All Chapters of Menjadi Tante dari Mantan Kekasihku: Chapter 31 - Chapter 40
101 Chapters
31 - Perdebatan Sengit Di Meja Rapat
"Jangan nakal!" pesan Galih sebelum meninggalkan area carport. Dia menunggu Bening lebih dulu pergi, lalu dia menyusul di belakang. Hari Minggu sudah terlewati dengan baik. Malah keduanya lebih sering berada di dalam kamar dan hanya keluar jika waktunya makan. Selebihnya hanya berbaring di atas ranjang, menonton bersama dan berendam bersama. Mereka bersikap seolah insiden di hotel bukan masalah besar. Bening mengendarai mobilnya dengan kecepatan normal. Dia tidak diburu waktu karena sengaja berangkat pagi. Atasannya tidak punya jadwal rapat pagi jadi dia bisa leluasa menikmati jalanan yang setengah macet. Bening mencari gelombang radio yang disetel untuk mengurangi kebosanan. Sekian kali mencari, akhirnya dia menemukan satu channel yang menyuguhkan lagu-lagu lawas Indonesia, cocok untuk pagi hari yang cerah. Senyum Bening mengembang mendengar lagu yang pernah menjadi kenangannya bersama Genta. Dia tidak bisa bilang kalau setiap hari mereka mendengarkan, tapi setiap menelepon, Gent
Read more
32 - Apa Saya Perlu Mendepak Kamu Sekarang?
Aris -manager produksi- tidak pernah suka menjadi bayang-bayang orang lain terlebih itu mantan bawahannya yang tiba-tiba mendapat keberuntungan untuk berdekatan dengan Junar.Junar yang dikenal sebagai CEO dingin, naik jabatan dalam waktu singkat berkat kerja keras Michelle. Otomatis Bening mendapat keberuntungan karena menggantikan Michelle. Menurut pendapatnya kemampuan Bening tidak ada apa-apanya dengan Michelle. "Maaf, Pak. Saya hanya mengutarakan pendapat," ucap Bening ragu. Dia tidak berani menatap mata Aris. Kalau dulu mungkin dia berani, tapi kalau sekarang kondisinya berbeda. Dia bukan lagi bawahan Aris.Rumi, sekretaris Aris yang baru, juga ikut-ikutan meremehkan Bening karena semua orang bilang begitu. Junar melihat kondisi tidak lagi kondusif. Dia menengahi, "Kalian semua keluar dan kita lanjutkan nanti setelah saya bicara pada Pak Aris."Bening melihat Junar untuk memastikan keberadaannya. Ketika Junar mengangguk, dia akhirnya ikut pergi bersama yang lain. Di depan pin
Read more
33 - Tiba-tiba Memeluk Junar
"Kenapa kusut begitu mukanya?" tanya Galih bingung melihat Bening yang datang-datang menolak pelukannya. Istrinya itu langsung duduk dengan muka lesu. "Tauk, Mas," gerutunya."Lok, ya mana aku tahu kalau kamu nggak cerita. Kenapa? Dimarahi Junar?"Bening menggeleng tapi dia penuh keraguan. Galih tidak sulit menebak kalau kemanyunan Bening karena Junar. "Kamu bikin salah?"Bening mendelik, tidak terima, "Enak saja kalau bicara, Mas. Aku nggak salah. Tapi emang Pak Junar aja yang agak sensi hari ini. Masa karena aku nggak ada di tempat, aku dikira inilah, itulah, onolah. Padahal aku lagi dikurung sama anak-anak produksi."Pria yang diajak bicara kini paham dengan situasi Bening. Dia mencoba menjadi penengah agar nanti malam ketika mereka harus melakukan sunah, Bening tidak ngambek padanya. Galih menarik Bening untuk menghadap ke arahnya. Ditariknya bibir Bening dengan ujung jari agar lekukan kesal itu berganti senang. "Udah dijelaskan?""Udah ... tapi disela mulu, Mas. Aku nggak bisa
Read more
34 - Sebaiknya Kamu Cari Cara Cepat
"Kamu berpikir saya ini adalah suami kamu? Kenapa kamu main peluk?" Sindiran halus itu terucap dari bibir Junar. Dia tidak mau membuat kesalahan dengan membiarkan Bening tetap dalam posisi mereka. Bening bergerak cepat menarik tubuhnya menjauh, menunduk malu. Kenapa dia bisa salah mengekspresikan diri? Memeluk orang lain yang bukan suaminya? "Maaf, Pak. Saya kelewat senang sampai tidak menyadari.""Lain kali ulangi lagi biar nanti ada gosip tentang kita."Bening meringis malu, "Maaf, Pak, maaf. Saya kira bapak teman saya makanya saya berani peluk. Kalau begitu, saya kembali bekerja. Terimakasih atas hadiahnya." Dia sempat mengacungkan coklatnya ke udara lalu bergerak ke belakang meja. Untuk beberapa saat, Junar tidak tahu harus melakukan apa. Dia melihat Bening yang sebentar-sebentar meliriknya. Mungkin wanita itu membatin ingin mengusirnya tapi sungkan."Saya ke dalam dulu," ucap Junar. Sambil menggaruk tengkuknya, dia menarik kenop pintu, tapi seruan Bening membuatnya berhenti la
Read more
35 - Kenapa Jadi Begini?
