Semua Bab Mendadak Dinikahi Om-Om: Bab 81 - Bab 90
105 Bab
Bab 81. Bisikan Bella
Entah sudah berapa banyak panggilan dan pesan dari Bastian yang Nala abaikan. Dirinya masih belum siap untuk bertemu dengan laki-laki itu, setidaknya Bastian harus menunggu sampai kepala Nala terasa dingin.Panas dan kesal melebur menjadi satu, Nala yang awalnya bodo amat dengan ponselnya yang terus berdering pun mulai risih. Suasana di dalam kamar pun mendadak tak lagi terasa enak, padahal ini sudah lebih baik dari pada sebelumnya. Tak ada lagi yang berantakan dan berdebu, seharian ini Nala benar-benar menyibukkan diri.Saat tangannya hampir menyentuh benda pipih tersebut, mendadak perut Nala keroncongan. Mengurungkan niatnya untuk mematikan ponsel, Nala lebih memilih untuk keluar dari kamar dengan membiarkan ponselnya terus berdering.Sunyi, itulah yang Nala rasakan setelah keluar dari kamarnya. Melangkahkan kaki mengikuti feeling-nya menuju dapur, pandangan mata Nala tak lepas dari segala macam perabot dan interior yang dilewatinya. Bella benar-benar pandai, pilihannya tampak bagus
Baca selengkapnya
Bab 82. Boleh Usaha?
Sungguh, Bastian ingin sekali membelah dirinya menjadi dua bagian. Baru saja ia mendapatkan kabar jika Nala sudah pulang, membuat Bastian buru-buru pulang ke rumah agar bisa langsung meminta maaf dan bicara berdua dengan Nala.Sepanjang perjalanan pulang tadi, Bastian terus merapalkan kata maaf agar saat di depan Nala nanti dirinya tak kaku lagi. Namun, sesampainya di rumah ia malah tak mendapati siapapun di dalam sana, rumahnya dalam kondisi yang sama seperti saat terkahir ditinggalkan.Puluhan panggilan yang dilakukannya tak kunjung mendapatkan jawaban, bahkan berapa banyak pesan yang dikirimnya juga tak kunjung mendapatkan repon dari Nala. Sungguh, ini benar-benar membuatnya gila, di mana Nala sekarang ini? Perempuan itu menjadi tanggungjawabnya, tapi ia malah tak tau sama sekali keberadaan perempuan itu."Nala, ayo angkat. Mas mohon."Masih dengan harapan Nala mau berbaik hati mengangkat panggilannya, meskipun sudah hampir putus asa Bastkan dibuatnya. Tubuhnya selalu gelisah, bahk
Baca selengkapnya
Bab 83. Keputusan Bastian
"Nghh--"Berat, itulah yang Bastian rasakan pada kepalanya. Mengerjabkan matanya pelan sembari merubah posisinya menjadi duduk, Bastian memukul kepalanya sendiri menggunakan kepalan tangannya. Menggelengkannya beberapa kali, berharap agar rasa pening yang dirasakannya segera luruh."Agh--sakit."Kaku, tubuh Bastian terasa kaku dan tegang. Diusaknya matanya menggunakan kedua telapak tangannya, sebelum diguyarkannya ke belakang rambutnya yang sudah menjuntai panjang.Netranya yang masih terasa berat itu berkeliling, ini asing untuknya, bukan kamarnya macam biasa. Butuh beberapa detik Bagi Bastian untuk menyadari dimana dirinya saat ini."Ah."Bastian terkejut bukan main mendengar suara barusan, pandangannya langsung teralih ke samping yang juga diiringi oleh pergerakan dari sisi sampingnya.Eh, kok ada perempuan lain? Bastian hampir berteriak saat melihat tubuh telanjang perempuan itu, sampai netranya tanpa sengaja menangkap presensi dirinya yang juga tanpa pakaian. Ah, Bastian teringat
Baca selengkapnya
Bab 84. Penolakan
