All Chapters of Mantan Mertuaku, Suami Keduaku.: Chapter 21 - Chapter 30
109 Chapters
Bukan Hal Yang Mustahil.
"Apa? Semua kartu kamu dibekukan? Kok, bisa?" Rania sangat terkejut ketika Darwin mengatakan belum bisa membelikan ponsel keluaran terbaru di Minggu-minggu ini, karena semua kartu sudah dibekukan oleh sang daddy. "Ya, bisalah! Daddy itu sengaja lakuin itu karena aku udah nuduh Selena yang enggak-enggak." Darwin meneguk segelas air dingin untuk mendinginkan kepalanya yang terasa sangat panas. "Kamu gak masalah 'kan?" Meski kesal dan keberatan karena ponsel yang menjadi incarannya tak jadi dibeli, Rania tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Darwin. Apalagi dalam situasi yang sepertinya semakin tak terkendali. "Ya ... gak masalah, sih." Sahutnya. "Bener?" Satu alis Darwin naik, sambil mengusap rambut Rania yang basah karena habis keramas. "Hmm." Terpaksa Rania menganggukan kepala. "Tapi janji gak lama-lama beliinnya," rengeknya yang kemudian meletakkan kepalanya di pundak Darwin. "Siap ... kamu tenang aja, Ran. Ini gak mungkin lama, kok," janji Darwin, berpikir jika semua masalahnya
Read more
Pindah.
Butuh banyak pertimbangan sebenarnya, bagi Dev untuk memindahkan Selena ke tempat yang jauh dari keramaian. Akan tetapi, demi menjaga kenyamanan dan nama baik gadis yang sebentar berstatus janda itu, Dev terpaksa melakukannya. Marvin selaku asisten pribadi serta sahabat Dev sampai dibuat terheran-heran. Pasalnya, rumah yang akan ditinggali Selena adalah tempat penuh kenangan manis sekaligus pahit dalam hidup Dev. Entah apa yang ada di pikiran sahabatnya itu. "Kamu yakin nyuruh Selena tinggal di rumah itu, Dev? Apa gak ada alternatif lain?" tanya Marvin memastikan, sebab menurutnya ide tersebut sangatlah tidak masuk akal. "Lagipula, rumah itu udah lama banget gak kamu kunjungin." "Itu satu-satunya cara, Vin. Aku gak mau Selena terusik sama Darwin dan Monica. Setelah apa yang mereka lakukan, aku gak bisa menjamin, besok-besok mereka pasti akan melakukan hal yang lebih gila lagi. Kamu tau sendiri sifatnya Monica itu kayak gimana?" Tali dasi yang terasa melilit leher dan membuat sesak
Read more
Kesepakatan.
"Sekarang aku resmi jadi janda." Satu titik cairan bening menetes di pipi Selena, ketika dia baru saja menandatangani surat perceraiannya dengan Darwin.Kenyataan tersebut serupa mimpi buruk bagi Selena yang tak pernah membayangkan sekalipun bila rumah tangganya yang baru setahun harus berakhir secepat itu."Non." Mbok Nung terlihat berdiri di depan pintu kamar Selena setelah mengetuknya tiga kali, tetapi tidak mendapat tanggapan. Selena menoleh ke arah pintu, lalu buru-buru menghapus jejak basah di pipi. "Masuk, Mbok." Dia membuka laci nakas, kemudian menyimpan dokumen yang baru saja ditandatanganinya. Mbok Nung masuk. "Makan malamnya udah siap, Non. Mau makan di bawah atau di sini?" "Selena makan di bawah aja, Mbok," kata Selena, lantas menurunkan kedua kakinya dari kasur. "Daddy kira-kira ke sininya kapan ya, Mbok? Ini udah seminggu aku di sini, tapi Daddy belum ke sini juga." Selena heran karena selama sepekan dia berada di rumah itu, Dev sama sekali belum datang."Tuan masih a
Read more
Permainan Herlin.
