"Tentu saja aku akan membantumu keluar dari ruangan ini tanpa ketahuan siapa pun, Dokter Ruby. Tapi... itu tidak gratis." Ruby mengernyitkan keningnya dan melipat kedua tangan di dada dengan gestur waspada, ketika mendengar perkataan Ervan barusan.Sial. Gara-gara Ervan menjebaknya terlalu lama di kamar rawat ini, maka ia pun kesulitan untuk keluar dan terlihat oleh para perawat yang sejak beberapa jam yang lalu mencari keberadaannya. Mereka pasti bertanya-tanya apa yang ia lakukan di kamar salah satu pasien, dengan durasi yang cukup lama pula!Terutama setelah salah satu perawat memergoki Ervan sedang tidur bersama "seseorang" di balik selimut, dan si jaksa menyebalkan ini dengan entengnya mengakui bahwa sosok di atas brankarnya itu adalah pacarnya.Ok, Ruby memang aman tak ketahuan karena Ervan tidak menyebut nama, dan juga karena ia berlindung di balik selimut.Tapi akan jadi beda masalahnya jika seseorang memergokinya keluar dari kamar rawat Ervan!"Fine. Apa yang kamu inginkan s
Ruby menatap nanar ke arah paper bag putih di depannya. Jam prakteknya telah usai, dengan pasien terakhir yang baru saja keluar dari ruangan ini. Pasien yang sama sekali tidak ia sangka, dan juga meninggalkan paper bag putih ini untuknya."Aaarrghh!! Aku bisa gila kalau beginii!!" Gusar wanita itu sembari menjambak rambutnya yang seleher karena frustasi.Ia pun segera berdiri dari kursi, lalu menyambar paper bag itu dari meja dan mengayunkan kaki keluar ruangan dengan langkah lebar-lebar.Ia harus segera menyingkirkan benda ini sebelum kepalanya pecah karena stress!Ruby membuka pintu dengan kasar, lalu melangkah tegas ke arah ruangan perawat. Ia akan menaruh benda ini di sana. Ya, itu ide yang sangat bagus."Halo, Dokter Ruby. Ada yang bisa dibantu, Dok?" Salah seorang perawat berusia paruh baya menyapanya dengan ramah dan senyuman, membuat Ruby ikut membalas senyum. Meski sesungguhnya ia sedang malas sekali berbasa-basi.Ruby menaruh paper bag itu ke atas meja panjang. "Ini ada ma
"Apa kamu masih suka saat lehermu dicium seperti dulu, Mika?" Pertanyaan berupa bisikan di telinga yang menjurus ke arah yang tak sopan itu, seketika membuat manik bening beriris sehitam malam milik Mika membelalak lebar karena terkejut.Ia benar-benar tak menyangka jika pria yang sedang berdiri di belakangnya itu ternyata lancang sekali!Mika pun sontak menjauhkan wajahnya dari sosok menyebalkan yang kini tersenyum penuh arti ke arahnya. Sial, kenapa senyum itu masih sama tampannya seperti tiga tahun yang lalu?!"Jangan macam-macam, Raf," cetus Mika seraya melayangkan tatapan kesal. Bukan saja kesal dengan mantan suaminya yang tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja hadir di hadapannya, tapi juga karena bisikan lelaki itu di telinganya tadi yang sesungguhnya diam-diam telah membuatnya merinding serasa hingga ke tulang.Tiga tahun mereka telah berpisah secara hukum, tiga tahun sama sekali tidak pernah berjumpa, dan kini... seorang Arrafka Adhyatama mendadak kembali ke dalam hidu
"Halo." "Halo, Mika. Apa acaranya sudah selesai?" Mika tersenyum saat mendengar suara familier yang menyapanya lembut melalui sambungan telepon selular."Ya, ini baru saja selesai dan sekarang aku sedang bersiap untuk pulang. ""Lalu bagaimana tadi? Semuanya lancar? Apa ada kendala?""Syukurlah semuanya aman, Van. Sekarang hanya bisa berdoa saja semoga besok Dazzle mendapatkan ulasan positif dari media dan publik.""That's great, Mika. Aku senang sekali mendengarnya. Aku sangat yakin Dazzle akan mendapat pujian. Kamu sudah bekerja sangat keras, dan gaun hasil rancanganmu juga sangat indah," puji Ervan sembari menghela napas berat sesudahnya."Aku menyesal sekali tidak bisa hadir di sana untuk menemani kamu. Maaf ya?" Mika tertawa kecil. "Tidak masalah, Van. Tidak usah dipikirkan. Oh iya, gimana perkembangan kasusnya? Sudah ada titik terang?" Selanjutnya Mika mendengar Ervan yang bercerita tentang kasus suap di sebuah Departemen Pemerintahan yang sedang ia tangani tuntutannya. Sebe