TakkSendok yang sejak tadi dipegang Alettha itupun langsung jatuh begitu mendengar ucapan Bastian barusan. Tanpa permisi laki-laki di depannya itu terlihat buram di matanya, mulutnya yang audah terbuka itupun juga tampak kesusahan membuka suara."Gue harap lo ngertiin posisi gue, ya, Ta.""B-bas?" Akhirnya kata itu berhasil keluar dari mulut Alettha setelah susah payah melewati laringnya yang terasa menyempit. "a-apa?""Sorry, Ta. Gue harap lo ngerti dan hargai keputusan gue." Bastian pun langsung bangkit dari posisinya. Air mata perempuan adalah kelemahannya, melihat Alettha yang hampir menangis membuat pertahannya mulai runtuh. Oleh sebab itu, sebelum semuanya benar-benar runtuh, akan lebih baik jika dirinya segera pergi dari sini."L-lo jahat." Ucapan Alettha barusan berhasil mengalihkan atensi Bastian. Lihat, air mata Alettha sudah turun, membuat dadanya terasa sesak. "gue ada satu permintaan, Bas."Kening Bastian berkerut mendengar kalimat terakhir Alettha yang terdengar menarik
Baca selengkapnya
Bab 85. Dia Ada Sama Gue
"Kenapa?"Bastian menenggak minuman yang ada di tangannya hingga menyisakan setengahnya saja. "Ahhh." Diletakkannya kembali benda dengan pinggiran berembun tersebut ke atas meja, sebelum pandangannya beralih pada laki-laki di sampingnya ini. "mau curhat."David pun menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, tak lupa juga menaikkan satu kakinya agar lebih nyaman. "Paan?""Gue udah akhiri hubungan gue sama Teta."Yang diajak bicara pun terkekeh pelan, agak lucu temannya ini. "Emangnya ada hubungan apaan kalian selama ini? Lo selingkuh?""Nggak ada, ngawur! Lo paham maksud gue."Inilah hari yang ditunggu-tunggu oleh David, Bastian, dan juga Nala, di mana Bastian akhirnya memperjelas batasan hubungannya dengan Alettha. Meskipun termasuk telat sekali, tapi akhirnya David merasa senang oleh keberanian temannya itu."Ya, baguslah. Terus apa lagi?"Bastian menghela nafasnya panjang, sebelum menghembuskannya perlahan. "Gue mau ngomong sama Nala yang sebenarnya, soal alasan kenapa gue nikahin d
Baca selengkapnya
Bab 86. Sepenggal Ingatan Masa Lalu
Seminggu kemudianSudah dua hari Bastian disibukkan dengan pekerjaannya, sekarang sudah memasuki musim orang nikah dan juga acara mahasiswa yang tengah melangsungkan wisuda, belum lagi Bastian dan rekan-rekan sering ditawari job di sekolah-sekolah. Tentu saja tawaran-tawaran ini tak akan ditolak.Teman-teman Bastian yang lain termasuk David sudah dalam kondisi yang bugar, mungkin efek dari liburan yang diberikan seminggu yang lalu. Berbeda dari Bastian yang tampak kusut, tak ada liburan yang berarti untuknya. Sejak hari itu Bastian hanya mengurung diri di rumah, setia berada di samping ponselnya agar saat Nala menghubunginya, ia bisa langsung siap.Perihal Alettha, perempuan itu juga banyak menghubungi Bastian, hanya saja tak diperdulikan lagi oleh Bastian. Hari-harinya dipenuhi dengan harapan kabar dari Nala."Bas, besok sampai seminggu ke depan ada jadwal buat photoshoot produk baru si Berry. Rancangan dia lagi naik daun, diselingi juga sama beberapa produk skincare, make-up, sama p
Baca selengkapnya
Bab 87. Hamil
CkittttKarena pikirannya tak ditempat, membuat Bastian tak fokus dengan jalanan di depannya. Hampir saja dirinya menabrak ojek online di depannya, beruntung di belakangnya tak ada mobil dalam jarak dekat."Aishh." Diusapnya wajahnya dengan kasar, berlanjut dengan menarik nafasnya dalam-dalam. Dihembuskannya nafas tersebut sembari kembali melajukan mobilnya.Suara panik Bella tadi benar-benar menganggu pikirannya, bertanya-tanya apa yang terjadi pada Nala?Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, akhirnya Bastian pun sampai di tempat tinggal Bella. Buru-buru ia meninggalkan mobilnya begitu saja, di dalam lift pun Bastian tampak tak bisa diam. Tubuhnya terus bergerak, karena tak sabaran menunggu lift tersebut berhenti di lantai tujuannya.Begitu pintu lift terbuka, buru-buru Bastian langsung melangkahkan kakinya, setengah berlari. Dipencetnya tombol tersebut beberapa kali, berharap penghuni di dalamnya akan segeta keluar dan membukakan pintu untuknya.Klikk"Lo udah sampai?
