angga yang sudah mengetahui atau belum mengenai kabar ayahnya. Sudah beberapa hari dia tidak mengirim pesan atau sekedar berkabar. [Mas, Pak Hadi masuk rumah sakit] bodoh amat soal perasaan, yang penting aku memberi kabar mengenai ayah kandungnya. Entah dia bersedia membesuk atau tidak, itu urusan dia. Cukup aneh, pesan yang aku kirimkan kepadanya hanya centang satu berwarna abu-abu."Mungkin dia sedang sibuk!" Aku gegas menemui Bang Akhwan dan orang tuaku untuk mengatakan kabar ini. Viralnya berita Stella membuat
"Ayo masuk!" Tiba-tiba Mas Angga menggandeng tanganku."Mas!" Aku menatap tangannya yang menggenggam tanganku. Seketika dia melepaskannya."Maafkan aku, Rin. Maaf, Mas tidak sengaja!""Tidak apa-apa, Mas!" Aku dan Mas Angga masuk ke ruang rawat inap Pak Hadi. Aroma khas rumah sakit menyeruak dan lebih tajam daripada di luar ruangan. Pak Hadi terlihat memejamkan kedua matanya dan nafasnya terlihat sangat teratur. Mas Angga mengambilkan kursi untukku dan dia duduk tidak jauh dariku. "Anakku, Angga dan Arin!" Tiba-tiba kedua matanya mengerjab dan melihay kami berdua."Iya, Pak!" Sahutku. "Iya, Ayah!" Mas Angga juga menyahuti panggilan ayahnya."Maafkan Bapak. Bapak tidak bisa mendidik kalian menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah!" Lidah mendadak kelu ketika lelaki mulia di depanku menyesal karena rumah tangga kami yang berakhir cerai. Bahkan lelaki bergelar mantan Ayah mertua, lebih menyalahkan dirinya daripada kami yang menjalaninya. Beruntung sekali wanita yang memiliki mertua
"Bagaimana kabarmu, Angga!" Bang Akhwan kini beralih ke tempat duduk kami. Bang Akhwan terlihat santai saat mengobrol dengan mantan suamiku. Tidak ada raut wajah benci atau ingin membalas dendam. Kudengar berkali-kali Mas Angga meminta maaf kepada Bang Akhwan. Obrolan kami terhenti ketika Rizky tiba-tiba memanggil Bang Akhwan untuk keluar. Dia benar-benar mengesalkan sekali. Kasihan sekali nanti yang jadi pasangan hidupnya, orangnya pemarah begitu apalagi tanpa sebab."Lelaki yang bersama Bang Akhwan tadi mencintaimu, Arin!" "Apa? Mas jangan mengada-ngada deh. Sementara aku ingin sendiri dan mengembangkan usaha keluargaku. Untuk menikah lagi, sepertinya aku belum siap!" Mas Angga diam sejenak memperhatikan aku."Baiklah, Arin. Apapun jalan yang kau pilih, Mas akan selalu berdoa untuk kebahagiaanmu. Namun jangan lupa, jika suatu saat kamu sudah siap menikah, bisa hubungi Mas untuk bisa hadir dalam pernikahan kamu!""Tenang saja, lagian masih belum ada pikiran juga. Doanya diganti saj
Sudah satu minggu lebih aku tidak bertemu dan tidak berkomunikasi dengan siapapun termasuk Mbak Mira. Ponselku benar-benar tidak aktif selama satu minggu tanpa menyentuh media maya dan akun media sosial. Sementara aku hanya fokus dengan toko tanpa mau memikirkan urusan lainnya. Bang Akhwan beberapa kali menginap di kota karena urusan restoran yang akan dikelola Rizky belum selesai. Ah! Lelaki itu. sejak kejadian di rumah sakit, dia tidak pernah lagi kirim pesan padaku. Mungkin saja dia akan mencari wanita lain. Semoga saja dia mendapat wanita yang lebih baik dari aku.Suara deru mobil Bang Akhwan mulai terdengar. Semalam Bang Akhwan menginap di kota karena kemarin urusannya belum selesai."Bang, nih tehnya!" Aku menyuguhkan segelas teh hangat untuk Bang Akhwan sepulang dari kota. Hari ini toko tutup lebih awal karena sudah banyak produk yang kosong. Kemungkinan besok atau lusa, barang pesanan kami baru datang. Musim hujan benar-benar membawa berkah bagi kami."Terima kasih, Dek. Bapa
