Pembalasan Istri untuk Suami Pengkhianat

Pembalasan Istri untuk Suami Pengkhianat

By:  DeealoF3  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
33Chapters
7.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Rumah tangga Kania dan Dika mulanya damai. Meski sudah tiga tahun menikah dan Kania belum jua hamil, Dika sangat mencintai istrinya itu. Semakin lama sikap Dika pada Kania pun kian manis. Namun, tanpa setahu Kania, Dika tengah menyimpan bara di balik sikap manisnya. "Mas, gimana kalau kita adopsi anak?" Demi kebahagiaan Dika, Kania memutuskan untuk adopsi. Dika lalu mengajak Kania ke sebuah yayasan adopsi anak. Mereka kemudian mengadopsi seorang bayi tampan. Kebahagiaan mereka pun semakin lengkap. Namun, lambat laun Kania mulai curiga, karena wajah anak angkatnya sangat mirip dengan Dika. Setelah mengetahui kenyataannya, Kania begitu terpuruk, hingga akhirnya ia tidak lagi percaya cinta. Apa yang terjadi sebenarnya?

View More
Pembalasan Istri untuk Suami Pengkhianat Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Kristianti
sangat bagus
2023-11-11 17:14:30
2
33 Chapters
Anak yang Diharapkan
"Mas. Aku datang bulan." Kania langsung menangis di pelukan Dika. Ini sudah hari ke tujuh ia terlambat datang bulan. Padahal Kania sangat berharap bahwa ia hamil, tapi pagi itu harapannya hancur berantakan. "Sabar, Dek. Mungkin belum saatnya, yang penting kita tidak menyerah dan terus berusaha." Dika berusaha menenangkan. Sambil merangkul bahu sang istri ia mengajak Kania duduk di tepi ranjang. "Iya, Mas." ucap Kania lesu. "Maafin aku ya karena belum bisa jadi istri yang sempurna buat kamu.""Stss. Jangan ngomong gitu. Aku nggak nyalahin kamu. Emang kitanya aja yang belum dipercaya Tuhan."Pernikahan Kania dan Dika sudah berjalan tiga tahun, tapi Kania belum juga hamil. Mereka juga sudah melakukan konsultasi ke banyak dokter spesialis dan sudah melakukan berbagai cara yang dianjurkan oleh banyak orang guna mendapatkan keturunan.Sampai akhirnya, suatu malam Kania berpikir untuk menyerah. Ia tidak lagi berambisi untuk melahirkan bayi dari rahimnya sendiri. "Mas.""Kenapa, Dek?" kata
Read more
Pertemuan
"Mas, kamu masih ingat kan sama Nisya? Sahabatku yang cantik banget itu, lho," ucap Kania saat tengah menemani Dika makan malam. Sontak, Dika terbatuk-batuk sampai mengeluarkan sebagian isi mulutnya. Ia pun langsung meminum habis segelas air dingin di depannya. "Mas, pelan-pelan dong makannya. Sampai tersedak gini." Kania menghampiri Dika lalu menepuk pelan punggung suaminya. "Udah enakan?""Mas nggak pa-pa, Dek. Udah enakan. Tadi kamu bilang apa?"Kania kembali ke tempat duduknya semula sambil mengambil secentong nasi ke piringnya. "Nisya, Mas masih ingat dia?"Dika mengangguk pelan. "Memangnya dia kenapa?""Dia udah balik lagi ke sini. Kemarin dia datang ke rumah. Aneh deh, Mas, Aksara langsung anteng sama dia. Kayak udah kenal lama. Padahal anak itu kan jarang mau digendong sama orang asing."Dika seketika melebarkan matanya. Keringatnya mulai menyeruak dan membasahi wajahnya. "Jadi tanpa setahuku, Nisya sudah menemui Aksara? Dasar ceroboh! Gimana kalau Kania curiga?" Dika terus
Read more
Kecurigaan Kania
Nisya masih membeku saat Dika memandangnya tajam. Lelaki itu seolah berkata, Kenapa kamu datang ke sini nggak bilang aku dulu?Beruntung Kania segera memutus tatapan tajam Dika dengan menyambut Nisya. Istri dari Dika itu lekas memeluk Nisya. Kania menganggap Nisya sudah memaafkannya atas tuduhannya kemarin. "Nis, aku seneng kamu dateng. Sorry ya atas sikapku tempo hari," kata Kania dengan ceria. Ia bahkan tidak menghiraukan sikap Nisya dan Dika yang masih mematung. Di pikiran Kania hanya ingin segera membuat Aksara lekas sembuh, dengan bantuan Nisya. "I-ya, Kan. Enggak pa-pa," ucap Nisya sambil terus melihat ke arah Dika. Namun, Nisya lekas beralih ke arah Kania saat sahabatnya itu kembali mengajaknya bicara. "Untung kamu dateng sekarang, karena tadinya aku yang mau ke rumah kamu. Aksara, Nis.""Emang kenapa, Kan? Aksara baik-baik aja, kan?" kata Nisya dengan nada khawatir. Kania tidak langsung menjawab. Ia malah melihat ke arah Dika. "Kan, cepet jawab.""Aksara lagi sakit, Nis.
