All Chapters of SANG MAFIA PENGUASA: Chapter 51 - Chapter 60
112 Chapters
51. Tak Ingin Memberitahumu
“Tuan, kau urus sendiri wanitamu itu. Aku akan pergi,” ucap Frey yang hendak berlalu pergi tapi Alden dengan cepat menahannya. “Jangan berani melewati batasmu, Frey. Kau yang hadapi dia!” titah Alden yang segera berlalu pergi meninggalkan Frey bersama wanita yang menahannya tadi. Frey mendengus kesal. Tapi apa yang bisa dia lakukan selain mematuhi perintah bosnya yang gila itu. Dia memandang wanita yang tengah kesal memanggil Alden karena sudah meninggalkannya. “Nona, apa kau tidak tahu jika dia sudah beristri, heh?” Suara Frey membuat wanita itu menoleh padanya. Dia masih memasang wajah kesal, dan menatap sinis Frey. “Aku tidak peduli dengan itu. Yang kupedulikan hanya kepuasanku! Lagipula dia juga sudah pernah tidur denganku,” sahut wanita itu dengan sombong. Frey tertawa mendengar jawaban wanita itu yang begitu penuh keyakinan jika Alden pernah menidurinya. Dia hanya tidak tahu saja apa yang terjadi
Read more
52. Rencana yang Gagal
“Hei! Apa yang kau lakukan di sini?” Mendengar suara orang yang menegurnya, wanita itu berlari pergi tanpa menoleh. Langkah kaki yang mengikutinya pun semakin dekat dengannya. Entah perasaan takut muncul dengan tiba-tiba, dan dia terus berlari hingga tanpa sengaja menabrakan seseorang di ujung lorong. Bruk! Tubuhnya sedikit terpental akibat benturan dengan sosok pria yang berbadan cukup tinggi dan berisi. Dia mengangkat pandangannya, dan bertemu dengan tatapan yang tajam melihatnya. “F-frey?” katanya dengan suara yang pelan. Wanita itu menoleh, dan mendapati sesosok pria yang berada di belakangnya. Dia tak bisa melihat wajah pria itu, karena mengenakan masker dan topi. Kedua pria itu berada di depan dan belakangnya dengan tatapan tajam. Namun, mengingat Frey yang ada di hadapannya, dia segera bangun. Frey yang hanya diam saja, melihat sekilas kepada sosok pria yang mengikuti wanita itu. Seo
Read more
53. Tidur Bersama
Jessica tersenyum dingin. “Racun. Jangan khawatir, ini bukan dosis yang mematikan. Hanya cukup membuatmu tidak bisa bergerak atau bicara untuk sementara waktu. Aku ingin mendengar semua yang kau tahu, Isabella. Jangan pikirkan untuk berbohong atau menahan informasi. Kau tahu, dosis berikutnya bisa jadi lebih tinggi.”Isabella, meskipun kesakitan, mencoba mempertahankan ketegasannya. “Kau tidak akan pernah mendapatkan apa yang kau inginkan. Aku tidak akan memberikan informasi apapun kepadamu.”Jessica tersenyum lebih lebar. “Kita lihat saja seberapa lama kau bisa bertahan, Isabella. Aku punya banyak waktu.”Jessica bangkit, dan memangil beberapa pengawal yang sedang berjaga. “Pindahkan dia, kurung dengan baik!” titahnya.Isabella berontak, dia bahkan memasang wajah memelas pada Alden. Namun, Alden hanya diam dengan wajah dingin dan tatapn tajamnya, membiarkan wanita itu dibawa pergi oleh pengawal.Isabella mencoba berteriak dan melawan, tetapi kelemahannya akibat racun membuat usahanya
Read more
54. Pengganggu
