Semua Bab Istri Dadakan si Dosen Tampan: Bab 41 - Bab 50
140 Bab
Part 41 - Mengantar Mika
Asha POVAku mengerjap perlahan sambil menarik napas dalam-dalam. Entah apa yang terjadi, tapi aku merasakan tubuhku seperti habis dihantam? Padahal sebelumnya aku tak habis baku hantam. Aku melirik ke kiri dan melihat tanganku dipakaikan gift. Entahkah patah atau kenapa? Tapi ini sakit banget kalau digerakkan. Di sisi lain, aku merasakan tanganku justru dipegang oleh seseorang. Aku menoleh dan mendapati Pak Ezar duduk tertidur sambil memegang tangan ini seakan tak ingin melepaskan.Bibirku tersungging tipis melihat pemandangan ini.‘Tuhan, jika ini mimpi, tolong jangan bangunkan. Ini terlalu indah.’‘Kenapa dia tidur di sini?’ ‘Gue di mana?’Aku berusaha mengingat kejadian tadi siang, di mana mobil truk menghantam mobil Mika dari belakang. Tak ada kejadian yang bisa kuingat jelas hingga aku tak sadarkan diri. ‘Lalu, bagaimana dengan keadaan Mika?’‘Apakah dia baik-baik saja?’‘Ah, gue tau Mika adalah gadis kuat. Dia pasti akan baik-baik saja.’Merasakan badan yang seakan sangat
Baca selengkapnya
Part 42 - Kesambet Jurik Bucin?
Aku menelan ludah yang getir berkali-kali, tak lepas memandangi tanah kuburan Mika yang basah. “Terima kasih atas semuanya, Ka. Tentang apa pun itu, atas warna yang lu berikan sama hidup gue beberapa tahun terakhir. Gue gak akan pernah lupain itu,” ucapku dengan mata berkaca-kaca. “Mika, walaupun ragamu sudah tidak ada di sini, tapi ketahuilah bahwa jiwamu masih bersama kami. Kamu akan tetap ada di hati kami, Ka,” ucap Vina sambil menabur bunga di atas kuburan Mika. “Sha, pulang, yuk. Kamu masih harus istirahat,” bisik Pak Ezar beberapa saat kemudian.“Bentar lagi, Pak. Aku masih mau di sini.”“Tapi, Sha. Kondisi kamu ....” Pak Ezar memandangku penuh kekhawatiran, tetapi tak lama ia menghela napas berat. Aku tahu, dia pasti tak bisa berkata-kata sekarang. Di satu sisi, ia ingin menyeretku pulang, tetapi di sisi lain justru tak tega membantah keinginanku yang masih ingin tetap di makam Mika. “Sha, benar kata Pak Ezar
Baca selengkapnya
Part 43 - Stay With You
Aku terpana mendengar ucapan Pak Ezar yang kedengarannya sangat manis. Seperti senyumnya. Bahkan, aku sampai tak bisa tersenyum sekarang saking tidak percayanya dengan apa yang baru saja diucapkan.Benarkah dia Pak Ezar yang galak? Seseorang yang menikahiku kurang lebih sebulan lalu?“Ah, kamu makan dulu, ya. Aku suapin.”Lagi dan lagi, aku melongo tanpa kata sambil meneguk ludah yang terasa tercekat di leher. Ini Pak Ezar habis makan apa, sih? Kenapa sikapnya mendadak manis? Kayak ada pisang di balik tepung. “Pak, saya bisa makan sendiri,” tolakku. Walaupun, dalam hati sebenarnya tertawa riang dan gembira saking bahagianya mau disuapin Pak Ezar. Tapi, sebagai cewek yang tak sedang men-diskon harga diri kudu jual mahal sedikit. Minimal, biar tidak terkesan sangat menginginkannya. Hahaha. “Gak! Aku suapin aja,” ucapnya cepat. “Dan satu lagi, mulai sekarang jangan panggil Pak kalau di luar
Baca selengkapnya
Part 44 - Skandal
Spontan, Mika memelukku dan mengusap lembut punggung ini seolah mentransfer kekuatannya padaku. “Mulai sekarang, lu jangan ngerasa sendirian lagi. Anggap saja apa yang pergi dari hidup lu itu memang gak baik buat lu. Gue yakin, akan ada hal-hal indah yang datang ke hidup lu nanti,” tuturnya sambil tersenyum. Aku menggeleng berulang kali manakala air mata kembali berjatuhan membasahi pipi.Spontan, aku tertunduk lemas dan menyembunyikan wajah di antara lutut. Menangis, menahan sesak dalam dada. ‘Mika, lu benar-benar udah pergi ya? Lu ninggalin gue, Ka.’‘Lu bilang bakal liat gue bahagia, tapi gue belum bahagia lu malah pergi duluan.’Aku mendongak dan menghapus sisa air mata. Kemudian, meraih bingkai foto yang kusimpan di atas nakas. Ludahku terteguk sempurna memandangi foto candid kami bertiga dalam bingkai itu. ‘Mika, lu tau gak? Semenjak kecelakaan itu, sikap Pak Ezar berubah drastis ke gue. Dia jadi lembut banget. Kalau lu tau kabar ini, lu pasti heboh banget, deh.’Aku menarik
Baca selengkapnya
Part 45 - Mengejar Mantan?
