All Chapters of Belenggu Hasrat Mantan Suami: Chapter 21 - Chapter 30
32 Chapters
21 // Dua Tangan dan Dua Jiwa yang Akan Saling Menggenggam
"Bisa nggak sih, kita berangkat sekarang??" Pertanyaan bernada dipenuhi gerutuan itu membuat dua insan yang sedang bercumbu pun seketika menghentikan aktivitasnya.Atau mungkin, sang wanita saja yang berusaha untuk berhenti dengan menarik bibirnya, namun sayangnya sang pria tak ingin membiarkan benda lezat yang sedang ia pagut berlalu begitu saja."Jangan pedulikan Ruby," bisik Rafka di atas bibir Mika yang basah dan lembab karena ciumannya. "Dia cuma iri." "Raf... sudah." Mika menaruh telunjuknya di bibir Rafka sambil menggeleng pelan. "Kamu dan Ruby mau memang mau pergi kan?" Rafka mendesah kesal dan beranjak duduk dari posisinya yang semula telungkup di atas tubuh Mika di sofa. Ia dan Ruby memang hendak pergi bersama untuk menyelidiki tentang pembebasan Dio yang lebih cepat dari masa tahanannya. Sembari menunggu Ruby yang tadi masih memberi sesi konsultasi dengan salah satu pasiennya melalui telepon, Rafka pun menggunakan kesempatan itu untuk merebahkan tubuh Mika di atas sofa
Read more
22 // Makna Dirimu
Sepasang insan manusia itu terlihat asyik berbincang di dalam mobil, terkadang membicarakan hal-hal random dan terkadang membicarakan kehidupan mereka selama tiga tahun terakhir.Terkadang juga gelak tawa dan canda ikut mewarnai udara di sekitar mereka, menghangatkan sepasang hati yang kini tengah penuh oleh bahagia.Dengan jemari yang saling bertaut erat, sesekali si wanita pun merebahkan kepalanya dengan manja di bahu kokoh sang pria yang sedang menyetir. Yang kemudian dibalas dengan kecupan singkat namun manis dialamatkan ke jemari lentik yang berada di dalam genggamannya."Hari ini kamu nggak kerja?" Suara lembut yang bertanya berpadu dengan sentuhan di kancing kemejanya, membuat sang pria kembali tersenyum. Menikmati bagaimana wanitanya bersikap manis dan menggemaskan."Aku masih cuti," sahutnya sambil mengecup surai hitam berkilat itu. "Oh ya? Sampai kapan?""Entahlah, aku masih belum ingin kembali bekerja di kantor. Rasanya membosanka. Mungkin aku mengajukan resign dan melamar
Read more
23 // Lunatic Fanatic
Melupakan yang telah terjadi dengan larut pada pekerjaan. Itulah hal yang Ervan Dewandaru kira bisa membuatnya teralihkan dari patah hati yang kini tengah melanda dirinya, pasca Mika yang memutuskan pertunangan mereka secara sepihak. Ia tidak akan menyerah begitu saja untuk bisa kembali mendapatkan wanita yang telah menjadi cinta pertamanya sejak masa-masa putih abu-abu, namun untuk saat ini i akan fokus terlebih dahulu untuk menyembuhkan luka di tubuhnya. Tunggu saja, ia akan merebut Mika kembali dari mantan suami toxic-nya itu.Aarghh. Nyeri sekali.Karena terlalu keras berpikir, akhir-akhir ini kepalanya sering merasakan nyeri seperti ditusuk ribuan jarum. Membuatnya kesulitan untuk terlelap di malam hari, dan imbasnya tubuhnya semakin melemah tak bertenaga.Ia sudah meminta kepada dokter untuk menaikkan dosis obat pereda nyeri serta oba tidur, namun sampai dengan sekarang dokter yang merawatnya tak juga memberikan apa yang ia minta.Sudahlah. Mungkin ia hanya perlu fokus saja pa
Read more
24 // Chaos
Suara decakan dari dua bibir yang saling menyatu dan lidah yang saling mengait terdengar mewarnai udara, yang semakin lama semakin terasa berat karena derasnya hormon yang saling bertabrakan. Ruby yang dengan keahliannya menggoda pria, diam-diam bersorak dalam hati karena Ervan ternyata tidak mendorongnya menjauh ketika wanita itu menyatukan bibir mereka. Ia bahkan sungguh gembira karena pria itu juga turut menyambut ciumannya!Seperti yang sudah ia kira. Di balik sosok dingin dan tenang seorang Ervan Dewandaru, ada hasrat yang menunggu untuk dinyalakan di dalamnya. Dan Ruby akan dengan senang hati melakukannya.Posisi tubuhnya sekarang tengah bersimpuh di atas brankar dengan kedua lututnya yang berada di sisi kanan dan kiri tubuh Ervan. Kepalanya yang lebih tinggi dari Ervan karena tubuhnya yang hanya setengah bersimpuh, membuat Ruby lebih leluasa memegang kendali. Memang itu yang ia suka saat bercumbu maupun bercinta dengan para lelaki, yaitu sebagai pemimpin dan pemegang kendali.
