All Chapters of Dendam Sang Biduan : Chapter 11 - Chapter 20
42 Chapters
Sabotase mobil Airin
Hari menjelang gelap saat Raksa kembali ke kantornya. Airin bersikeras untuk pergi ke hotel sendirian. Ia tak mau merepotkan Raksa, terbiasa hidup mandiri di kota besar membuat Airin tidak bergantung pada orang lain."Hotel tempat mu menginap dekat dengan rumahku, bagaimana kalau kita besok bertemu lagi?" Raksa bergerak cepat dengan tidak membuang waktu mendekati Airin."Apa tidak mengganggu kerjamu? Bukankah ada kasus berat yang harus dikerjakan?" Airin balik bertanya setelah memasang seatbelt nya."Itu bisa diatur, lagipula tim ku hebat. Mereka bisa bergerak sendiri tanpa harus aku atur."Airin mengangguk dan kemudian tersenyum, "Baiklah kalau begitu, sampai besok.""Jam tujuh pagi?" Airin mengernyit sejenak, "Kamu yakin bisa bangun pagi?"Raksa tergelak, merasa sindiran Airin menohok dirinya. Airin tahu pasti kegiatan paginya yang selalu membosankan."Untukmu, aku bisa melakukannya!""Oke, sampai ketemu jam tujuh kalau begitu. Bye!" Senyum manis Airin menutup percakapan mereka seb
Read more
Tamu tak diundang
Raksa dan Jack berdiskusi sejenak, kedua detektif muda ini memutuskan untuk membawa Airin dalam perlindungan sampai ditemukan petunjuk dalam cctv."Airin, maaf tapi, aku rasa kau sebaiknya menginap di rumahku. Setidaknya kami harus memastikan bahwa tidak ada unsur kesengajaan yang melibatkan dirimu dalam masalah. Tapi aku rasa ini kecil kemungkinannya.""Ini jelas kesengajaan Raksa, hanya saja mungkin salah sasaran. Kebetulan saja mobilku ada disana dan terkena imbasnya."Raksa mengedikkan bahunya, "Aku rasa juga begitu. Timku sedang menyelidikinya. Kita pulang? Pakaianmu ada di mobil atau sudah di hotel?""Masih ada dalam bagasi.""Oke, aku akan membatalkan reservasi hotel dan memastikan pengembalian uang muka!" Airin terkekeh geli, "Tidak perlu, itu resiko bukan? Yang penting sekarang adalah keselamatan ku. Aku takut, Raksa."Raksa menarik nafas dalam-dalam, "Aku tahu, ayo kita ke rumahku. Kau perlu beristirahat.""Jack, aku serahkan semua pada mu, ok?" Raksa berteriak pada Jack y
Read more
Semalam denganmu
Airin masih gemetar saat situasi telah terkendali, meski ia tak tahu apa yang terjadi sebenarnya tapi Airin yakin sesuatu yang tidak benar baru saja terjadi. Raksa menutup jendela yang terbuka dan membereskan ceceran kertas di lantai. Meski hal aneh sering menyapa dirinya tapi tetap saja Raksa terkejut dan seringkali ketakutan."Apa yang terjadi? Gangguan makhluk halus lagi?" Tanya Airin menatap penuh tanya pada Raksa."Sayangnya begitu." Raksa duduk disebelah Airin, ia nampak frustasi. Kepalanya mendadak nyeri, bayangan ayahnya jelang kematian ditambah penampakan sosok misterius nan seram itu membuat Raksa tertekan."Aku butuh pil-ku!" Ia berdiri dan mengambil botol obat yang dibawa Airin tadi."Raksa, kau tahu kan tidak selamanya obat-obatan bisa membantumu."Raksa menoleh pada dokter cantik itu, menggenggam erat botol yang belum sempat dibuka. "Lalu aku harus bagaimana? Bayangan masa lalu itu terus datang padaku dan makhluk-makhluk sialan yang tak kenal waktu itu juga terus menampa
Read more
Para detektif yang sibuk
