All Chapters of Pembalasan Istri untuk Suami Pengkhianat: Chapter 11 - Chapter 20
38 Chapters
Bermain Peran
Tanpa setahu Kania, Galih kerap memperhatikan putrinya yang sering sekali melamun. Lelaki 60 tahun itu menduga bahwa sikap Kania itu ada hubungannya dengan kepergian Dika ke Semarang. Awalnya Galih tidak mau mencampuri urusan rumah tangga putrinya, tapi sebagai seorang bapak tetap saja ia merasa khawatir. "Kania, sini duduk dulu. Bapak mau bicara," ucap Galih memanggil Kania yang sedang menonton televisi di ruang tengah. Sedangkan Galih sendiri sedang berada di teras. "Iya, Pak. Ada apa?""Dika kapan pulang?""Besok sore, Pak. Nanti sore juga Kania mau pulang, kok, Pak.""Bukan itu maksud bapak. Kamu mau tinggal. di sini sampai minggu depan juga boleh asal suamimu mengizinkan. Bapak cuma mau tanya. Apa sedang ada masalah dengan rumah tanggamu? Bapak perhatikan selama menginap di sini kamu sering sekali melamun."Kania terkesiap dia tidak menyangka jika bapaknya memperhatikan sikap anehnya. Namun ia tidak ingin bercerita apa yang sedang ia rasakan. Dia tidak mau membuat bapaknya semak
Read more
Kecurigaan Kania
Selama mengandung, Dika meminta Nisya agar tetap berada di kontrakan. Tidak keluar rumah bahkan harus berhenti sementara dari salonnya. Ia tidak mau kalau Nisya kelelahan dan akan berakibat buruk pada calon bayinya. Selain itu alasan yang utama adalah karena Dika tidak mau jika Kania sampai mengetahui kalau Nisya sedang mengandung, karena Kania tidak tahu bahwa Nisya sudah menikah. Apalagi menikah dengan Dika. Untungnya Nisya menurut. Dia bahkan sangat bahagia karena Dika sangat memperhatikannya. Sebenarnya Dika mau mengantar Nisya ke kampungnya, atau tinggal bersama ibunya. Tapi Nisya tidak mau dengan alasan bahwa ia pasti akan sangat merindukan Dika. Dika pun tidak mungkin ikut Nisya tinggal di kampung karena harus bekerja dan juga bersama Kania. Akhirnya Nisya tetap berada di kontrakan tapi dia pura-pura pulang kampung. Nisya pun tidak boleh pergi jauh sendirian, karena Dikalah yang akan menyediakan semua kebutuhan Nisya dan calon bayinya. Keesokan harinya, Nisya kembali menemui
Read more
Kamu Harus Tes, Mas!
"Aawww! Kania apa-apaan, sih!" ucap Nisya sambil menarik paksa tangannya. "Jawab pertanyaanku tadi! Ada hubungan apa kamu sama Mas Dika? Dan Aksara, apa dia anak kalian?"Bola mata Nisya membesar. Jantungnya pun berdegup kencang. Jika saja dia tidak teringat akan perjanjiannya dengan Dika, dia akan senang hati mengakui pertanyaan Kania. Beberapa menit, Nisya terdiam dan mencoba berpikir cepat. "Kamu ngelindur ya, Kan? Kamu tuh ngomong apa, sih? Jangan asal nuduh, deh!""Aku nggak asal nuduh ya, Nis! Banyak buktinya. Aksara mirip banget sama Mas Dika dan dia deket banget sama kamu yang bukan ibunya. Satu lagi. Soal susu yang kamu barusan suruh aku kasih ke Aksara. Itu ASI, kan? Jangan pikir karena aku tidak punya anak, aku nggak tahu apa-apa, ya!" ucap Kania penuh emosi. Dadanya sudah sesak menahan rasa yang sangat tidak ingin ia alami. "Bukti apa lagi yang kamu mau?""Ya Tuhan gara-gara itu. Kamu tahu enggak. Susu itu adalah susu steril yang khusus aku beli buat kesembuhan Aksara da
Read more
Hasil Tes