Malam itu seluruh wilayah bagian Jakarta Selatan diguyur hujan yang cukup deras, membuat jalanan beraspal nampak begitu basah dan licin. Terlihat dari kejauhan sebuah mobil Fortuner SUV berwarna hitam melaju cukup kencang di sebuah gang yang agak lengang, dengan pencahayaan tidak terlalu terang dari lampu-lampu yang berdiri berjajar di sepanjang jalan. "Kenapa orang itu memintaku jauh-jauh datang ke tempat ini?" Dev menggerutu di balik kemudinya sambil menatap awas pada jalanan di hadapan yang semula nampak sepi. "Kalau tau di tempat seperti ini, lebih baik tadi aku menyuruh Marvin saja. Ck!" Nada dering ponsel yang terdengar tiba-tiba semakin menambah kekesalan Dev. "Siapa lagi yang telepon!" Karena jengah dengan bunyi ponsel yang tidak kunjung berhenti, Dev akhirnya memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut. Mengambilnya dari saku di balik kemeja dengan satu tangan mengendalikan kemudi mobil, kening Dev mengernyit. Satu nama yang tertera di layar ponsel membuat decakan lolos da
Read more
MMSK- 25
Genap dua belas hari Selena tinggal di rumah perkebunan milk Dev yang berada di Puncak. Damai, tenteram dan pastinya dia merasa sangat nyaman berada di daerah yang sejuk dan bebas dari polusi perkotaan. Akhir-akhir ini yang membuatnya makin betah ialah karena di sepanjang halaman rumah ditanami berbagai macam tanaman bunga. Mbok Ratih dan sang suaminya lah yang menanamnya sejak lama."Mbok, Selena boleh tanya, gak?" Selena bertanya disela-sela dia membantu Mbok Ratih menyiram bunga-bunga di halaman belakang rumah. Rutinitas paginya yang baru semenjak tinggal di rumah itu. Mbok Ratih menoleh. "Boleh, dong, Non. Mau tanya apa silakan," sahutnya sambil melanjutkan pekerjaannya. Selena terlihat berpikir sebentar, karena yang ingin dia tanyakan ada sangkut pautnya dengan Dev. "Selena cuma mau tanya soal Daddy, Mbok." Dia sedikit bergeser ke sisi kanan, beralih pada salah satu pot yang belum mendapat siraman air. "Tuan Dev?" Mbok Ratih menatap sebentar Selena yang mengangguk. "Non Selen
Read more
MMSK-26
"Ekhm!" Marvin berdeham seraya melangkah masuk—mendekati Dev yang terlihat gusar di sofa. "Habis teleponan sama siapa?" tanyanya sambil menduduki sofa yang berseberangan dengan Dev. "Selena," sahut Dev, meletakkan ponselnya ke meja."Selena ..." Marvin terdengar bergumam dan mengulum senyum. Dia memerhatikan raut Dev sejenak. "Aku kira kamu udah gak inget sama mantan menantumu itu." Punggung Marvin bersandar di sandaran sofa, kemudian menyilangkan kakinya. Belakangan ini Marvin memang jarang melihat Dev membahas Selena. Alih-alih mendekati, Dev justru terkesan menjauhi gadis itu. Karenanya, Marvin merasa heran selama beberapa hari ini. Dia pun mengira jika Dev sudah berniat menjaga jarak dari mantan menantunya itu. Dev menatap Marvin yang terdengar seperti menyindirnya. Sepasang matanya mengerjap, lalu menghela kasar. "Aku cuma lagi butuh waktu." Kening Marvin mengernyit. "Untuk?" "Aku juga bingung." Kedua telapak tangan Dev mengusap wajah. "Selena nanya, kenapa aku belum ke sana
Read more
MMSK-27
Beberapa jam sebelumnya~Kesal, karena Rania tak mengacuhkan panggilannya, Darwin menggeram putus asa. Hendak mengejar, tetapi perempuan yang kini terlihat sengaja menghindarinya, sudah lebih dulu berlari dan masuk ke ruangan Marvin, membuat Darwin mengurungkan niat tersebut. "Ck, oke! Sekarang aku udah tau watak asli kamu, Ran. Kamu memang cuma suka uangku. Brengsek!" Umpatan Darwin menggema di lorong kantor yang terlihat sepi. "Mending aku pulang!" Ide tersebut akhirnya tercetus di pikiran Darwin sebab dia muak dengan sikap Rania yang terang-terangan menghindar. Daripada dia mati kesal di kantor, akan lebih baik dia mencari ketenangan sejenak di luar. Darwin bergegas keluar dari kantor, menuju parkiran untuk mengambil mobilnya. Di pertengahan jalan dia mengingat nama seseorang yang belakangan ini jarang dia hubungi. Menepikan mobilnya di trotoar, Darwin pun lekas meraih ponsel dari saku kemeja, kemudian menghubungi seseorang. "Halo, Cath," sapa Darwin setelah panggilannya dijawab
Read more
MMSK-28.
