All Chapters of Mantan Mertuaku, Suami Keduaku.: Chapter 31 - Chapter 40
109 Chapters
MMSK-31
"Kopinya, Tuan." Secangkir kopi tanpa gula disodorkan Mbok Nung ke hadapan Dev yang pagi itu duduk di meja dapur. "Makasih, Mbok." Dev menyeret gagang cangkir kopinya, lalu bertanya, "Selena udah bangun, Mbok?" "Tadi waktu saya cek kamarnya, kayaknya udah, Tuan." Mbok Nung menata sarapan di atas nampan untuk dia bawa ke kamar Selena. Ada semangkuk salad buah dan roti bakar polos serta segelas susu hangat."Itu buat Selena, ya, Mbok?" Dev melirik isi nampan yang hendak dibawa Mbok Nung. "Iya, Tuan." Mbok Nung menyahut sambil mengambil wadah selai dari kitchen set. Selai kacang yang di-mix dengan selai cokelat. Dev memerhatikan kesibukan asisten rumahnya itu sambil menyeruput kopinya. "Mbok, nanti habis dari kamar Selena, saya minta tolong bersihkan barang-barang yang berhubungan dengan Monica. Termasuk bingkai foto pernikahan. Mbok bisa taruh itu di gudang," titah Dev, yang ingin menyingkirkan apa pun yang berhubungan dengan Monica—istrinya. Semalam saja dia sengaja tidak tidur d
Read more
MMSK-32
"Loh, kenapa kamu udah pulang? Kamu gak kerja?" Monica terheran-heran melihat kedatangan Darwin ke rumahnya dengan tampang lesu, sementara dia baru saja hendak pergi. Darwin menghempas tubuhnya di sofa, kemudian melempar dua amplop warna cokelat ke meja. "Liat sendiri, Mam." "Itu apa?" tanya Monica seraya duduk di sebelah sang anak, lalu mengambil dua amplop cokelat itu. Monica melirik Darwin sekilas, kemudian membuka salah satu amplop. Terdengar embusan napas kasar dari samping, Darwin mengusap frustrasi wajahnya. Begitu cepat sang daddy bertindak di luar perkiraan, pikirnya. "Ini ... Surat peringatan dari pengadilan?" Kening Monica mengernyit dalam setelah mengetahui isi amplop, dan membacanya. "Ini kayaknya ada hubungan sama tindakan kamu semalem ke Selena, Darwin?" "Hmm." Darwin terlihat memejamkan mata sambil mengurut pangkal hidung. "Gak nyangka kalau Daddy bakal segitunya ngelindungin Selena," ujarnya. Mendengar itu Monica tak berani berkomentar banyak. Dia pun memilih me
Read more
MMSK-33
Siang itu untuk kali pertama, Selena begitu intim dengan pria yang dahulu berstatus mertuanya. Meskipun detik ini keduanya dekat dalam konteks yang berbeda. Niat Dev murni hanya ingin menyenangkan hati gadis polos ini, setelah apa yang dialaminya semalam. Dari belakang seperti ini, Dev bisa dengan jelas menghirup aroma parfum Selena yang menenangkan. Perpaduan wangi buah sangat cocok untuk gadis berambut cokelat itu, dan mampu menarik Dev dalam khayalan sekejap. Rostam berjalan tenang sesuai arahan dari si penunggang. Membawa kedua orang yang berada di atas punggungnya melewati jalan berumput, dengan pemandangan kebun teh di setiap sisi. Tak ada yang berinisiatif membuka percakapan, baik Dev maupun Selena. Kecanggungan melingkupi kedua orang itu, serta sibuk dengan pikiran masing-masing. Tubuh Selena sedikit menegang karena punggungnya menempel begitu dekat dengan dada bidang Dev, bahkan dia bisa dengan jelas merasakan detak jantung pria itu. Sedangan Dev, mati-matian menahan untu
Read more
MMSK-34
