Semua Bab Menjadi Tante dari Mantan Kekasihku: Bab 41 - Bab 50
101 Bab
41 - Kalian Ngapain Berduaan Di Sini?
"Kenapa?" tanya Bening bingung. Dia sudah memperkirakan kalau mie buatannya pasti enak karena dia menambahkan bumbu lain ke dalamnya. Ada beberapa cabai, satu siung bawang putih dan merah yang dia geprek, lalu saus tomat dan kecap. Atau jangan-jangan keringat mereka tercebur ke dalamnya dan merusak cita rasanya?"Enak kok," ucap Galih sembari tersenyum penuh arti. Dia melihat muka pucat Bening, "semakin enak kalau kamu nggak pakai begitu. Nggak dingin?""Mas juga nggak pakai baju kan? Tanggung, Mas. Aku kelaparan," ucap Bening malu. Selama membuat mie, yang mereka lakukan jauh membutuhkan banyak tenaga dari pada memikirkan apakah mie buatannya enak atau tidak. Galih seolah sedang membalas dendam atas beberapa hari ini. Pria itu sangat menginginkan Bening dan tidak rela membagi waktunya hanya untuk sekedar membuat mie instan. "Aku terlalu bersemangat ya?""Sangat.""Habiskan makanan kamu. Setelah makanan kita turun, kita pindah ke kamar."Bening tersedak mendengarnya. "Lagi, Mas?""I
Baca selengkapnya
42 - Kita Perlu Bicara Berdua
Karisma memicingkan matanya melihat dua orang dulu pernah menjadi pasangan kekasih itu. Posisi mereka memang tidak terlihat mencurigakan, Bening terduduk di bawah sementara Genta setengah berjongkok. Tapi jika berada di kamar yang sama bukannya itu perlu dicurigai?"Jangan salah paham, Tan. Aku hanya ingin membantu Bening," ucap Genta. Dia menarik kembali tangannya dan membiarkan Bening untuk berdiri sendiri. Karisma masih berdiri di ambang pintu. Tampaknya dia ingin mengucapkan sesuatu tapi ditelannya lagi kata-katanya. "Keluarlah! Semua orang sudah menunggu. Nggak baik tuan rumah malah diam di kamar begini. Kamu juga, Genta. Kamu pergi dulu saja agar orang lain tidak memandang buruk kalian." Genta mengangguk sembari berjalan. Dia minta maaf sekali lagi pada Kharisma. Sementara wanita yang sudah melahirkan Galih itu menunggu Bening untuk bicara. "Katanya dia salah masuk kamar," ucap Bening jujur."Salah masuk kamar? Kok bisa?""Aku juga tidak tahu, Ma."Bening memijit pelipisnya y
Baca selengkapnya
43 - Kejutan Yang Tertunda
"Sejak kapan kamu mulai aktif bertemu dengan Genta?" tanya Galih menuntut penjelasan. Dia membawa Bening ke ruangan yang tidak banyak orang. Dia tidak ingin memperlihatkan kemarahannya di depan keluarga besarnya terutama Fitri."Aku lupa, Mas. Mungkin satu bulan yang lalu.""Apa sebelum kamu mengaku tidur dengan dia, kalian sudah sering bertemu untuk urusan pekerjaan?"Bening mengangguk pelan.Galih mulai berpikir keras, "Jadi sudah lebih dari sebulan kalian intens bertemu?"Bening menggeleng cepat, "Bukan seperti itu, Mas. Kami nggak terlalu sering bertemu dan hanya beberapa kali bertemu untuk rapat. Kamu nggak perlu cemas, Mas. Aku bisa bersikap profesional.""Aku bukannya cemas tapi aku kesal karena menjadi orang terakhir yang tahu hal ini. Kamu lihat tadi? Aku nggak bisa membela kamu di depan Tante Fitri karena aku tidak tahu apa-apa. Beda lagi kalau aku tahu, sudah pasti aku akan membela kamu mati-matian. Sekarang katakan kenapa kamu menyembunyikannya?" Wanita yang malam ini tam
Baca selengkapnya
44 - Kamu Tadi Bilang Apa, Bening?