Baca selengkapnya
Bab 88. Terbongkar
"Kamu mau makan apa?" tanya Bastian dengan lembut seraya membelai rambut Nala. Tak sampai tiga detik momen itu terjadi karena Nala langsung menjauhkan kepalanya, menolak halus sentuhan Bastian. Melihat itu Bastian tak lagi memaksa, ia pun menjauhkan diri untuk kemudian duduk di seberang Nala. "ada makanan selain ini yang pengen kamu makan nggak, hm?" Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya pelan.Sudah dua hari ini Bastian berada di apart Nala karena perempuan itu tak ingin pergi dari sini, toh Bella juga mengizinkannya tinggal di sini."Nal, gue berangkat dulu, ya. Kesiangan banget ini." Dengan riweh Bella merapikan anak rambutnya yang masih berantakan. Entah jam berapa nanti dirinya sampai di lokasi pemotretan, ini saja sudah terlambat 10 menit."Hati-hati," balas Nala dengan suara pelan.Mendengar itu membuat Bella sedikit lega karena Nala kembali mau menjawabnya. "Lo juga hati-hati, inget ada dedek bayi di perut lo." Usai mengatakan itu, Bella pun langsung melenggang pergi. Me
Baca selengkapnya
Bab 89. Sadar Dari Koma
Sebisa mungkin Nala meredam suara langkah kakinya, kembali ke dalam kamar untuk diam-diam mengambil ponsel dan dompetnya. Sial, air matanya tak mau berhenti menetes. Sakit, hatinya terasa begitu sakit. Setiap kata yang ia dengar tak pernah lepas dalam ingatannya, sampai kapan pun ia tak akan lupa.CeklekkNala tersentak kaget saat tangannya hampir menyentuh gagang pintu, melihat seseorang yang datang dengan senyuman lebarnya."Nal-a?" Tak sampai lima detik, senyuman yang Bastian hadirkan itupun langsung memudar kala netranya mendapati presensi Nala yang tengah menangis. "kamu kenapa nangis?" Dengan tatapan penuh khawatir Bastian pun mendekat pada Nala, menyentuh pelan pundak perempuan itu dan menghampus air matanya.Sementara yang ada di belakang pun mengundurkan diri melihat situasi yang mendadak berubah, Bella dan David memilih menjauh pergi untuk memberi ruang pada sepasang suami-istri itu."Hei, lihat Mas. Kenapa kamu nangis, hm?" Dengan sabarnya Bastian menunggu sang istri membuk
Baca selengkapnya
Bab 90. Amarah Ratih
Dengan sabar Bastian pun membantu memijit tengkuk Nala. Entah apa yang terjadi, tapi tadi tiba-tiba Nala merasakan perutnya tak enak. Ingin muntah, tapi sekarang tak ada apapun keluar dari perutnya selain cairan bening."Deg-degan banget mau ketemu Mama. Sampai mual-mual gini." Tangan kanan itu mengadah air untuk kemudian digunakan sebagai kumur-kumur."Nggak apa-apa, itu kamu lagi kaget aja. Sekarang gimana? Udah aman?" Nala pun membalasnya dengan anggukan kepala. "mau ketemu sekarang?""Iya."Keduanya pun kembali menuju ruangan Mama Nala. Dari balik kaca panjang di pintu, terlihat dokter dan suster yang tengah melakukan pemeriksaan di sana. Mama Nala pun terlihat bingung, namun hanya diam membiarkan orang-orang itu menjalankan pekerjaannya.Air mata Nala pun tak terbendung lagi, sudah berapa lama ia tak melihat mamanya membuka mata. Jujur saja, selama ini bahkan Nala sudah tak berharap banyak, namun Tuhan dengan berbaik hati mengembalikan mamanya."Terima kasih, Tuhan." Bastian meng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status