All Chapters of Pembalasan Istri untuk Suami Pengkhianat: Chapter 21 - Chapter 30
38 Chapters
Bukalah Topengmu
Bola mata Dika membulat sempurna saat melihat gambar wanita cantik di ponsel Nisya. “Kania,” ujarnya tanpa sadar. Degup jantungnya pun langsung melaju cepat. Sedangkan Nisya yang mendengar ucapan Dika tadi sontak memutar tubuh ke arah sang suami. Ia ikut terbangun dan mendekat ke tubuh suaminya.“Siapa, Mas? Kania katamu? Aku nggak salah dengar?” Nisya lalu terbahak sambil memegangi perutnya yang ramping. “Mas Dika jangan ngelawak, ah, malem-malem gini. Namanya Miranda, Mas, bukan Kania. Lagian bisa-bisanya Mas membandingkan Jeng Miranda yang cantik dengan Kania yang kampungan itu.” Nisya mengerucutkan mulut. Ia mendadak jengkel karena sudah lima tahun berlalu, tapi suaminya itu masih saja mengingat sosok Kania. Nisya pun berharap agar ia dan Dika tidak akan pernah bertemu lagi dengan Kania. Garis halus di dahi Dika masih bermunculan. Ia sangat yakin jika wanita dalam ponsel itu adalah Kania. Wajah itulah yang dulu pernah dinikahinya. Namun, ia juga merasa jika Nisya benar. Mantan i
Read more
Setan Perempuan
“Aarrgh!” Nisya melepas paksa tangan kanannya dari cengkeraman Kania. “Jeng ini apa-apaan, sih!” Dengan raut wajah kesal, ia mengusap-usap lengannya yang sedikit lecet.“Maaf, Jeng. Saya kaget.” Kania pura-pura menyesal, padahal diam-diam dia tersenyum puas. Ia putuskan menunda rencananya tadi dan memikirkan cara lain. “Di sana ….” Kania menunjuk ke arah foto raksasa keluarga Nisya. “di sana ada setan.” Seketika suara bising yang berasal dari para ibu yang kompak berdiri memenuhi tempat itu. Seperti semut yang melihat gula, mereka mengerumuni Nisya dan Kania.“Jeng jangan asal bicara, ya! Mana ada setan siang-siang begini? Lagi pula rumah saya asri begini, masak iya ada hantu?“ “Saya serius, Jeng. Ya sudah, kalau Jeng nggak percaya. Saya minta maaf karena sudah bikin sedikit kekacauan.”“Nggak pa-pa, Jeng, oh iya, saya Siska, tinggal di blok C nomor 3.”Kania menerima uluran tangan Siska sambil tersenyum. Ia lalu memperkenalkan diri di hadapan ibu-ibu yang lain. Mereka pun langsung
Read more
Bertemu Lagi
Melihat Kania gelisah, Mahar bergegas pamit dan menuntun Kania masuk mobil. “Bu Nisya, kami duluan, ya. Miranda mendadak tidak enak badan," ujar Mahar yang ditanggapi Nisya sambil mengangguk. Nisya terpaksa tidak menahan keduanya meski sebenarnya sedikit kecewa, karena ia akan mengenalkan Miranda pada Dika.“Mir, lo oke?” Seraya memasang sabuk pengaman, Mahar menatap Kania dengan pandangan khawatir. “Oke, Har. Gue nggak pa-pa." Kania menarik napas dalam lalu membuangnya kasar. "Sorry tadi sempat nyakitin tangan lo.” ucapnya seraya melirik lengan Mahar yang memerah.“No problem.”“Yuk, cepetan jalan. Gue nggak mau ketemu Mas Dika." Kania menekuk kepala dalam-dalam dan membuang muka ke arah yang membelakangi Dika, bersamaan dengan Mahar yang memutar kunci ke arah kanan lalu menekan pedal gas. Lelaki itu hanya memberi klakson saat melihat Dika yang baru turun dari mobil.“Mir, lo udah aman sekarang. Lo bisa angkat muka lo lagi.”Sekali lagi, Kania membuang napas kasar. “Gue takut Ma
Read more
Face to Face