“Sudah selesai bermesarannya? Cepatlah turun!” Alana yang mendengar suara seseorang, langsung beranjak dari atas tubuh Alden. Dengan perasaan yang malu, dia menatap seorang wanita yang sedang bersedekap di depan pintu kamar. Alana menggaruk pipinya yang tak gatal, dan wanita itu pun pergi tanpa berkata apa-apa. Dia bahkan menutup pintu dengan cukup kasar. “Apa dia selalu begitu? Kenapa dia tidak ketuk pintu dulu?” Alana merasa kesal, sekaligus malu karena kedapatan oleh orang lain. Untung saja dirinya tak melakukan hal yang memalukan. Wanita itu benar-benar tak punya etika! Alden hanya terkekeh melihat Alana yang mengomel. Dia sudah terbiasa dengan sikap Jessica yang seperti itu. Tapi, sepertinya wanita itu lupa jika ada wanita lain yang sedang bersamanya. “Tidak usah hiraukan dia. Ayo, kuantar kau pulang,” ucap Alden sembari memasang bajunya. Alana masih mengrucutkan bibirnya. Dia masih ke
Read more
55. Jatuh Cinta
“Dari mana saja kamu, kenapa baru pulang? Apa kau tidak bersama Alden?” Seseorang langsung menodongkan pertanyaan begitu Alana membuka pintu kamarnya. Pria itu sudah menunggu sejak semalam, dan tak melihat tanda-tanda Alana akan pulang. “Dia masih di bawah. Semalam aku tertidur di markasnya,” jawab Alana sembari mengempaskan tubuhnya di sofa tepat di samping pria itu. “Apa dia akan kemari?” tanya pria itu lagi dan Alana menganggukkan kepalanya. “Baiklah, aku pergi dulu,” ucap pria itu dan Alana hanya membalasnya dengan anggukkan kepala. Tepat saat pria itu pergi dari kamar Alana, Alden baru saja tiba. Dia melangkahkan kakinya dengan cepat. “Pria itu lagi,” gumam Alden tapi dia tak mengejarnya. “Apa ada seseorang datang ke sini?” tanya Alden begitu dia masuk. “Hem? Tidak ada,” jawab Alana singkat. Alden mengerutkan keningnya. Dia semakin penasarn dengan pria yang sela
Read more
56. Aku Kekasihnya!
Hampir dua jam Alden berkutat dengan pekerjaannya. Tapi pikirannya terus melayang pada ucapan Frey pagi tadi. Sebagaimanapun Alden ingin melupakannya, tapi dia tak bisa. Mana mungkin dia jatuh hati pada wanita ceroboh itu. Dia hanya senang menggodanya saja. Lama Alden terdiam dengan pikirannya yang berkecamuk, seorang wanita datang tiba-tiba mendekat padanya. Alden tersentak kaget saat tangan wanita itu menyentuhnya. “Apa yang kau lakukan?” Suara Alden meninggi dan mendorong wanita itu agar menjauh darinya. “Dari tadi aku memanggilm, Mr. Alden. Tapi kau dia melamun. Apa yang sedang kau pikirkan, hem?” Seakan tak takut dengan kemarahan Alden, wanita itu kembali mendekat ke arah Alden. Dia memasang wajah tanpa dosa, dan terkesan menggoda. “Clara, keluar dari sini atau aku panggil penjaga untuk menggeretmu!” ucap Alden dengan tegas. Wanita itu mengerucutkan bibirnya. “Mr. Aku hanya bertanya pa
Read more
57. Kasus Pembunuhan Baru
Alden tersenyum kecut. "Maaf, mungkin aku terlalu impulsif. Tapi, kau setuju, kan?"Alana menggelengkan kepala sambil tersenyum, "Terserah kau saja.”Suasana menjadi canggung di antara mereka berdua. Alden menghela napas panjang, dan beranjak dari duduknya kembali ke mejanya.Sementara itu, Alana merapikan rambutnya yang berantakan karena ulah Clara. Dia sedikit mendengus kesal. Pasalnya, rambutnya sedikit sensitif akhir-akhir ini, dan dia belum sempat pergi untuk memperbaikinya.Sebenarnya Alana bisa saja membalas wanita itu tadi. Tapi, entah kenapa dia malah hanya diam saja, terlebih ketika Alden keluar membelanya.Ting...ting...tingBunyi pesan masuk ke ponsel Alana yang terus-menerus, membuat wanita itu mengalihkan pandangannya. Wajahnya yang kesal, seketika berubah menjadi serius. Dahinya sedikit mengkerut, dan menghela napas pelan.“Ada apa, Alana?” tanya Alden yang menyadari ada sesuatu yang salah dari rekan kerjanya itu.“Ah... ini hanya pesan dari teman kantor. Ada sedikit ma