"Kenapa muka kamu lesu begitu?" tanya Junar pada sekretarisnya yang sejak tadi menekuk wajahnya. "Bukannya saya sudah memberi libur sehari?"Bening mengangguk masam, "Benar. Saya hanya kurang istirahat saja. Kalau bapak tidak keberatan sebaiknya bapak masuk saja ke ruangan bapak karena saya masih punya banyak pekerjaan.""Salah sendiri Kamu kemarin ijin." Junar mengatakannya sambil lalu. Dia berjalan ke ruangannya, meninggalkan Bening dengan segala pekerjaan yang tertunda kemarin. Ada satu jadwal yang perlu diselesaikan hari ini, pemotretan untuk launching tas kolaborasi Junar dan Genta. Rencananya jam dua nanti, mereka akan memulainya. Junar akan mampir sebentar ke lokasi sebelum pergi lagi untuk menemui seseorang. Itu artinya Bening harus ikut serta. Padahal hari ini Bening tidak memiliki banyak energi. Sebelum berangkat dia sempat sarapan tapi hanya beberapa suap. Dia kehilangan semangat untuk makan. Dilihatnya benda pintar di sampingnya tidak menunjukkan tanda-tanda bergetar. S
Baca selengkapnya
45 - Ucapan Kamu Sangat Kasar!
Barang-barang Galih berceceran di lantai tapi dia tidak menemukan alat tes kehamilan seperti yang dibicarakan Bening. "Kamu yakin sudah memasukkannya?"Bening berjongkok untuk mencari dengan lebih teliti. Banyak pena mahal di sana, lalu lembar bon yang entah dari mana dan setumpuk berkas yang masih belum disentuh mungkin. Galih panik melihat Bening yang berjongkok begitu. Dia menarik istrinya untuk berdiri, "Biar aku saja yang cari. Nanti perutnya kegencet."Bening memasang tampang kesal. Pipinya menggelembung. Susah payah dia ingin memberikan kejutan tapi malah suaminya tidak ngeh sama sekali. Bahkan bukti tersebut terancam hilang. Galih berjongkok menggantikan Bening. Sepanjang hari-hari kemarin dia tidak menemukan ada yang aneh dari isi tasnya. Apa mungkin sejak pertama kali Bening memasukkannya, benda itu tidak sengaja terbawa keluar? Sepuluh menit dirasa sudah cukup untuk menggali barang-barang yang terlihat bentuknya itu. Galih akhirnya menyerah. "Mungkin terselip di mana l
Baca selengkapnya
46 - Apa Itu?
"Apa yang kamu lakukan di kantor saya?" Junar mendatangi Bening dan Genta yang bisa-bisanya bersitegang di tempat umum. Apalagi banyak karyawan yang melihat mereka. "Kamu harus bisa menjaga sikap!"Ucapan tertohok itu tertuju pada Genta yang tiba-tiba saja datang sebelum acara launching tas mereka. Gedung yang didatangi Genta harusnya bukan kantor Junar tapi Mercusuar Mall, pusat perbelanjaan yang menjadi salah satu lokasi paling diminati anak muda jaman sekarang."Ini bukan urusan bapak!" sengit Genta. "Memang tapi berhubung kamu ada di kantor saya, saya perlu mengambil sikap. Bening sekretaris saya, ingat itu!" tegas Junar. Dia menoleh pada Bening yang belum mau bicara. "Kita berangkat sekarang!"Sebelum Genta bergerak untuk menghalangi Bening, Junar sudah lebih dulu mengambil ancang-ancang. "Saya tidak suka mengulangi ucapan saya, Genta. Maaf kalau saya tidak bisa memberi kamu tumpangan karena sikap kamu yang kurang baik. Sebelum acara pembukaan nanti, lebih baik kamu ubah sikap
Baca selengkapnya
47 - Istrimu Dibawa oleh Genta
Tarikan lumayan keras pada lengan Bening berhasil membuat wanita itu beranjak dari sana. Mereka sama-sama terpelanting ke samping, dimana rak-rak etalase berjajar. Di sanalah beberapa stand digelar, tepat di sebelah panggung mini. Orang yang menyelamatkan Bening terdesak di antara etalase dan tubuh Bening. Terdengar suara retakan tulang yang patah. Bening belum siap dengan segala kericuhan itu, dia belum bereaksi. Di tengah kebingungannya, terdengar lagi decitan rem dari sebuah mobil yang entah datang dari mana karena membentur dinding mall. Beberapa orang terlindas dan bahkan ada yang terlempar karena tubrukan yang dahsyat itu. Jantung Bening berpacu, bersamaan dengan jeritan orang-orang. Ya Tuhan, dengan jelas Bening melihat seorang anak terinjak oleh orang dewasa. Anak itu mengalami luka serius dan tidak sadarkan diri. Bening seketika ingat dengan kehamilan yang baru dia kabarkan pada keluarga besar suaminya itu. Wanita itu meraba perutnya, namun tidak tahu bagaimana keadaannya
Baca selengkapnya
48 - Kamu Anggap Apa Aku Ini?