Suara bising di sekitar Junar tidak berdampak baik pada hatinya. Sekarang ini dia sedang berada di sebuah bar milik salah satu temannya. Dia mengundang Genta ke tempat itu hanya untuk mencari kesenangan.Genta datang setelah dia pulang dari kantor untuk membereskan masalah terakhir sebelum produksi tas kerjasamanya dengan perusahaan Junar terlaksana. Pria itu memesan satu botol minuman beralkohol yang memiliki kadar alkohol lumayan tinggi. Ketika bartender memberikan dua gelas kecil padanya, dia mengangsurkan salah satunya pada Junar. Dia juga menuang cairan tersebut ke dalam gelas. Junar meneguknya dalam sekali seruputan. Genta berniat melakukan hal yang sama tapi dia malah tersedak. Sepertinya dia belum terbiasa dengan cara kerja minuman yang sanggup membawanya ke langit-langit itu.Junar mengejeknya dengan seringaian kecilnya. Tanpa berkata apa-apa Dia kembali mengisi gelas miliknya dan menelannya sampai habis."Apa Pak Junar sudah terbiasa dengan minuman ini?""Panggil saja Om.
Read more
36 - Kita Memang Nggak Punya Visi Misi Yang Sama
"Kami menikah belum ada sebulan, Ma. Kenapa mama nggak bisa bersabar? Tuhan juga akan memberikannya tanpa diminta," ucap Bening mengelak."Sebulan? Sejak kapan hitungan pernikahan kamu mundur jadi dua bulan, Bening?"Bening sadar bahwa dia salah bicara. Hubungannya dan Galih baru dimulai beberapa minggu ini. Satu bulan yang lalu mereka belum melakukan apapun. Jadi yang dipikirkan mamanya berbanding terbalik dengan apa yang dia pikirkan."Em, aku lupa, Ma.""Lupa? Belum juga anniversary pernikahan yang pertama tapi kamu sudah lupa. Sebenarnya selama ini apa yang kamu lakukan? Main rumah-rumahan?" Bening merasa terolok-olok oleh ucapan mamanya. "Bukannya mama yang memaksaku untuk menikah? Aku menikahi Om Galih juga karena mama. Jadi, proses yang aku lalui panjang dari pasangan pada umumnya. Kalau Mama nggak sabar menunggu cucu, Mama saja sana yang hamil. Aku pergi dulu. Jangan menggangguku!" Wanita itu bergegas pergi meskipun Tiara berteriak padanya untuk berhenti. "Dasar anak nakal!"
Read more
37 - Kalau Begitu, Pulanglah!
Galih tanpa sadar mundur beberapa langkah, terdiam lalu menghela napas berat. Sepertinya telinganya salah mendengar. Tidak mungkin Bening memanggilnya Om lagi.Bening mengetahui apa yang menjadikan suaminya diam. Dia terlalu kesal untuk memanggilnya seperti biasa. "Kalau nggak ada lagi yang mau dibicarakan, sebaiknya pergi saja. Aku masih ada pekerjaan."Lagi! Hati Galih tergores cukup dalam. Dia sempat mencari penjelasan yang masuk akal kenapa dia yang harus pergi. Tapi tidak ada yang bisa dia temukan dalam mata istrinya. Junar berlagak tidak mendengar. Dia masuk ke ruangannya tanpa berkata apa-apa namun dia berhenti di belakang pintu kelanjutan cerita mereka. "Kamu yakin ingin aku pergi?" tanya Galih sekali lagi berharap kata tidak terucap dengan lantang, lalu Bening akan meminta maaf.Bening mengalihkan pandangannya, "Aku mau menginap di rumah mama mulai malam ini. Jadi jangan tunggu aku! Om makan duluan saja."Om lagi?"Berapa lama?""Satu minggu."Satu minggu? Galih menghela na
Read more
38 - Masam Dari Mana?
