All Chapters of Menjadi Tante dari Mantan Kekasihku: Chapter 51 - Chapter 60
101 Chapters
51 - Keributan Dengan Dina
"Ini namanya kamu coba-coba, Sayang." Galih mengambil ancang-ancang untuk membawa istrinya naik ke ranjang mereka, tapi Bening berhasil mengelak. Dia beralih ke almari pakaian, mengambil celana dalam motif gajah lengkap dengan belalainya. Wanita itu menentengnya tanpa dosa, "Ini kenapa bisa masuk, Mas? Emang kalau lagi on masuk sendiri ya?""Kemarilah! Lihat sendiri gimana caranya bisa masuk.""No, paling kamu memaksaku makan permen lagi. Nggak bisa! Aku sudah pintar sekarang," elak Bening. Dimain-mainkan celana dalam itu dengan seringaian lucunya. "Gimana kamu bisa punya ide untuk beli ini, Mas?"Galih hanya tersenyum misterius lalu melarikan diri ke pelukan istrinya. Dia tidak akan sanggup menghadapi Bening jika wanita itu terus saja menggoda. Tadi saja ketika dia membersihkan wajah Bening, timbul getaran yang menggodanya. Mana bisa dia diam saja."Mau style apa malam ini? Jongkok, berdiri, bersusun, tengkurap atau gimana?""Mas Galih, jorok!"°°°"Jadi, aku boleh nggak ikutan acar
Read more
52 - Ini Ramuan Bikin Tokcer
"Oh, pantas saja dia bisa di posisi sekarang.""Dia pasti merayu paman Pak Genta?""Kasihan Pak Genta yang harus bekerja sama dengan mantannya sendiri.""Kemana saja kita selama ini?"Bening limbung. Inilah yang dia dan Galih takutkan. Kehidupan mereka akan diketahui banyak orang. Sebelumnya Bening bukan siapa-siapa. Dia hanyalah sekretaris Aris —sang manager produksi— mempunyai kekasih dari kalangan yang sama. Pergi bekerja bukan sebuah ketakutan. Dia hanya menghadapi dunia yang selalu menyapanya dengan baik. Lalu, sekarang semuanya berubah hanya karena sebuah lamaran yang datang padanya. Salahkah Bening?"Saya minta perhatian semuanya," ucap Genta pada akhirnya membuat semua orang, termasuk media yang sibuk memberikan pertanyaan pada Bening untuk diam. Blitz kamera tertuju padanya. Genta maju selangkah di depan Bening, lalu menoleh pada Dina. "Terimakasih sudah memberikan saya pujian. Selagi kamu ada di sini, mari kita bahas bersama."Dina tidak begitu tertarik dengan alasan yang
Read more
53 - Kamu Nggak Bisa Menebaknya?
"Jangan cerewet!" ketus Karisma. "Nanti Bening juga kebagian."Diam-diam Bening melarikan diri ke ruang tamu agar Karisma tidak memaksanya membawanya. Masih mending Tiara yang membuatkan jus-jus segar itu dari pada Karisma."Nona, sarapan dulu!" teriak asisten rumah tangga tanpa dosa ketika melihat Bening mengendap-endap. Bening menghela napas berat, ketahuan sudah! "Ayo, sini, Sayang! Minum ini dulu. Mama juga sudah menyetok beberapa di kulkas. Nanti pulang kerja, abis makan malam jangan lupa diminum. Biar kalian sama-sama sehat dan kuat!" titah Karisma. Dia tidak sabaran untuk membawa Bening ke tempat seharusnya. Galih melirik istrinya dengan senyum dikulumnya. Dia lebih bersemangat meminumnya kalau Bening juga ikut tersiksa bersamanya."Ma, aku sudah kenyang," elak Bening. Wanita itu pura-pura mengusap perutnya yang tidak menunjuk tanda-tanda kenyang. Karisma tidak percaya, "Jangan menipu, Mama! Ayo, minum dulu! Selagi mama di sini kalian harus nurut. Sudah gede harusnya paham
Read more
54 - Oh, Ini Yang Namanya Janeta?