Read more
Pesona Dika
Dua tahun lalu“Sya, kenalin. Ini Mas Dika,” ucap Kania seraya mengenalkan suaminya pada sang sahabat. Karena Dika kerja di luar kota, baru kali itu Nisya bertemu dengannya.Sontak, bola mata Nisya membulat. Ia memandang Dika bagai kucing melihat ikan. Lelaki 35 tahun itu sukses membangunkan jiwanya yang fakir kasih sayang: sejak sang suami meninggal dunia beberapa tahun lalu. Hatinya yang gersang pun pelan-pelan menyejuk.Kania selalu menceritakan mengenai Dika, sehingga membuat Nisya penasaran. Sahabatnya itu berkoar jika Dika lelaki sempurna. Dikalah yang terbaik."Sya, lihat ni, Mas Dika abis beliin gelang. Bagus, kan?""Sya, Mas Dika tuh nggak bisa makan kalau bukan aku yang masak.""Sya, Mas Dika tu harus denger aku ngomong i love you dulu setiap pagi baru dia semangat kerja."Dika beginilah, begitulah, dan masih banyak lagi, hingga membuat Nisya yang merasa lebih baik dan cantik daripada Kania, mendadak jengah. Menurutnya Kania sangat beruntung. Sahabatnya itu bisa bersuamikan
Read more
Makan Malam
Saat tengah sibuk di dapur, terdengar alunan 'Sang Dewi' milik penyanyi Lyodra hingga membuat Kania mengecilkan kompor lalu mendekati meja makan--tempat ponselnya terletak. Senyumnya seketika tersungging saat melihat nama sang suami di layar iPhone 13-nya. Ia lalu merapikan rambutnya dengan tangan sebelum menarik tombol hijau ke atas. “Kenapa, Mas, tumben video call?” ucap Kania setelah menjawab salam Dika. Ia pun sempat melirik jam dinding yang ada di dapur. Jam tiga sore. “Biasanya kalau udah di kantor suka lupa sama yang di rumah,” ucapnya hingga membuat Dika tersenyum.“Dek, kamu lagi ngapain?”“Tuh lihat. Aku lagi masak, buat makan malam.”“Sekarang kamu matiin kompor dan cuci tangan. Nggak usah masak. Terus kamu pergi ke salon dan dandan yang cantik. Nanti jam lima Mas jemput. Kita makan malam di luar.”Sontak, mata Kania membulat. Sudah cukup lama Dika tidak pernah mengajaknya makan di luar. “Beneran, Mas?”“Iya. Kalau perlu kamu beli baju baru. Mas mau ajak kamu makan ke resto
Read more
Dusta
Nisya langsung menarik ketat bibirnya, kemudian bicara, “Maaf kalau kedatanganku mengganggumu, Mas. Soal Kania, aku udah kasih tau dia, kok, tapi ponselnya mati,” katanya sambil melihat ke arah kiri atas. Ia lalu memandangi Dika hingga lelaki itu meletakkan ponselnya kembali ke dalam laci dan membuat Dika jadi salah tingkah. Meski sempat curiga Dika akhirnya mengangguk. “Oke. Nggak masalah. Aku cuma kaget aja. Biasanya nggak ada yang berkunjung pas makan siang. Apalagi tamunya tenyata kamu. Ada perlu apa, ya?"“Ini, Mas. Aku cuma mau kasih ini. Sebagai ucapan terima kasihku atas undangan makan malam kemarin.” Nisya mengangsurkan sebuah tas kecil berwarna merah yang bertuliskan Tupperware di atasnya. Hingga membuat Dika memandangnya dengan penuh tanda tanya."Apa ini? Harusnya kamu nggak perlu repot. Itu bukan hal besar. Lagipula aku mengundangmu karena permintaan Kania."Saat Dika menyebut nama Kania, dada Nisya sempat memanas. Tapi ia berusaha tetap tenang. "Mas pasti belum makan sia
Read more
Permainan Nisya
Sebelum menyalakan mobilnya, Dika mengirim pesan pada Nisya. "Nis, kamu udah siap? Aku sebentar lagi sampai."Tidak sampai dua detik. Nisya pun sudah mengirim balasan. "Sudah sejak tadi, Mas. Aku tunggu, ya."Tidak sampai lima belas menit Dika tiba di kediaman Nisya yang hanya berjarak lima blok dari rumahnya. Namun, Dika sengaja memutar lewat jalan belakang kompleks agar tidak ada yang mencurigainya. Maklum saja waktu masih menunjukkan pukul 19.00 WIB masih banyak yang berlalu lalang. Awalnya Dika mau menyuruh Nisya agar bertemu langsung di kantornya tapi ia tidak tega. Selain itu pasti orang-orang kantornya akan merasa aneh. Jantung Dika terus berdebar-debar karena dua hal. Karena ia sudah membohongi Kania dan karena dia akan menemui Nisya. Sejak kedatangan sahabat istrinya itu ke kantornya, Dika jadi sering memikirkan Nisya. Terlebih setelah rekan kerjanya mengganggap bahwa Nisya adalah istrinya. Bukan Kania.Dika baru mematikan mesin mobilnya saat pandangannya terpaku. Matanya ba