"Dasar diktator. Tukang paksa. Ancaman kamu norak, Raf!" Meskipun pelan, namun sebenarnya Rafka dapat mendengar semua rentetan gerutuan mantan istrinya yang sangat jelas ditujukan kepada dirinya, namun ia pun memutuskan untuk mengabaikannya. Sangat wajar sebenarnya jika Mika kesal, karena Rafka yang telah mengancam akan menciumnya jika Mika tidak menurut. "Ya, memang norak. Tapi berhasil, kan?" Cetus Rafka sembari menyeringai samar. "Terpaksa." Mika menyahut sambil membuang muka ke arah jalanan, mencoba mengusir sisa-sisa desiran halus yang sejak tadi tak jua sirna dari dadanya, karena perkataan mantan suami menyebalkan ini.'Argh, kenapa pula jantungku jadi berdebar tak tahu malu mendengar ancaman itu??'Ia sadar bahwa ia tak seharusnya masih menyimpan nama Arrafka Adhyatama jauh di dalam sana. Rafka sudah membuang dirinya, itulah kenyataan yang terus menerus Mika tanamkan di dalam dirinya, mencoba membangun benteng ego yang seharusnya hadir. Namun tidak, Mika yang begitu bodoh
"Raaf..."Perkataan Mika tertelan oleh ciuman Rafka yang ganas dan datang dengan bertubi-tubi.Wanita bersurai panjang itu mencoba untuk berontak, namun Rafka telah mengunci semua pergerakannya. Rafka menekan tubuhnya ke dinding lift yang terasa dingin hingga Mika tak berkutik, juga mencengkram kedua pergelangan tangannya di atas kepala."Mmmp..."Kembali Mika berusaha untuk berbicara, namun lagi-lagi ia gagal karena Rafka yang tengah menjajah dan menguasai bibirnya. Pria itu seolah sedang berpesta pora dengan mulut Mika dan seluruh isi di dalamnya.Rafka mengobrak-abrik dengan lidahnya yang bergerak liar di dalam mulut Mika, lalu menyesap kuat lidah wanita itu. "Sstoopmmmh..." Lift yang membawa mereka terus bergerak naik, terlihat tak berhenti di satu lantai pun. Membuat Rafka merasa beruntung karena tak terganggu saat sedang menikmati Mika.Ya, menikmati Mika.Jika satu kata yang dapat ia gambarkan tentang perasaannya kepada Mika, itu adalah benci.Ia benci dengan wanita ini, ben
Alunan suara percintaan yang keras menggema membuat udara semakin pekat dan berat untuk Mika, yang sudah sejak tadi tubuhnya terus dipacu tanpa henti oleh Rafka."Ungghh..." Rafka menyunggingkan seringai tipis penuh makna, kala mendengar lenguhan seksi yang lolos dari bibir sensual Mika. Ah, dia sendiri pun sesungguhnya tak mampu mengendalikan rasa lapar dan dahaga yang membabi-buta ini kepada tubuh indah mantan istrinya.Mika masih tetap sempurna, sama seperti 3 tahun yang lalu. Kulit seputih dan selembut kapas tanpa cela, pinggul dan dadda yang bulat ideal dan wajah cantik seperti bidadari.Rafka menggeretakkan gerahamnya ketika serbuan gelora kembali membakar tubuhnya dari dalam. Damned.Meski enggan mengakui, namun pada hakikatnya memang hanya Mika yang mampu membuatnya hasratnya membumbung tinggi tanpa tahu apakah bisa turun kembali.Ia mengangkat kaki kedua kaki jenjang Mika semakin ke atas, lalu kembali menghujam dengan semakin keras. Rintihan Mika yang berulang kali terden
BRAAKKK!!!Ferarri hitam mengkilat yang melaju dengan kecepatan sedang itu kini menghantam pagar sebuah rumah dengan keras, mengakibatkan bagian depan mobil mewah itu ringsek parah begitu pun dengan pagar besi rumah itu.Keributan itu tentu saja memancing orang yang berada di dalam rumah itu untuk keluar dan melihat apa yang terjadi."Tuan Rafka!!" "Ya Tuhan!!""Itu mobil Tuan Rafka!!""Bantu dia keluar!!"Teriakan panik para pelayan dan penjaga rumah mewah itu pun terdengar saling bersahutan di udara, dibarengi dengan beberapa lelaki yang berlari menghambur ke arah mobil yang mengeluarkan asap itu.Mereka berupaya keras membuka pintu yang dikunci dari dalam, untung saja akhirnya mereka bisa membukanya dengan memecahkan kaca jendela bagian penumpang.Asap hitam yang semakin menebal dari kap mobil depan membuat semua orang panik dan cemas. Beberapa pelayan mengguyur asap itu menggunakan selang penyemprot tanaman, sebagai tindakan pencegahan jika api keluar dari sana.Tiga orang lelaki