“Ma-mas Dika?” Kania menutup mulutnya dengan kedua tangan. Napasnya tiba-tiba tersengal saat melihat Dika tengah memandang ke dalam jendela. Untung saja kaca mobilnya dilapisi kaca film 80%, sehingga Dika belum melihatnya secara jelas."Permisi. Anda baik-baik saja?” Karena tidak mendapat jawaban, Dika mengetuk-ngetuk kaca jendela sekali lagi. “Saya Dika, suami Nisya. Kita bertetangga di kompleks Bersemi Indah.”Sontak, Kania seperti berada di tengah-tengah pasukan bersenjata dengan mulut senapan mengarah tepat ke kepalanya. Suara Dika yang berasal dari luar jendela kian membuat otaknya dililit sarang laba-laba. Bahkan, suhu mobil yang begitu dingin tidak mampu mencegah keluarnya bulir-bulir hangat dari pori-pori kulitnya. Dengan tangan gemetar, Kania merogoh tasnya untuk mencari benda apa saja yang bisa ia gunakan untuk menutupi wajahnya. Namun, sampai semua isi tasnya dimuntahkan ke kursi, benda itu tidak ia temukan. Saat tengah kebingungan, tiba-tiba perkataan Mahar terngiang-ngi
Read more
Sebatas Teman
Dika kian menajamkan telinga seraya mendekat ke arah pintu pengemudi. Bunga-bunga di hatinya mekar serentak. Namun, tiba-tiba pintu mobil terbuka. Kania yang sudah selesai berbicara dengan Mahar muncul di hadapannya."Mas Di-ka, mak-sud saya, Pak Di-ka sudah datang?" ujar Kania yang langsung memucat saat sadar telah salah bicara. "Ma-af tadi saya se-dang menelepon. Ada kenalan yang namanya sama dengan anda." Duh, calm down, Kania. Jangan keliatan panik!Dika masih mematung di depan wanita cantik di depannya itu. Suara wanita itu saat menyebut 'Mas Dika' tadi begitu mirip dengan suara Kania. Meskipun mengaku tidak ditujukan pada Dika, tetapi kata per kata yang keluar dari mulut wanita itu begitu lembut membelai gendang telinga Dika. Lima liter bensin dalam dirigen di tangan kiri Dika pun seakan tidak bermassa saat Kania yang dikenalnya sebagai Miranda melempar senyum. Sebuah senyuman yang tertuju khusus pada Dika yang mampu membuat harapan Dika melayang tinggi. "Pak Dika?" ucap K
Read more
Puber Kedua
Di dalam SUV hitam keluaran tahun 2020, Kania dan Mahar hanya diam, meski sebenarnya gelembung di pita suara Kania ingin melompat keluar dan menanyakan apa yang Fitri maksud tadi. Namun, melihat sikap Mahar yang dingin malam itu, membuatnya hanya mengalihkan wajah ke luar jendela. Kania lebih memilih menikmati indahnya aneka bentuk lampu yang ada di sepanjang jalanan Jakarta. Sambil mendengarkan alunan suara penyanyi Glen Fredly di dalam mobil, perhatiannya juga jatuh pada seorang pengamen yang sedang menghitung uang. Beruntung lagu yang diputar Mahar mampu memijat lembut gendang telinga Kania dan menenangkan perasaannya yang serupa jungkat-jangkit. Karena suhu mobil yang rendah, tubuhnya pun gemetar. Mahar pun tak jauh berbeda. Walau pandangannya terus mengarah ke depan, tapi ekor matanya terus melirik wanita yang duduk di sebelah kirinya itu. Sontak saja, saat Kania gemetaran, kebekuan di antara mereka mencair.“Mau dimatiin aja AC-nya?” ucap Mahar canggung. “Nggak usah. Nggak
Read more
Cuma Rindu
"Jeng Miranda!" ucap Siska lantas berlari menghampiri Kania. Sontak saja Dika yang berdiri tepat di sisi Kania berbalik arah sehingga membuat Kania mengerutkan dahi. Namun, ia langsung bernapas lega karena akhirnya Dika meninggalkannya. Dika memilih menghindar agar Siska tidak bertanya macam-macam. Lelaki itu sangat paham bagaimana sifat Nisya dan teman-temannya. Menurutnya mereka sangat suka ikut campur dan ingin tahu urusan orang lain. "Eh, Jeng Siska." Kania menghentikan langkahnya sambil menyeka dahi dengan handuk kecil di tangannya. "Itu tadi Pak Dika, kan? Suaminya Jeng Nisya?"ucap Siska seraya menyejajari Kania. Selain yoga, Siska memang rutin berlari pagi. Ia melakukannya dua kali dalam satu minggu. Kebetulan pagi itu ia bertemu dengan Kania. Siska lalu menatap lurus ke belakang tubuh Kania seraya melihat punggung Dika yang semakin mengecil."Iya, dia.""Terus kenapa dia balik arah?"Kania mengedikkan bahu. "Mungkin mau ke kantor." Siska menghentikan pertanyaan saat Kania