"Papa, please! Aku ingin sendiri dulu," pinta Bening memelas. Dia menatap lesu papanya, berharap ada belas kasihan yang dia dapatkan dari ayah kandungnya itu.Angga mencoba untuk mengerti permintaan putrinya namun dengan satu syarat. "Dalam tiga hari Kamu harus pulang. Kalau nggak, papa sendiri yang akan menyeret kamu pergi."Bening mengangguk dengan cepat. Setidaknya dia tidak langsung diusir. Kalau hal itu sampai terjadi, Galih pasti akan merasa menang atas dirinya. Bening akan berusaha meyakinkan orang tuanya bahwa dia ingin tinggal di sana lebih lama lagi.°°°Galih melihat layar ponselnya yang tidak berkedip sama sekali. Padahal dia berharap Bening akan meminta maaf padanya. Dia dengan sukarela berbohong untuk mendapatkan hati istrinya lagi. Harusnya Bening setidaknya mengirim pesan sebagai tanda perdamaian diantara mereka. Kenyataannya wanita itu tidak lagi mengindahkan perasaannya. "Harus kuapakan kamu, Bening," gumam Galih.Pria itu hendak beranjak dari duduknya ketika ponse
Read more
39 - Sejak Kapan Kamu Ada Di Sini, Om?
[Sudah makan siang?]Tidak lagi terhitung berapa kali Bening mengacuhkan pesan Galih. Dia membacanya tapi tidak ingin membalas sepatah katapun. Bening sibuk dengan pekerjaannya, memusingkan kepalanya agar tidak memikirkan Galih untuk sementara waktu ini. Dia tetap bekerja seperti biasa meskipun sudah tiga hari ini dia menginap di rumah orangtuanya. Tiara terus mengusiknya untuk segera pulang tapi Bening masih bersikeras. Pihak yang mendukungnya masih ayahnya, entah berapa lama lagi dia dibiarkan begitu. "Kamu boleh pulang. Saya perlu menemui klien penting di luar kantor, langsung pulang setelah itu," ucap Junar yang selalu saja muncul disaat Bening tidak memperhatikan sekitarnya. Bening mendongak, "Saya ikut saja kalau begitu, Pak.""Nanti kamu menyesal kalau ikut."Anggapan Bening, Junar pasti bertemu Genta. Siapa lagi yang bisa membuat Bening menyesal bertemu?Bening buru-buru membereskan barang-barangnya dan bangkit, "Saya tetap ikut, Pak. Saya sekretaris bapak dan ini masih ja
Read more
40 - Bercinta Sambil Memasak Lebih Menyenangkan
"Apa nggak apa-apa kalau kita membohongi Bening, Ma? Kalau sampai Bening tahu, dia pasti marah sama kita," ucap Angga. Ide gila muncul dari istrinya yang menginginkan putrinya berbaikan lagi dengan suaminya. Tiara mendesis sebal. "Papa sudah bertanya begitu empat kali semalaman ini. Kenapa sih memangnya? Mama melakukannya demi anak kita. Emang papa mau kalau Bening ngotot tinggal di rumah kita selamanya?"Angga bukannya ingin begitu, tapi cara yang lebih baik kan masih banyak. Tapi menuntut istrinya untuk mengakui kesalahannya tidak ada gunanya. Tiara tetap menganggap itu benar.°°°"Em, aku hanya mampir sebentar," ucap Galih kaku. Dia bingung. Melihat kepolosan Bening tak urung menurunkan kinerja otaknya. "Sejak kapan? Perasaan tadi semua pintu sudah kukunci," sahut Bening. Dia mengambil selimut yang berada di atas ranjang untuk menutupi tubuhnya. Dia mendadak dia malu dilihat begitu intens oleh suaminya.Galih sudah datang sejak tadi. Sebelum Bening sampai rumah, dia sudah ada di
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status