Raksa terbangun saat ponselnya terus menerus berdering. Ia tak merespon dan hanya melihatnya saja dan berdecak kesal. Nomor kantornya menghubungi berkali kali. Raksa menyipitkan mata saat cahaya matahari menerobos jendela kamarnya. Otaknya memutar memori semalam, berusaha mengingat kembali yang terjadi. Pelukan erat dari tangan lembut Airin membuat Raksa tersenyum sinting. "Aku melakukannya semalam? Good Raksa, kau memang pembuat masalah."Airin masih terlelap dan menggeliat ringan saat Raksa mengecup kening dokter cantik itu."Morning, sleep well?" Tanya Raksa saat Airin mulai mengerjapkan mata dan tersipu malu ditatap Raksa."Hai, lumayan."Raksa mengusap lembut wajah Airin, wanita yang diimpikannya itu akhirnya jatuh dalam pelukannya semalam. Kabut gairah keduanya mengalahkan segala kepenatan dan berakhir dengan pelepasan sempurna berkali kali. "Jam berapa ini, kamu harus kerja kan?" Airin menjauhkan tubuh polosnya dari pelukan Raksa tapi detektif muda itu tak mengizinkan. Raks
Read more
Berbagi petunjuk
Raksa datang ke kantor hampir mendekati jam makan siang. Wajahnya terlihat berseri ketika menyapa anak buahnya."Selamat pagi!"Dex dan Jack dibuat terheran heran, "ini sudah siang bos! Apa pagimu menyenangkan? Sepertinya segar bugar habis berolahraga?" tanya Jack sedikit sarkas, Dex terkekeh geli.Raksa menatap dua anak buahnya bergantian. Ia memicingkan mata kemudian berkata, "Aku akan mencatat kalimat itu dalam buku merah kalian!"Dex dan Jack seketika terkesiap, "Oh no, jangan lakukan itu, Capt! Kita cuma bercanda ya kan Dex?!" Ucapan Jack terdengar tulus, ia sungguh tak berharap Raksa melakukannya.Raksa terkekeh geli, "Bawa masuk perkembangan terakhir dua kasus kita! Aku ingin laporan lengkapnya sekarang!""Oke, pak!""Dimana Airlangga dan Dian?" Raksa mencari dua timnya yang lain."Ke pusat forensik, mencari tahu si jaket hitam!" jawab Dex cepat."Ah, jaket hitam! Sayang sekali dia mati! Aku tunggu dalam sepuluh menit!" seru Raksa yang berlalu menuju kantornya."Lihatlah dia, t
Read more
Kemampuan baru Raksa
"Yap, ada apa?" Raksa akhirnya menjawab panggilan dari Willy."Anak-anak mau ngajak kamu ketemuan, malam nanti di kafe ku?" Suara Willy terdengar payah diseberang sana."Ehm, ok. Jam berapa?""Good, sembilan malam! Sepulang kerja, mereka merindukanmu kawan!" Willy lagi-lagi terdengar kesulitan mengatur nafas."Wil, you ok?""Yup, treadmill bro! Aku juga ingin sehat seperti kalian!" sahutnya dengan tawa."Aku pikir kau sedang makan pedas." balas Raksa mengusap keningnya dari peluh."Nope! Oh ya satu lagi kamu ingat Francis? Dia juga datang, mau pamer kalau dia bisa jadi guru mematahkan ucapan pak Fatah yang mengatainya dulu!" Willy begitu bersemangat menceritakan siapa saja yang bakal hadir, melupakan nafas setengah-setengah yang menganggu.Raksa mencoba mengingat orang yang dimaksud Willy, seingatnya Francis murid dengan IQ standar dan sialnya ia selalu menduduki peringkat terbawah di kelas. Lalu bagaimana bisa dia menjadi guru? Dunia memang terkadang bekerja dengan ajaib."Sepertinya
Read more
Kemampuan Raksa
Nafas Raksa tersengal, kepalanya berdenyut kencang diikuti tetesan darah yang perlahan keluar dari hidung. Ia terlalu memaksakan diri untuk mencoba kemampuan baru. Raksa masih belum memahami cara kerjanya dan tubuh Raksa perlu penyesuaian diri."Capt! Cepat ambilkan air!" Airlangga berseru pada Dian, detektif muda itu membantu Raksa berdiri dengan benar."Apa yang terjadi?" Airlangga bertanya setelah berhasil membantu Raksa duduk di kursi.Raksa tidak menjawab, tangannya menopang kepala yang masih terasa berat. Bisikan itu kembali muncul membuat suara Airlangga terasa bergema di ruang hampa.Detektif, tolong aku …,Pandangan mata Raksa membayang, ada sosok lain yang berdiri mematung menatapnya di sebelah Airlangga. Bayangan samar yang tak jelas. Raksa tanpa sadar telah membuka pintu dua dunia untuk nya. Kalung yang dikenakannya menghangat di balik kemeja."Siapa kau?" Raksa bergumam lirih,"Siapa? Airlangga, Capt! Apa kau lupa?" Airlangga mengerutkan dahi, cemas dengan kondisi Raksa.