Beberapa saat sebelumnya ....Mobil kantor yang dikendarai Darwin siang itu berhenti di sebuah halaman rumah yang kemarin dia datangi bersama Catherine. Ya, pemuda dua puluh lima tahun itu memutuskan kembali ke tempat tersebut untuk memastikan dugaan-dugaan yang mengganggu pikiran. Terlebih ketika sebuah fakta yang baru dia sadari membuat rasa penasarannya kian berkobar. Darwin masuk ke rumah yang lagi-lagi nampak lengang seperti tak berpenghuni. 'Kalo Daddy ada di sini, kenapa aku gak liat mobilnya di depan?' Darwin membatin sambil terus melangkah menuju ke dalam rumah. Langkah pemuda itu berhenti di anak tangga paling bawah, kemudian mendongakkan kepala seraya menajamkan pendengaran. "Apa Selena ada di kamarnya?" gumam Darwin menebak-nebak. Karena tak mendapati mobil sang ayah terparkir di halaman rumah, Darwin mengira jika Dev sudah pergi dari sana. Dia pun berniat mendatangi kamar Selena untuk berbicara baik-baik. Namun baru dua langkah kakinya menapaki anak tangga, pendengara
Read more
MMSK-35
Di balik jendela kamarnya yang sengaja dibuka, Dev berdiri termenung menatap kosong langit gelap tertutup kabut malam. Udara dingin yang terasa menusuk tulang tak dihiraukan olehnya. Pria itu tengah bergelut dengan pikirannya. Sesuatu yang baru telah diam-diam masuk dan mengusik ketenangan hatinya yang selama ini sengaja dia tutup rapat-rapat. Cinta—satu kata yang dulu sempat memberi warna pada kehidupan Dev. Membawanya pada tujuan-tujuan hidup yang lebih terarah. Mengajarkannya untuk setia dan menghargai pada suatu hubungan. Namun ... Karena cinta pula hidup Dev menjadi terasa pahit. Menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, perempuan yang dia cintai sepenuh hati tengah bergelung di atas ranjang dengan pria lain. Bahkan, satu fakta lain yang lebih menyakitkan menampar Dev kala itu. Putra satu-satunya yang Dev kasihi dan sayangi selama sepuluh tahun ternyata bukan berasal dari darah dagingnya. Darwin, yang dia kira merupakan dari garis keturunannya, rupanya hanya anak dari hasil h
Read more
MMSK-36
"Hahahaha ... Serius Selena ngomong begitu?" Marvin tak dapat menahan tawa sewaktu Dev menceritakan kejadian malam itu. Malam di mana Dev melamar Selena, dan justru mendapat pertanyaan konyol dari sang mantan menantu. Ck! Rasa-rasanya Dev ingin sekali menyelupkan diri ke lautan es yang dingin dan membawa pergi serta rasa malunya. "Sialan! Terus aja kamu ngetawain." Dev berdecak dengan raut masam sebab Marvin seolah-olah bahagia di atas kemalangannya. "Habisnya ceritamu bikin aku gak bisa nahan ketawa, Dev. Bisa-bisanya lamaranmu malah ditanggepin sama pertanyaan konyol." Marvin menyeka sudut matanya yang berair karena terus saja tertawa. "Kamu jawabnya gimana?" Dev menghela seraya menggeleng sebal. "Aku yakinin dialah, Vin." Sepasang alis Marvin yang rapi menaut. "Terus?" "Dia gak langsung ngasih jawaban. Dia minta waktu berpikir," ujar Dev, sambil memainkan pena di meja kerjanya. "Jadi ada kesempatan diiyain, dong." Kedua bahu Dev naik bersamaan. "Entahlah." Semenjak dia men
Read more
MMSK-37
Prang! "Brengsek!" Monica mengumpat sambil melempar gelas bekas pakainya meminum wine ke lantai, hingga pecah berserakan. Pecahan beling kaca berceceran di mini bar itu. "Kenapa harus Selena, Dev? Kenapa harus dia?" Perasaan tak terima dengan keputusan Dev yang ingin menikahi bekas menantunya, membuat Monica bertubi-tubi mengutuk pria itu. Kini, dia benar-benar tak lagi mempunyai hak atas Dev. Benar-benar tak ada lagi kesempatan untuk mengambil hatinya kembali. Andai Dev tidak mengancam atas nama Darwin, Monica tidak akan pernah sudi menandatangani surat perceraian tersebut. Andai dia bisa mengendalikan semuanya, kemungkinan besar Dev tidak akan berpaling darinya dan memilih Selena. "Kamu sudah memanfaatkan ketiberdayaanku, Dev. Kamu brengsek!" "Siapa yang brengsek, Mam?" Darwin yang tiba-tiba muncul terkejut melihat kekacauan di mini bar. Ditambah dengan keadaan maminya yang sedang mengumpat seseorang. Monica mendengkus, melirik putra satu-satunya yang baru saja kembali entah d