‘Apa maksudnya omongan mereka?’ Batinku bertanya-tanya. Aku masih terpaku manakala Pak Ezar menyentuh lenganku dan hendak membawa pergi. Hanya saja, kaki ini seakan enggan untuk melangkah. Aku masih ingin memperjelas siapa dan apa maksud omongan para wanita tadi?Aku merasa, mereka bercerita tentang diriku. Terlihat dari gelagatnya yang mengobrol sambil melihat ke arahku, sesekali memandang ponselnya. “Sha, ayo pergi,” ajak Mas Ezar.“Mas, mereka ngomongin aku kan?” tanyaku butuh penjelasan. Mas Ezar bungkam cukup lama. Aku melihatnya menoleh ke arah wanita-wanita sok tahu itu sekejap, lalu ganti memandangku dalam. Dia menggeleng pelan sambil berkata, “Tidak. Mereka gak ngomongin kamu, kok. Ayo pergi dari sini.”Tentu, aku tak percaya ucapan Mas Ezar begitu saja. Jelas-jelas, omongan mereka sangat tertuju padaku. Aku tak merasa menjadi simpanan dosen, karena dosen itu adalah suamiku, tapi aku sepe
Baca selengkapnya
Part 46 - Curhatan Asha
Pada akhirnya, aku pulang ke rumah diantar oleh Kak Kyra. Tadinya, aku ingin menelepon Vina, tapi tak sengaja bertemu dengan Kak Ghazaar dan Kak Kyra yang juga datang ke mall. Mereka panik melihatku duduk di tangga sambil mengusap kaki yang entah tiba-tiba sakit, padahal seharusnya hati yang sakit. Menunggu Mas Ezar? Entahlah! Aku sungguh malas menunggunya, walau dia berpesan padaku agar tak ke mana-mana.“Sha, Aku boleh tanya sesuatu?” tanya Kak Kyra setelah kami berada di kamar. Sedang Kak Ghazaar tak ikut masuk, ia memilih duduk di ruang tamu. “Tanya apa, Kak?” tanyaku. “Apa di kampus gak ada yang tahu hubungan kalian?”Aku diam sejenak. Aku tebak, pasti Kak Kyra juga sudah melihat gosip murahan yang rame itu di sosial media. “Selain Papa mungkin gak ada, Kak.”“Ezar bodoh banget, sih. Kenapa coba main rahasiakan pernikahannya. Kan masalahnya jadi melebar begini,” gerutu Kak Kyra. “Kamu gak usah dengarin
Baca selengkapnya
Part 47 - Asha dan Kisahnya
“Terus Mama kamu?” tanya Kak Kyra lagi.Dia menatap lekat wajahku, seakan ingin mengupas tuntas sesuatu yang berkaitan tentangku.Sesaat, aku menunduk sambil menarik-narik ujung baju. Setidaknya mata ini mulai berkaca-kaca mengingat Mama yang pergi tanpa pamit dan tidak akan pernah kembali lagi. “Karena sakit hati Ayah diam-diam menikah lagi, Mama bunuh diri, Kak. Dia ....” Aku terisak begitu air mata berhasil menetes.“... dia nekat melompat dari jembatan.”Aku memutar memori di saat umurku masih 9 tahun. Saat itu, aku sedang manjat di pohon jambu sama teman. Namun, tiba-tiba ada tetangga yang datang mencariku. “Asha ... Asha!” panggilnya dengan nada panik. “Iya, Tante. Ada apa?” tanyaku dari atas pohon jambu. “Turun sini, buruan! Tante mau ngomong sesuatu.”Aku pun terpaksa turun, walau sebenarnya lagi asik-asiknya bergelantungan seolah-olah pohon jambu itu adalah pesawat yang membawa terbang.