Perbedaan yang sangat besar? Bening mencoba menerka. Alasan di balik wajah oriental itu saja sudah bisa ditebak namun latar belakang keluarga Janeta yang tidak dia ketahui membuat Bening gagal menganalisis. "Aku nggak tahu, Mas," ucapnya."Kalau begitu, nanti saja aku jelaskan. Panggil mereka. Aku mau ke belakang dulu.""Ke belakang mana, Mas?" Bening mengerutkan keningnya, waspada."Ke kamar mandi. Apa aku juga perlu mengejanya?" tanya Galih gemas. Dicubitnya hidung mancung Bening agar sang istri bisa bersikap tenang. "Panggil dulu sana! Nanti sebelum tidur aku akan memberikan kejutan untukmu."Mendengar kata ajaib itu, Bening langsung menurut. Dia sudah menduga kejutan apa yang akan diberikan suaminya. Wanita itu berjalan ke ruang tamu. Para tamunya sedang bercakap-cakap karena samar-samar suaranya terdengar dari jarak beberapa meter. Pembicaraan itu sepertinya menyangkut Bening karena namanya dicatut begitu saja. Bening berhenti di antara batas ruang tamu dan ruang santai selama
Read more
55 - Pokoknya Aku Nggak Bisa Melihat Bening Bahagia
"Mas," panggil Bening dengan suara pelan. Dia meminta sang suami untuk mendekat."Ada apa, Sayang?""Coba lihat aku, Mas!"Galih memperhatikan dengan seksama wajah istrinya. Dari dua bola mata indah itu, beralih pada pipi yang terpoles blush-on tipis. Bibirnya juga tidak luput dari sapuan lipstik merah muda yang dipadukan dengan warna coklat muda. "Ada yang salah."Seketika Bening panik. Pantas saja Karisma memuji Janeta tadi. Ternyata dia sudah salah memakai make up. "Mana, Mas? Blush-onnya ketebelan ya? Atau lipstiknya terlalu pink? Tadinya aku mau pakai warna coklat aja tapi tiba-tiba pengen diombre. Ternyata nggak cocok ya?"Bening kesal dengan sikapnya sendiri yang sering plin-plan. Kalau saja dia tidak mengubah make-upnya pasti dia dipuji oleh mertuanya. "Sepertinya ... yang salah kamu, Bening. Cantik begini kenapa uring-uringan?"Bening tidak segan memukul suaminya karena candaan Galih tidak membuat dirinya tertawa sama sekali. "Aku serius tauk, Mas.""Maaf sayang. Habisnya ka
Read more
56 - Kamu Menguping Mereka?
"Maafkan istriku, Galih. Aku nggak tahu kenapa dia jadi begitu. Sikapnya berlebihan. Kalau aku tanya kenapa dia melakukannya, dia hanya bilang bercanda," ucap Teo tidak enak hati. Meminta maaf itu perlu, jadi sebelum Galih memperlebar jarak di antara mereka dia perlu turun tangan. Galih mengaduk kopi hitamnya dengan ritme sama, memutar ke arah kanan lalu berbalik ke kiri. Begitu seterusnya tanpa berniat diminum. "Nggak masalah. Aku tahu dari dulu Janeta memang begitu kan? Semua pria juga dipeluk kalau dia kenal.""Tapi istrimu pasti marah.""Bukan marah lagi. Cemburu buta malah."Teo jadi semakin bersalah. Seharusnya kebencian Janeta pada Bening tidak dilampiaskan pada Galih juga. Pria itu menggaruk kepalanya dengan gusar. "Aku akan bicara pada istriku untuk lebih menjaga sikap."Galih akhirnya mengangkat cangkirnya untuk meneguk sekali, lalu diturunkan kembali ke tumpuan cangkir. "Tenanglah, Teo. Aku bisa mengendalikan istriku. Kalau sudah diberi itu pasti dia tidak akan cemburu la
Read more
57 - Perih, Mas!
"Siapa yang menguping? Aku hanya tersesat waktu mendatangi ruangan kamu," elak Janeta. Semalam dia memang datang hanya untuk melihat apa kamu masih kerja atau sudah pulang. Habis itu aku pulang kok."Teo menarik dasinya secara brutal sampai dia hampir tercekik. "Tolong, Neta! Kalau emang kamu benci sama Bening, bukan begitu caranya. Kamu nggak perlu sampai mematai-matai mereka. Apa kamu akan tetap begini setelah tahu kalau aku diberi fasilitas mobil mewah dari Galih?"Mata Janeta membulat penuh. Embel-embel mewah membuat dia meneguk ludah, "Secara cuma-cuma?""Tentu saja nggak. Aku harus mengembalikannya kalau masa kerjaku sudah habis.""Pelit sekali. Kenapa harus diambil lagi kalau niatnya mau memberi," ejek Janeta."Hei, bukan Galih yang menginginkan mobil itu kembali tapi aku yang tahu diri untuk mengembalikannya. Lagi pula staf biasa sepertiku Gimana bisa dapat mobil mewah kalau direktur utamanya bukan teman sendiri. Intinya, cobalah untuk melepaskan dendam kamu. Kalau sama Genta
Read more
58 - Dari Mana Kamu Tahu Soal Genta?