"Aduuhh ... si Darwin brengsek! Kenapa main pergi aja, sih! Sialan!" Mulut Catherine tak berhenti menggerutu dan mengumpat Darwin yang pergi tanpa berpamitan dengannya lebih dulu. Perempuan tinggi itu berjalan mondar-mandir di pelataran rumah dengan raut tertekuk masam. Berbeda dengan Catherine yang uring-uringan, Mbok Nung dan Mbok Ratih justru terlihat khawatir dan cemas. Pasalnya, mereka merasa tidak becus menjaga Selena. Sebelumnya, Mbok Nung yang sedang berada di belakang rumah sempat mendengar suara teriakan mantan istri Darwin itu. Namun, saat kembali untuk memastikan, Mbok Nung kalah cepat dengan mobil Darwin yang sudah melesat dari pekarangan rumah. Kemunculan Catherine dari dalam rumah juga sempat membuat Mbok Nung bertanya-tanya dan terheran-heran. Akan tetapi, Mbok Ratih yang beberapa kali melihat Catherine lekas memberitahu. "Gimana ini, Mbok Ratih. Mana Non Selena gak bawa hape." Mbok Nung tak lepas menatap pagar rumah, berharap Selena muncul dari sana. Mbok Ratih m
Read more
MMSK-29
Mobil Dev melaju cukup kencang, menerobos pekatnya malam yang tertutup kabut cukup tebal. Menelusuri jalanan sepi, yang hanya ada perkebunan teh di setiap sisi. Bermodal alat pelacak yang digunakan, Dev bisa dengan mudah menemukan titik letak mobil kantor yang digunakan Darwin untuk membawa pergi Selena. Sepertinya, anak lelakinya itu tidak sadar akan hal tersebut—jika mobil yang digunakan terdapat alat pelacak. "Sedikit lagi," gumam pria yang usianya hampir setengah abad itu, sesekali dia menghela napas kasar—sarat ketidaksabaran ingin memastikan sendiri keadaan Selena. Dari jarak beberapa meter, Dev telah berhasil menemukan mobil yang digunakan Darwin tengah terparkir. Menambah kecepatan mobilnya agar bisa lebih cepat mendekat, Dev tak mau membuang-buang waktu lagi. Menghentikan mobilnya tepat di belakang mobil warna hitam itu, Dev bergegas turun dengan raut geram dan telapak tangan mengepal kuat di sisi tubuh. "Tolong! Tolong!" Suara meminta tolong yang Dev yakini jika itu ad
Read more
MMSK-30
"Enggak! Jangan! Jangan, Mas! Aku mohon ... Jangan!" Dev yang tak sengaja tertidur di sofa bed yang berada di kamar Selena sontak membuka mata ketika mendengar suara igauan gadis itu."Selena ..." Pria itu bergegas beranjak dari tempatnya, dan mendekati ranjang Selena. Dev menduduki tepi ranjang, lalu mencoba membangunkan Selena yang sepertinya tengah bermimpi. "Selena ..." Dia menepuk pelan pipi Selena yang terlihat gelisah dalam keadaan tertidur. "Bangun, Selena ..." Sepasang kelopak mata tertutup itu sontak terbuka lebar. Selena nampak terlihat linglung sesaat, menatap nanar langit-langit kamar. "Selena ...." Suara lembut Dev mengalihkan atensi Selena seketika. Selena menoleh dengan raut bingung. "Daddy ...?" Dalam hati, Dev bersyukur karena Selena masih baik-baik saja. "Kamu mimpi buruk?" tanyanya memastikan sambil mengusap jejak keringat dingin yang timbul di kening Selena menggunakan punggung tangan. Manik Selena mengerjap pelan, lalu mengangguk. "Hmm." Kejadian saat Darw
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status