"Maksud kamu apa sih, Dek?" ucap Dika sambil memegangi kedua tangan Kania."Alah, Mas jangan pura-pura nggak tahu, deh. Aksara itu anak Mas kan? Dan Nisya adalah ibu kandungnya? Iya, kan? Cepat jawab aku, Mas!" Kania bicara tegas sambil melepas kasar cengkeraman tangan Dika. Sekali lagi ia memelototi suaminya itu. "Dek, kamu tuh punya pikiran ngawur dari mana?Udahlah, aku capek! Aku baru pulang, laper. Kamu udah masak belum?" Dika mengabaikan pertanyaan Kania."Mas dengerin! Kalau mas nggak mau kasih aku penjelasan dan klarifikasi, tes DNA adalah satu-satunya tes yang bisa membuktikan, apakah kecurigaanku selama ini benar atau tidak!""Tes DNA apa? Kenapa harus pakai tes DNA segala. Orang pikiran kamu, kok yang ngawur!Jelas-jelas Aksara itu kita ambil dari panti asuhan. Kamu ikut sendiri kan waktu itu?" Suara Dika mulai meninggi. Dika pun meninggalkan Kania di depan rumah dan menuju ke dalam. Tak lama Dika berhenti dan memutar tubuhnya. Dan soal Nisya yang kamu tuduh sebagai ibunya Ak
Read more
Bertemu Mahar
Kania langsung bangkit lalu menuju kamar. Dengan kasar ia menarik paksa susunan baju di lemari hingga ada sebuah map yang meluncur turun. Sontak mata Kania membulat sempurna. Hari masih belum beranjak, tapi Kania sudah dua kali bagai tersengat listrik. Di depannya adalah akte kelahiran milik Aksara. Dan yang membuatnya bagai kehilangan nyawa adalah nama Nisya yang tercantum sebagai pasangan Dika: ibu Aksara. Dunia Kania yang sudah jumpalitan semakin hancur lebur. Taman-taman bunga yang selama ini tersusun rapi dalam hatinya berantakan bak terkena tornado. Ia pun meremas kertas putih itu lalu beranjak ke luar, menuju kantor Dika.Setibanya di kantor Dika, dia disambut pandangan sinis sang resepsionis."Selamat siang, Mba.""Siang, Bu," kata Dita, sang resepsionis, seraya tersenyum ramah. "Ada yang bisa saya bantu?""Ruangan Pak Dika di lantai berapa? Saya istrinya."Sontak, bola mata Dita membulat sempurna. Ternyata Pak Dika punya dua istri. Padahal Bu Nisya cantik banget, kenapa dia m
Read more
Bantuan?
"Enggak apa-apa. Nggak usah kamu pikirin. Eh, kamu mau nerusin nangis? Kalau gitu aku pulang, ya?" Mahar mencoba berkelakar sambil mengetatkan bibir. Ia akhirnya mengetahui alasan kenapa tadi Kania menangis. Masih dengan mata sembap, Kania langsung tertawa. "Nggak lucu, Har.""Nah, gitu dong, ini baru Kania." Aku kangen banget liat senyum kamu, Kan. Beberapa menit ke depan, keduanya hanya terdiam sambil asyik menatap air mancur di hadapan. Kania yang masih mencoba menata hati. Begitu pun dengan Mahar yang masih tak percaya kalau ia bisa kembali bertemu dengan cinta pertamanya. Lelaki itu bahkan tidak mengira jika jantungnya masih berdebar saat berada bersama Kania seperti saat itu. Seperti dulu."Ngomong-ngomong, Har, kamu beda banget ya sekarang? Ke mana Mahar si kacamata kotak, yang mukanya jerawatan dan yang gemuk itu?" "Udah ke laut, Kan." Bahkan tawa teman SMA Kania itu kini sangat sempurna. Jika dulu tumpukan lemak di perut Mahar akan ikut bergoyang saat ia tertawa, kini perut
Read more
Video Viral
Kania memutar tubuhnya ke arah Mahar. Sekejap kemudian wanita itu tertawa. "Gimana caranya? Memangnya kamu kenal sama Doraemon? Terus, kamu mau pinjem kantong ajaibnya biar bisa balik ke masa lalu?" Mahar pun ikut tertawa. Seandainya bisa aku juga mau, Kan. Biar aku bisa nyatain perasaanku yang sebenarnya ke kamu."Ye, malah ketawa, sih. Kan, selulus kuliah, berat badanku pernah hampir 100 kilo, lho, dan itu bikin aku susah dapat pekerjaan, walaupun nilai-nilai di ijazahku sempurna. Untunglah aku ada kenalan yang kerja di perusahaan produk kesehatan dan kecantikan. Suplemen gitu, deh. Dia yang ajakin aku buat berubah. Merekan juga punya departemen khusus konsultasi buat orang-orang yang mengalami masalah sama penampilannya. Awalnya memang sulit, Kan, karena kita harus mengurangi semua yang kita sukai, tapi lama-lama juga terbiasa."Kania mulai mendengarkan dengan serius."Hasilnya ya aku ini. Kamu bisa lihat sendiri, kan?" ucap Mahar seraya merentangkan kedua tangan. "Dulu aku juga