Galih hampir saja memukul Genta kalau dia tidak ingat dimana mereka berada. Galih menghampiri keponakannya dengan tergesa-gesa, menyingkirkan dari hadapan dokter. "Maaf, anda siapa?" tanya Dokter tersebut dengan pandangan bingung. Pasalnya Genta mengatakan bahwa dia adalah suami Bening. "Saya suaminya," jawab Galih dengan cepat. "Suami?" tanya dokter bernama Rudi yah serta merta melayangkan pandangan pada Genta dan Galih bergantian. Apa mungkin wanita yang menjadi pasiennya memiliki dua suami? Genta menunduk. Habislah dia!Melihat kebingungan Rudi, Galih buru-buru mengklarifikasi. "Bening istri saya dan hanya saya suaminya. Genta keponakan saya yang suka iseng kalau bicara, Dok. Jadi, bisa tolong dijelaskan kembali pada saya apa yang terjual?"Rudi menggeleng lemah pada Galih, entah karena kecewa pada informasi yang diberikan oleh Genta atau karena kondisi Bening. "Begini, Pak. Pasien mengalami pendarahan yang mengakibatkan keguguran. Menurut ucapan Pak Genta yang mengaku suami pa
Baca selengkapnya
49 - Tadaa, Kejutan!
Apa yang dimaksud masa lalu oleh Karisma, sampai-sampai Fitri tidak bisa membalas dengan kata-kata lagi. Wanita itu pamit tanpa mengatakan apapun, membiarkan Karisma menghubungi Galih untuk kesekian kalinya."Gimana? Bening sudah baikan?" tanyanya cemas. Dia belum bisa menjenguk menantunya ke rumah sakit karena alasan tertentu. "Baiklah. Kalau ada apa-apa kamu bisa menghubungi Mama."Wanita itu menghembuskan nafas kasar sembari menutup teleponnya. Dia benar-benar khawatir. Bukan karena keguguran yang dialami Bening tapi lebih pada psikisnya. Wanita yang baru pertama kalinya hamil, pasti akan merasakan sakit berlipat ganda ketika kehilangan bayi yang bahkan belum bisa tumbuh dalam perutnya."Semoga dia baik-baik saja."°°°"Sudah lebih baik? Bapak yakin?" tanya Bening berkali-kali pada atasan yang mempertaruhkan nyawanya hanya untuk menolongnya. Sebagai gantinya menjawab pertanyaan Bening, Junar menoleh pada Galih. "Bawa saja dia pergi. Dia berisik sekali."Galih tersenyum geli, "Kamu
Baca selengkapnya
50 - Dia Mulai Lagi
"Kamu apa-apaan itu? Pakai lagi celananya! Ya Tuhan, ada-ada saja kamu ini. Udah gede masih aja main belalai," omel Karisma. Untung saja dia refleks membalikkan tubuhnya sebelum bola matanya teracuni oleh penampakan yang dulunya tidak asing. Sekarang beda lagi ukurannya. Galih buru-buru mengambil celana boxernya sambil meratapi kebodohannya. Pantas saja dia berlaku aneh, ternyata ada sebabnya. Dia ketahuan oleh mamanya sendiri. "Ada apa, Ma? Mas Galih nggak ada?" tanya Bening bingung melihat Karisma malah melihat ke depan pintu bukannya memanggil suaminya. "Mama malah dapat kejutan istimewa dari suamimu, Bening. Duh, mata mama ternoda," ucap Karisma sambil geleng-geleng kepala. Dia akhirnya pergi dari sana karena tidak mau berdebat dengan Galih. Malu rasanya. Tapi geli juga karena Galih bisa bersikap konyol begitu. Dari dulu anak itu selalu serius setiap menghadapi masalah, sekarang perlahan semuanya berubah. "Kamu ngapain mama sih, Mas? Ini kenapa kamu hanya pakai boxer? Celana p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status