Read more
25 // Kejutan
"Ini tidak berarti apa-apa. Tolong jangan pernah berharap lebih dariku."Ruby sedang meraih pakaian dalamnya yang bertebaran di atas lantai, ketika mendengar suara maskulin yang mengalun dingin itu. Wanita berponi itu pun tersenyum manis kala mendengar kalimat yang diujarkan oleh Ervan."Kamu sendiri sudah tahu, kalau aku bukan perawan yang akan menangis manja dan meminta pertanggungjawaban setelah bercinta kan?" cetus Ruby santai, lalu dengan sengaja ia mengenakan panty dan bra-nya di depan Ervan dengan gerakan yang sensual, dan tertawa kecil melihat ekspresi datar pria itu.Dengan hanya masih mengenakan pakaian dalam, Ruby melangkah kembali menuju ke brankar dimana Ervan masih berbaring di sana. Ia mengusap lembut pipi pria itu, dan cukup senang karena Ervan tidak menepis tangannya."Kamu adalah seorang Jaksa Muda, sedangkan aku adalah Psikiater. Kita berdua punya reputasi yang harus dijaga, kan? Jadi jangan cemas. Aku tidak akan menuntut apa pun darimu, Sayang." Ruby mengecup bibir
Read more
26 // Rahasia Mika
Ruby sekuat tenaga menahan tangannya yang ditarik oleh Ervan. Maniknya yang bening dan hitam sontak mendelik kesal kepada pria yang menariknya ke arah brankar, dan secara tersirat mengatakan ingin bercinta dengannya di sana.Sebenarnya si Ervan ini sudah gila apa gimana sih?? Ruby menyentakkan tangannya dengan kasar hingga terlepas dari genggaman Ervan, membuat alis lebat dan lurus pria itu pun seketika terangkat naik penuh tanya menatapnya "Kenapa? Apa sekarang kamu menolakku, Dokter Ruby?"Wanita bersurai seleher itu pun melipat kedua tangannya di dada dengan sorotnya yang memicing. "Ya sudah jelas aku pasti menolak! Sekarang ini adalah jam praktek, Van. Tolong jangan nodai profesionalitasku dengan nafsumu," semburnya gusar.Sejenak Ervan terlihat mengerjap kaget mendengar jawaban Ruby, namun sedetik kemudian ia pun mendenguskan tawa pelan. "Pfft... profesionalitas, katamu?" celetuknya, sembari mendekatkan wajahnya dengan sengaja ke wajah Ruby hingga hidung mereka pun kini nyari
Read more
27 // Seseorang Yang Berpengaruh
Rafka mendenguskan napas pelan namun tajam mendengar ancaman Yuna. Sejujurnya ia sudah tidak terlalu peduli lagi dengan apapun rahasia Mika di masa lalu, yang akan digunakan kakak tirinya ini untuk menghancurkan reputasi Mika. Ia pasti bisa menghalanginya. Rafka akan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melindungi Mika."Jika apa yang kamu sudah selesai, silahkan pergi," cetus dingin pria itu. "Mika akan sangat terganggu mendengar omong kosongmu itu.""Aku adalah satu-satunya keluarga bagi Mika, maka aku lebih berhak untuk berada di sini!" sergah Yuna marah dan semakin menyorotkan tatapan kesal kepada pria bersurai coklat di depannya itu."Cih. Keluarga? Apa kamu tidak memiliki sedikit rasa malu untuk menyebut diri sendiri sebagai keluarga, tapi apa yang telah kamu lakukan adalah memeras Mika?!" Rafka berdecih dan menguraikan seringai miring penuh intimidasi. "Bahkan ketika kamu merasa sedang 'menyelamatkan' Mika saat kami bercerai, sesungguhnya ada maksud di balik itu, bukan? Meng
Read more
28 // Bagian Dari Rencana