Read more
Reformasi
"Dasar wanita jahat. Setega itu kamu sama aku, Nis. Sudah merebut Mas Dika, dan sekarang mempermalukanku di depan umum!" Dengan wajah penuh emosi, Kania keluar dari kamar Aksara dan terus mengomel. Namun nomor Nisya tidak tersambung. "Dasar pengecut!" Kania langsung membuka media sosialnya dan mencari nama Nisya Kamila, tapi lagi-lagi Kania murka karena media sosial Nisya sudah tidak bisa lagi ditemukan. Kania semakin emosi. Ia memukul keras dinding dan berteriak-teriak. Beruntung tak lama kemudian, bapaknya menelepon. "Ha-lo, Pak." Suara Kania yang masih terisak tentu saja membuat sang ayah bertanya-tanya. "Kania, kamu kenapa?" tanya Broto dengan raut wajah khawatir. Mendengar ucapan Broto, Kania lekas sadar. Ia menjauhkan ponsel dari telinga dan menarik napas dalam berulang kali. "Eng-nggak pa-pa, Pak. Tadi Kania abis nonton film sedih.""Owalah, Bapak kira kenapa? Cucuku lagi ngapain. Bapak video call ya, Nduk? Kangen banget bapak sama Aksara."Sontak, dada Kania kembali mema
Read more
Konfrontasi Awal
Di rumahnya, Miranda dan Mahar tengah membereskan barang-barang milik Miranda yang masih memenuhi ruang tamu. Bersamaan dengan itu, tanpa Miranda sadari, sejak tadi Mahar terus memandanginya yang sedang fokus menata aneka pajangan di atas bufet. "Cepat atau lambat kamu pasti akan ketemu lagi sama Dika dan Nisya, Kan. Kalau hal itu terjadi, kamu udah siap?"Mendengar kalimat Mahar, Kania alias Miranda langsung menghentikan aktivitasnya. Tak lama ia tersenyum tipis. "Aku udah ketemu Nisya, Har.""Serius kamu? Kapan? Terus gimana?""Tadi pagi. Aku lewat warung Mba Tri dan dia lagi belanja di sana. Ya udah aku sengaja berhenti. Aku sapa Mba Tri dan pura-pura nggak liat dia. Dari mukanya jelas banget dia nggak tau siapa aku," ucap Kania yang membuat Mahar bertepuk tangan. "Tapi dari tipikal dia sih, aku yakin dia pasti penasaran dan akan mencari tahu tentang aku." Kania lalu membalik badan dan kembali menata pajangan. Bersamaan dengan itu, ingatan Mahar kembali ke masa lima tahun lalu,
Read more
Masih Ada Rasa
Selamat membaca. Semoga suka.***Beberapa menit lamanya Kania terdiam. Bola matanya memandang tajam ke arah Nisya. Ia tidak menyangka jika Nisya tiba-tiba mengunjunginya. Dengan malas ia menerima uluran tangan Nisya seraya menahan aneka rasa yang sudah berkecamuk dalam dadanya. Amarah yang berusaha keras ia enyahkan selama lima tahun ke belakang, hari itu kembali muncul pelan-pelan ke permukaan. Sabar Kania, Sabar. Kendalikan dirimu. Kania memasukkan udara sebanyak mungkin ke paru-parunya lalu mengembuskannya perlahan lewat hidung. Biar bagaimanapun ia kini adalah seorang Miranda dan bukan lagi Kania si buruk rupa. "Miranda," ujar Kania dengan wajah datar. Meski berusaha bersikap tenang, tetap saja nada sinis teralir dalam suaranya. "Te-ri-ma kasih sudah datang, Bu Nisya. Jadi merepotkan.""Nggak repot, kok, Jeng. Namanya tetangga ya harus saling silaturahmi. Lagian rumah kita kan deket. Ada tetangga baru, masak saya cuekin."Mantan istri Dika itu menarik ketat bibirnya, melihat Ni
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status