"Mau ke rumah sakit nggak?" tanya Galih cemas. Dia sudah memberikan pertolongan pertama dengan merendam kelopak mata Bening dengan air dingin yang dia tuang ke dalam wadah besar. Tapi tidak tahu apakah ada efek membaik setelahnya. Bening masih merasakan perih tapi hanya samar-samar. Dia menggeleng, "Nggak perlu sepertinya, Mas. Tinggal sedikit saja perihnya. Ngomong-ngomong aku tetap marah sama kamu."Galih sudah meminta maaf berulangkali. Dia tidak sengaja mengatakan hal menegangkan saat Bening mengambil tulang sialannya lagi. "Kan aku sudah bilang kalau taruh dulu tulang itu. Kamu ambil lagi. Kenapa? Mau melemparnya padaku?"Bening mendelik, "Iya. Kalau kamu bicara ngawur aku bisa langsung melempar tulang iga sapi itu padamu, Mas." Ancaman kosong karena Bening tidak mungkin melakukannya. Galih menarik kepala istrinya untuk diberi kecupan pada kelopak matanya. Cukup lama sampai Bening merasakan sensasi hangat yang menenangkan. Wanita itu tidak ingin marah lagi. "Alasannya apa, Mas
Read more
59 - Jangan Bilang Kalau Mas Galih..?
"Kamu lupa kalau semua media memberitakan tentang hubungan kalian? Aku jadi penasaran apa yang membuat kamu bisa menikahi Galih? Padahal kamu punya pacar setia yang beberapa tahun sudah menjalin hubungan sama kamu. Tiba-tiba putus bukannya aneh?" tanya Janeta dengan nada mencurigai. Anna yang berada di dekat mereka ikut menyimak. Sejujurnya dia juga penasaran kenapa Bening memilih pria yang usianya di atasnya. "Dari dulu kamu nggak pernah berubah, Janeta! Rasa penasaran kamu itu benar-benar menyebalkan," seloroh Galih yang tanpa bersikap serampangan menghampiri wanita itu. Dia tidak akan tersinggung demi melindungi Bening. "Kalau kamu ingin tanya sesuatu lebih baik langsung saja sama aku, Janeta. Aku akan jawab dengan jujur.""Istriku buat ulah lagi?" tanya Teo begitu melihat kerumunan itu. "Nggak. Dia hanya penasaran dengan hubungan kami," ucap Galih sembari memeluk pinggang istrinya. "Kita baru sampai dan kalian sibuk bergosip? Mengisi tenaga dulu bisa kan?" sela Junar. Dia tida
Read more
60 - Ceroboh Sekali!
Janeta mengangkat bahu, sikap ambigu yang membuat Bening semakin berpikir buruk. "Jelaskan, Mbak! Selama aku masih sopan sama mbak," tuntut Bening. "Orang yang kamu maksud adalah suamimu kan? Tanya saja sama dia. Itu orangnya," tunjuk Janeta dengan isyarat dagunya. Galih sedang berjalan ke arah depan, entah apa yang dilakukan olehnya selagi para pria bergosip di ruang makan. Bening tersulut keinginan untuk mengetahui yang sebenarnya, ditambah muka Janeta yang mendukung bahwa semua argumen yang dia ucapkan tadi adalah sebuah kenyataan. Apalagi mereka punya masa lalu bersama. Bening segera menghampiri suaminya, menahan langkahnya sebelum Galih mencapai pintu depan. "Mas, Aku ingin bicara sesuatu."Galih yang tidak tahu jika istrinya sedang mencurigainya terlihat biasa saja. Dia bahkan masih bisa mencubit hidung istrinya seperti yang selalu dia lakukan. "Bicaralah! Kenapa kamu tegang begitu?""Aku sedang nggak bercanda, Mas. Kata Mbak Janeta tadi Kalau yang menghamili dia bukan dosen
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status