Read more
Desakan Mahar
"Oh ya, mungkin saya juga belum mengatakan, jika Ibu Miranda ini adalah....""Dia asisten Anda. Saya sudah tahu itu.""Bukan hanya itu, Pak Dika. Selain asisten, dia adalah calon istri saya."Kania mengangkat kedua alisnya. Sontak, ia memandang Mahar dengan raut wajah penuh pertanyaaan. Namun, Mahar hanya menjawab dengan sedikit anggukan seolah ingin mengatakan, Tenang, Mir. Percaya aja sama gue.Tak berbeda dengan Kania, Dika membelalak saat Mahar seketika menghancurkan harapannya. Sikapnya pun tidak seramah tadi. Aku yakin Miranda punya perasaan yang sama denganku. Dari tatapannya, gerak tubuhnya saat kami bersama dan dari raut wajahnya setiap kali kami bertemu. “Baik, mari kita mulai saja rapatnya. Nasihat apa yang Anda punya?” Dika kembali memfokuskan diri pada masalah pekerjaan. Namun, pandangan Dika tidak pernah beralih sedetik pun dari wajah Kania. Bahkan, ia tidak memperhatikan saat Mahar sedang memberikan penjelasan di depan dengan berbagai tampilan layar yang cantik. Mesk
Read more
Rindu yang Tak Terbendung
Kania tidak langsung menjawab. Dia menatap ke arah laut lepas seraya mengambil kerikil dari sisi kirinya, lalu melemparnya jauh ke depan. Dahinya berkerut-kerut memikirkan syarat apa yang akan diajukan pada Mahar. Tadi sebenarnya ia hanya asal bicara, agar Mahar mengurungkan niatnya. Namun siapa sangka Mahar malah menyanggupi. "Gue pikirin dulu, Har. Nanti gue kasih tau.""Oke gue tunggu. Syarat apa pun dari lo, akan gue turutin.""Memang harus kayak gitu ya, Har?"Kania membatin sambil menatap Mahar yang tengah tersenyum ke arahnya. Wanita itu sungguh tidak tega menyakiti sahabat baiknya itu. Mahar terlalu baik. Dia begitu tulus mencintai Kania, meski Kania belum bisa membalas perasaannya. Kadang Kania ingin marah pada dirinya sendiri. Kenapa hatinya selalu terpaku pada Dika dan bukan pada lelaki baik seperti Mahar. Setelah dari pantai, Mahar tidak mengantar Kania pulang. Lelaki itu langsung ke kantor. Namun setibanya di rumah, Kania kembali dikejutkan dengan kehadiran seorang anak
Read more
Melawan Kata Hati
"Tante Miranda?" Aksara melepaskan pelukan Kania lalu memandang wanita itu."Maaf, Nak. Tante cuma teringat sama putra tante yang sudah lama pergi. Kalau dia masih ada, usianya sama denganmu."Aksara terdiam lalu bibir kecilnya membentuk lengkungan ke atas. "Nggak papa kok, Tante. Kalau Tante mau, Aksara bisa jadi pengganti anak tante.""Benarkah? Tante senang sekali." Kania lalu kembali memeluk Aksara."Tante aku berangkat sekolah dulu, ya. Takut terlambat. Pulang sekolah nanti apa aku boleh main ke rumah Tante?"Meski baru pertama kali bertemu Kania dalam sosok Miranda, Aksara pun sudah merasa dekat. Bahkan anak itu sudah sayang pada Kania seperti ia menyayangi Nisya. "Boleh, dong. Kamu hati-hati, ya," ucap Kania sambil melambai pada Aksara yang mulai menaiki kembali sepedanya. Setelah itu ia pun kembali menuju ke warung sayur.Di rumahnya, Fitri tersenyum lebar saat mendengar cerita Mahar bahwa Kania menerima lamaran putranya itu. Bahkan ia sampai tersedak dan terbatuk-batuk hing
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status