Read more
Permintaan Nisya
Mentari sudah muncul malu-malu kala Dika memicing. Dengan matanya yang masih berat ia meraba sisi kanannya. Namun, ia mendadak sadar jika saat itu ia tidak berada di ranjangnya. Bahkan, tubuhnya seperti tersengat listrik kala melihat Nisya tengah menatapnya sambil tersenyum. Wanita beraroma vanila itu sudah tampil cantik seraya duduk di sisi sofa ruang tamu--tempat Dika terlelap semalam. "Kamu kenapa nggak bangunin aku?" ucap Dika sambil menegakkan punggungnya. Ia lekas mencari ponselnya dan langsung menepuk dahinya saat tampak puluhan kali panggilan dari Kania. "Enggak tega, Mas. Kelihatannya kamu capek banget.""Sstss," ucap Dika sambil meletakkan telunjuk di depan bibir. Ia pun langsung menelepon sang istri. Diabaikannya Nisya yang terus menatapnya tajam sambil mengerucutkan mulut. Beberapa detik kemudian terdengar suara Kania di ujung telepon. "Hallo, Mas. Akhirnya kamu telepon juga. Kamu di mana, Mas?""A-aku masih di .... di hotel, Dek. Maaf semalam rapatnya baru selesai tenga
Read more
Kepergian ke Semarang
"Aku sudah lama suka sama Mas Dika. Sejak pertemuan pertama kita, aku sudah jatuh cinta," ucap Nisya yang membuat Dika terbatuk-batuk.Nisya berdiri lalu menepuk-nepuk pelan punggung Dika. Nisya juga memberikan segelas air mineral pada lelaki itu.Setelah batuk Dika mereda, Nisya bicara lagi,"Aku juga tahu kalau hubunganmu dengan Kania sedang renggang.""Jangan sok tahu," ucap Dika gugup. "Kania yang bilang. Lagian terlihat jelas kok dari sikap Mas ke aku. Mas begitu nyaman denganku, bahkan Mas tidak pernah membicarakan tentang Kania saat bersamaku." Nisya menjeda kalimatnya beberapa saat. "Itu karena aku tidak ingin menganggu suasana hatimu. Nggak ada hal lain."Nisya kembali menghampiri Dika lalu melihat langsung ke matanya. "Katakan itu sekali lagi. Bilang kalau Mas nggak punya perasaan apa pun untukku."Beberapa menit ke depan, Dika hanya diam lalu menarik napas berkali-kali. Setelah Nisya menyatakan perasaannya, ia akhirnya menyerah. Tak ditampiknya lagi, bahwa sejak lama, ia
Read more
Restu Ibu
"Hati-hati, ya, Mas. Jangan lupa telpon kalau udah sampai sana.""Iya, Dek. Kamu baik-baik, ya, di rumah." Dika menjeda kalimatnya, tampak ragu melanjutkan pertanyaan. "Nisya ... jadi nemenin kamu?" Kania langsungmenekuk wajahnya hingga menimbulkan sedikit lipatan di kedua pipinya yang tembam. "Enggak jadi, Mas. Dia bilang nggak bisa. Mau pulang kampung.""Ooh, ya udah. Kalau kamu mau, aku izinkan ke rumah Bapak."Sontak, Kania membelalak. "Beneran, Mas?""Iya bener.""Aah, makasi, Mas," ucap Kania sambil memeluk Dika. "Eh, Mas. Nisya kan mau ke Semarang juga.Mas tahu? Kok bisa tiba-tiba barengan gitu sih? Apa jangan-jangan di belakangku kalian janjian?" Mendengar ucapan Kania, mata Dika langsung melebar. Wajahnya memerah dan dahinya berkeringat. "Eng-gak lah, Dek. Kamu itu ada-ada aja. Aku kan... aku kan mau kerja. Jangan asal nuduh!" kata Dika yang mendadak emosi. Mata Kania memicing, ia merasa sedikit aneh kenapa Dika tiba-tiba marah. Padahal kan ia hanya bercanda. "Mas, aku k
Read more
DMCA.com Protection Status