Read more
Insting Dex
Dex dan Jack pergi ke sekolah tempat Amelia dan Ronald dulunya menimba ilmu. Meski berasumsi terlalu jauh, tapi kedua detektif muda ini tetap menjalankan perintah Raksa."Aku heran, kenapa dia tidak memerintahkan kita untuk menyelidiki tempat kerjanya saja bukankah itu lebih memungkinkan dan lebih update?" Dex menggerutu di perjalanan.Jack menyeringai sinis, "jika tidak begitu bukan bos kan namanya?"Dex tergelak, "tapi asumsinya yang terlalu jauh, Jack!""Hmm, tidak juga aku rasa. Pembunuhan ini bermotif dendam, aku sepaham dengan dia. Dendam tidak terjadi begitu saja, perlu waktu yang cukup panjang untuk membuat seseorang berbuat nekat.""Perlu pemantik untuk memicu satu kejadian kan?" Dex melanjutkan."Tepat sekali, kejadian terdekat bisa jadi menimbulkan dendam yang sifatnya masif tapi itu terjadi karena kesalahan fatal dan biasanya dilakukan cepat tanpa perhitungan jelas. Tapi dua kejadian ini menurutku begitu rapi." Jack berkata semakin lirih sambil membayangkan runutan cerita
Read more
Sekolah yang Suram
Dex menajamkan pandangan ke arah ruangan gelap -dimana penampakan sosok hitam terlihat- samar terlihat siluet manusia di dalam sana. Ia memicingkan mata tapi seketika lututnya lemas.Sepasang mata merah menyala membalas tatapannya. Dex gemetar, ingin berteriak tapi malu dengan profesi. Ia tak ingin dilihat lemah oleh rekan kerjanya. Apalagi Jack, detektif satu angkatannya itu paling kesal jika membahas perhantuan."Hei, ada apa? Kenapa kau menatap terus ke arah itu?" Tepukan Jack memutuskan Dex dari tatapan si mata merah."Kau lihat disana Jack?" tanya nya dengan terbata.Jack meneropong sesuai arah pandang Dex, ia mengernyit heran lalu berpaling menatap Dex. "Kau terlalu banyak berhalusinasi kawan! Ayo masuk dan jangan biarkan dirimu terjebak dalam ilusi hantu konyol!" Lagi-lagi Jack menarik lengan baju Dex agar mengikutinya masuk ke ruangan kepala sekolah. Seorang lelaki dengan rahang tegas, rambut klimis -dengan kebotakan di bagian tengah kepala- terlihat duduk memperhatikan layar
Read more
Alex dan Danny
Selagi Dex dan Jack memeriksa keterkaitan Amelia dan Ronald, terjadi keributan di hunian mewah tempat lokasi terbunuhnya Ronald. Para penghuni apartemen ketakutan dan merasa mendapat teror hantu Ronald yang iseng membuka dan menutup lift. Tentu saja hal ini berimbas pada harga sewa apartemen dan merugikan sang pemilik."Brengsek! Gara-gara dia aku harus mengalami kerugian! Kalau begini tidak ada yang mau menyewa atau tinggal di apartemen ini!" Pria gemuk dengan rambut ikal dan berkacamata melemparkan sejumlah kontrak sewa dan jual beli apartemen di gedung miliknya."Apakah yang menjual kembali apartemen kita juga banyak sayang?" Wanita cantik berpakaian khas Chinese dengan belahan samping yang begitu tinggi hingga nyaris memperlihatkan seluruh tungkai indahnya itu bertanya seraya mencondongkan tubuhnya pada si pria gemuk bermarga Han."Tentu saja! Mereka takut dan merasa hantu Ronald itu melakukan teror setiap malam. Bahkan tak ada yang berani menaiki lift sialan itu meski aku sudah
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status