Meta tidak putus asa mengambil hati Rizky. Sedari tadi ada aja kelakuannya, mulai memegang tangannya, memeluk dan bergelayut manja di lengan Rizky. Aku mengalihkan pandanganku ke objek lain supaya tidak melihat sikap Meta kepada Rizky. "Aku ke toilet dulu!" Aku beranjak ke toilet, ada hawa panas di hatiku dan aku harus segera menghilangkannya. Sebenarnya aku tidak ke toilet melainkan ke sebuah kolam ikan terletak di samping restoran. Aku melihat aktifitas mereka dari dinding kaca, Meta masih berusaha mengambil hati Rizky."Wanita model apa itu. Harusnya dia menjaga sikap. Bukan seperti itu!" Aku menggerutu sendiri."Benar-benar wanita aneh!" Aku berjongkok melihat ikan-ikan koi berwarna indah berenang memunjukkan kibasan ekor dan sirip yang begitu indah."Ikan, kau tahu kalau aku merasa aneh hari ini. Aku takut jika ini perasaan cemburu!" Aku menyentuh kepala ikan yang muncul ke permukaan saat mengambil udara.Air jernih ditambah ikan koi yang menyejukkan mata. Andai aku memiliki kol
Aku menekan dadaku kuat-kuat. Entahlah, aku benar-benar tidak siap sama sekali berhadapan dengannya semenjak kejadian semalam. Aku benar-benar pengecut. Ya, aku saat ini berubah menjadi pengecut yang tidak berani menghadapi kenyataan. Kenyataan ketika ada orang mencintaiku, aku takut cinta akan membawaku dalam sebuah luka. Tubuhku merosot bersandar di pintu kamarku. "Arin, bukalah! Biarkan aku menemuimu!" Tidak kudengarkan permintaannya. "Pergilah, Rizky! Aku ingin sendiri!" Aku beranjak ke ranjang kembali beristirahat dan menenangkan hatiku sejenak. Aku terombang ambing dalam ketakutan akan cinta yang aku rasakan saat ini. Ah, andai aku tidak mengenalnya, andai aku tidak pernah bertemu dengannya. Pasti aku tidak sekacau ini. Apalagi Meta juga pergi setelah dia mengetahui kenyataannya. Betapa bodoh dan jahatnya aku.Tok tok tokTerdengar lagi suara ketukan pintu dari sana. Aku malas sekali bertemu siapapun kecuali Bang Akhwan."Dek, kamu belum sarapan. Ayo buka pintunya, kita sarapa
Aku letakkan boneka tedy bear di kursi. Bibirku tiba-tiba tersenyum sendiri melihat boneka tedy bear, teringat sikap Rizky. Aku gegas membersihkan diri. Terdapat dua keran air, air hangat dan air dingin. Aku memenuhi bak mandi menggunakan air hangat supaya lebih segar. Hari menjelang siang namun cuaca mendung jadi tidak ada terik matahari. Aku putuskan ke lantai satu menemui Bang Akhwan.Di depan kamar, Bang Akhwan menikmati semangkuk mie instan dan teh panas. Aku mengedarkan pandangan mencari Rizky, hanya saja tidak aku temukan dia. Entah kenapa aku merasa sepi, padahal pagi tadi aku ingin menghindarinya. Benar-benar labil sekali aku."Bang!""Hmm, sudah sehat?" Bang Akhwan menatapku sejenak dan kembali fokus pada mie instan yang masih mengebul asapnya."Alhamdulillah. Keramas pakai air hangat sudah bisa membuat kondisiku lebih baik!" Aku duduk di depan Bang Akhwan."Mau mie juga?" "Boleh!" Memang sangat nikmat sekali saat cuaca mendung makan mie instan pedas.Bang Akhwan meraih po