Read more
58. Mencari Pembunuhnya
Alana mengatupkan amplop dengan hati-hati, menyadari bahwa langkah-langkahnya selanjutnya akan menentukan jalannya kasus ini. Dia memandang sekeliling, mencari petunjuk pertama yang bisa membawanya pada jejak sang pembunuh.Langit malam semakin gelap, menciptakan suasana dramatis di sekitar hotel yang megah itu. Alana bergerak dengan gesit, melewati kerumunan tanpa menarik perhatian. Detektif itu tahu bahwa dalam dunia ini, keberhasilan terkadang terletak pada kemampuan untuk menjadi bayangan yang tidak terlihat.Saat Alana memasuki lorong gelap yang diindikasikan dalam amplop, dia merasakan napas dingin mengalir di lehernya. Langkah-langkahnya bergema di antara dinding batu tua. Lorong ini penuh dengan bayangan, dan setiap langkah mengingatkannya pada betapa rapuhnya kebenaran di balik kisah ini.Setelah menelusuri lorong-lorong yang tersembunyi, Alana menemukan pintu yang tampaknya tidak digunakan. Dengan hati-hati, dia membukanya dan menemukan ruangan gelap yang dipenuhi dengan bau
Read more
59. Perdebatan Alden dan Polisi
Alden mengendurkan pegangannya pada kerah pakaian Hugo, mencoba meredakan kemarahannya. "Jangan bermain-main denganku. Sampaikan siapa yang berada di belakang ini, atau kau akan menyesal."Hugo masih tetap diam, meski wajahnya sudah berdarah dan bibirnya tergores. Alden memahami bahwa pria ini mungkin telah melalui pelatihan untuk menahan interogasi."Sudahlah, Hugo. Kita bisa membuat ini lebih mudah atau lebih sulit bagimu," kata Alden dengan nada tegas.Hugo tersenyum sinis, "Kalian semua hanya orang-orang kecil yang dipekerjakan oleh bosku. Kalian tidak tahu apa-apa."Alden mencoba mengontrol kekesalannya. "Kami akan menemukan dia, satu atau lain cara. Jadi, lebih baik kau bicara sekarang juga."Hugo tertawa terbahak-bahak, seperti menikmati situasi ini. "Dia tidak bisa dihentikan. Kalian semua akan tahu rasa takut yang sejati."Tanpa memberikan jawaban yang jelas, Hugo terus merendahkan mereka dengan kata-kata yang menantang. Alden dan Frey bertukar pandang, menyadari bahwa mereka
Read more
60. Hubungan Spesial
“Bukankah sudah kubilang, itu hal mudah untukku lakukan. Menyingkirkan satu wanita tak berguna itu, tak perlu banyak tenaga.” “Tuan, tapi wajahmu terlihat. Alden bisa saja mengetahuimu dengan mudah.” “Tidak mungkin, akan kupastikan wanita itu mati!”*** Matahari sudah berada di atas, tapi tak ada tanda-tanda Alana akan membuka matanya. Alden masih dengan setia menemani bersama pria berseragam polisi itu. Keduanya sama-sama diam tak bersuara. Pikiran aneh terus berputar di otak Alden. Dia memikirkan kemungkinan terburuk yang terjadi pada Alana. Sialnya, dia tak bisa berpikira positif dalam situasi seperti ini. Frey baru saja memberikan kabar, jika wanita yang memberi tugas pada Alana akan ditempatkan di tempat yang sama dengan Hugo. Mengingat wanita itu, Alden menoleh pada pria berseraga polisi yang hanya diam menatap ke arah Alana. Mereka berada di unit yang sama, pasti akan mudah untuk menemukan dalan
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status