Read more
MMSk-38
'Karena memang sejak lama pernikahan kami sudah rusak. Bahkan, sebelum kamu datang di keluarga kami.' Pernyataan tersebut tak berhenti terngiang di pikiran seorang gadis muda yang baru beberapa hari berstatus menjadi janda. Sang mertua yang dia kenal selama ini rupanya menyimpan sebuah rahasia rumah tangga yang cukup pelik. Selena menghela panjang, menatap pantulan dirinya di cermin sambil memikirkan—masalah apa yang sebenarnya menimpa rumah tangga Dev? "Rusak yang bagaimana maksud Daddy? Dan, kenapa selama ini mereka menutupi sedemikian rapat, sampai-sampai tidak ada orang luar yang bisa mengendus? Kayak aku gini. Setahun jadi menantu tapi aku gak tau seluk beluk keluarga suamiku. Aneh 'kan?" Ketidaktahuannya akan masalah rumah tangga sang mertua cukup membuat gadis bermanik kecokelatan itu terheran-heran. Setahun. Itu bukanlah waktu yang sebentar, bagi seseorang untuk mengenal lebih jauh sisi lain dari orang-orang terdekat. Namun, semua hal tersebut tak berlaku bagi Selena, yan
Read more
MMSK-39
"Minum dulu." Dev meletakkan secangkir teh jahe madu hangat ke nakas, kemudian duduk di samping Selena yang sudah terlihat baik-baik saja. "Makasih, Dad," ucap Selena, tanpa mengalihkan pandangannya dari lantai kamarnya. Dev tahu jika saat ini gadis di sampingnya itu tengah berkutat dengan isi kepalanya. Pernyataannya beberapa saat lalu yang siap menikah pasti membebani pikiran Selena. "Selena," panggil Dev dengan sangat lembut. Dia lirik kedua tangan Selena yang saling menaut di atas pangkuan. Dev tersenyum, lalu memberanikan diri untuk memegang tangan mungil itu. "Bicarakan apa yang kamu pikirkan saat ini. Daddy siap mendengarkan," kata Dev. Pandangan Selena mulai beralih pada pria pengertian ini. Menatap sepasang manik hitam Dev yang begitu menenangkan serta penuh teka-teki. "Maaf, Daddy ...." Selena menjilat bibir, tak tahu harus mengatakan apa. Dia sendiri sempat tak percaya—jika dengan percaya dirinya mengiyakan ajakan menikah Dev. Padahal, ketika bicara seperti itu Selena
Read more
MMSK-40
"Om, pliss ... izinin aku telepon Mami." Rengekan Darwin dari balik jeruji besi terdengar sangat-sangat menggelikan. Bagaimana mungkin seorang pemuda yang beberapa jam lalu sempat melakukan tindak kekerasan pada seorang gadis. Kini, nyaris terlihat seperti orang yang malang dan butuh dikasihani. Marvin meninggikan senyum sinisnya sekaligus tatapan mengejeknya. "Kamu memang gak pernah belajar, Darwin. Harusnya kamu itu sadar dan introspeksi diri sebelum menilai keburukan orang lain. Andai saja kamu mau menuruti semua perintah daddy-mu, mungkin hidupmu gak akan seperti sekarang ini." Usai menceramahi Darwin panjang lebar, Marvin merogoh saku jas, untuk mengambil ponselnya. "Om akan hubungi mamimu, biar dia bisa sekalian menyaksikan kebodohan anaknya yang satu ini," lanjut Marvin, menempelkan benda pipih di tangan ke telinga, setelah menemukan kontak Monica. "Harusnya Om juga ngasih tau Daddy. Sebagai temen deket, kenapa Om gak coba nasihatin dia. Kenapa dia gak berhenti belain Selen
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status