"Mau kemana?"Kepala Mika pun sontak menoleh ke arah suara yang barusan bertanya padanya. Di sana berdiri Rafka, yang menatapnya dengan tajam."Uhm... mau ke kamar mandi," sahut Mika yang meringis dalam hati melihat sorot manik biru pria itu seolah ingin menelannya hidup-hidup."Sudah kubilang jangan banyak bergerak dulu, Mika. Aku hanya meninggalkanmu sebentar, dan kamu sudah tidak patuh."Rafka menaruh beberapa dokumen yang semula ia pegang ke atas meja, lalu buru-buru melangkah cepat menuju brankar dimana Mika sudah duduk di salah satu sisinya berniat untuk berdiri.Mika baru saja sadar dari efek bius sekitar satu jam yang lalu. Tak terbayang betapa leganya Rafka melihat wanita yang dicintainya itu kembali membuka mata. Namun karena terlalu mencemaskan Mika, pria itu pun semakin over protektif dan tidak membiarkan Mika melakukan apa-apa sendiri. "Untung saja kamu masih sakit. Karena kalau tidak, kamu pasti sudah mendapatkan hukuman karena membangkang," guman pria itu lagi, sambil
Read more
29 // Sosok Di Balik Selimut
"Tolong keluarkan lidahmu, Dokter Ruby. Please."Permintaan yang disuarakan dengan nada merayu nan lembut itu membuat amarah Ruby sedikit menurun, dari yang semula hendak deras menyembur keluar. Sial. Ia memang lemah kalau sudah berhadapan dengan pria tampan yang tidak terlalu mengedepankan egonya, persis seperti yang Ervan lakukan saat ini. Pria yang tahu jika dirinya bukanlah wanita yang akan mudah tunduk begitu saja pada maskulinitas, yang menyadari sisi Alpha-female yang ada di dalam diri Ruby, dan sama sekali tidak keberatan serta tidak terancam dengan sosok wanita yang dominan.Ervan menyeringai samar saat melihat wajah cantik yang semula kaku dan gusar itu kini terlihat sedikit mengendur. Sambil mengagumi bintik-bintik halus kemerahan yang tersebar di kulit putih wajah Ruby, pria itu pun mengusapkan ibu jarinya di bibir lembut bagian bawah yang tampak sangat menggiurkan itu."Aku ingin melihat lidahmu," bujuknya lagi dengan tatapan penuh damba. Ujung ibu jari Ervan kemudian
Read more
30 // Rencana Beracun
"Sekarang bisa tinggalkan kami, Suster? Kasihan pacar saya, karena dia pasti sangat malu saat ini." Ervan bisa mendengar suara dengusan pelan dari balik selimut, dan ia pun bisa membayangkan manik bening yang cantik itu pasti sedang memutar kedua bola matanya mendengar pengakuan sepihak Ervan."Oh ya, satu lagi. Tolong untuk satu jam ke depan jangan ada yang masuk ke dalam ruangan ini. Terima kasih," tambah pria itu lagi, sembari menyunggingkan senyum samar ke arah si perawat yang menatap Ervan dengan sorot bingung."T-tapi ini... rumah sakit, Pak Ervan. Dan Anda adalah salah satu pasien kami yang harus diperiksa kondisinya secara berkala~~""Saya hanya meminta waktu satu jam," potong Ervan dengan tatapan tajam penuh intimidasi meski senyum masih terlukis di wajahnya. "Tidak masalah, kan?"Tak ada yang bisa menolak perintah tegas bernada tak ingin dibantah serta aura penuh ancaman yang terselubung di dalamnya, membuat si perawat yang malang itu hanya akhirnya hanya menganggukkan kepa
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status