Baca selengkapnya
Part 48 - Ayo Bercerai!
Aku langsung bertolak pulang ke rumah setelah membaca pesan Kak Ghazaar. Setidaknya, aku merasa tenang karena ternyata Asha dibawa pulang oleh mereka. Walaupun aku merasa bersalah karena telah meninggalkan Asha sendirian di saat suasana hatinya memburuk karena kabar-kabar tak mengenakkan yang tengah seliweran. Sungguh, aku bukan bermaksud meninggalkan Asha demi mengejar Manda. Hanya saja, aku curiga kalau Manda adalah dalang keladi dari tersebarnya fotoku dengan Asha. Aku hanya ingin membersihkan nama baikku dan nama baik Asha. Namun, ternyata keputusanku untuk mengejar Manda lagi dan lagi menyakiti Asha secara tidak langsung. Mengapa aku tak sadar dengan semua itu? Seandainya tahu Asha terluka, aku tak akan mengejar Manda tadi. Aku berjalan dari garasi, bersamaan dengan Kak Ghazaar dan Kak Kyra yang berada di depan pintu. Sepertinya mereka akan pulang. Napas ini serasa tercekat manakala meliha
Baca selengkapnya
Part 49 - Ciuman Pertama?
Pov AshaBegitu Vina sudah pulang ke kosnya, aku masih betah nongkrong sendiri di meja makan sambil menikmati banana crispy alias pisang nugget buatanku dan Vina tadi.Tak lupa, menonton drama Cina untuk sekadar melupakan skandal murahan yang hingga saat ini masih rame jadi perbincangan publik. Aku mendadak jadi artis. Bahkan, akun instagramku mendadak rame banyak yang follow, mention, tag, sampai DM. Isinya tak jauh-jauh dari menghujat, tapi juga masih ada beberapa yang support dan tidak percaya dengan skandal itu. Demi apa pun, aku mengatakan orang yang menyebarkan fotoku dengan Mas Ezar sangat tak ngotak. Di sela aktivitasku, Mas Ezar tiba-tiba datang dan duduk di sampingku. Ia mengaku ingin berbicara serius denganku. Ah, palingan juga tentang gosip kami berdua itu. Paling tidak, aku juga penasaran bagaimana dia akan menyingkapi masalah ini? Mungkinkah akan mengumumkan pernikahan kami atau diam bak oran
Baca selengkapnya
Part 50 - Menyerah!
Walaupun ponsel Mas Ezar meraung meminta untuk dijawab, ia sama sekali tak menggubris dan memilih tetap tidur dengan tenang di sampingku.“Mas, hape kamu berisik. Aku gak bisa tidur,” protesku. Kupikir Mas Ezar mengambil ponselnya untuk mengangkat panggilan Mantan kekasihnya, ternyata dia justru me-reject dan mematikan benda pipih itu. Sebisa mungkin aku menahan senyum melihat sikapnya. Kupikir dia memang benar-benar berusaha keras untuk memperbaiki hubungan kami. Tentu, aku senang jika dia tak lagi menganggap pernikahan kami terjadi karena terpaksa. Artinya, perjuanganku mengambil hatinya dua bulan terakhir ini membuahkan hasil. Seandainya Mika masih ada, aku akan sangat berterima kasih padanya. Sebab, karena ia yang selalu mensupport dan mengajariku menggunakan rayuan-rayuan bucinnya di setiap celah jika bersama Mas Ezar. Aku pun berharap, kalau Mas Ezar berubah memang murni karena hatinya. Bukan karena menjadika
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status