Mendadak Dinikahi Om-Om

Mendadak Dinikahi Om-Om

Oleh:  Mi Casa  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat
105Bab
1.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sebuah kecelakaan besar telah merubah jalan hidup Nala. Ia terpaksa menjalani pernikahan yang tak dia inginkan demi membiayai sang mama yang terbaring tidak berdaya di rumah sakit. Nala tak mampu menolak, karena hanya laki-laki asing itulah yang bisa membantunya. Pernikahan yang pada awalnya dilandasi dengan keterpaksaan demi urusan pribadi masing-masing itupun lambat laun semakin subur oleh cinta yang perlahan tumbuh diantara keduanya. Meskipun begitu, ada yang aneh dengan pernikahan ini. Sesuatu yang disembunyikan Bastian, membuat Nala diam-diam mencari tau secara mendalam tentang suaminya. Rasa penasaran Nala pada akhirnya terjawab, mengenai alasan sesungguhnya laki-laki bernama Bastian Wilantara itu menikahinya. Haruskah ia menceraikan suaminya karena telah menyembunyikan fakta menyakitkan tersebut?

Lihat lebih banyak
Mendadak Dinikahi Om-Om Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
MamGemoy
Plot cerita menarik, hiburan di waktu senggang
2024-02-13 12:03:41
0
user avatar
Mi Casa
Baguss. Suka banget......
2023-12-18 01:04:13
1
105 Bab
Boti?
"Gimana Nala bayarnya, Ma?" Bayangan jika dirinya tak bisa membayar biaya rumah sakit mamanya, benar-benar membuat Nala takut. Jika ia tak bisa membayar biaya rumah sakit, maka sama saja dengan ia membunuh sang Mama, 'kan? "Tuhan ... tolong bantu hambamu ini." Buliran air matanya menggenang di pelupuk mata.Pemandangan mamanya yang tengah berbaring dengan berbagai alat bantu dari balik kaca panjang pintu itupun semakin buram, sampai pada akhirnya tangisnya kembali tak terbendung. Ia terisak, tanpa suara sebab tadi ia sudah banyak menangis dan meraung.Suara bariton tiba-tiba menyentak Nala yang tengah terisak hebat itu."Biar saya yang bayar biaya rumah sakit Mama kamu!"Pandangan mata Nala langsung beralih ke arah sumber suara dengan kening berkerut. “Maaf?” Ia mengerutkan dahi, lalu menghapus lelehan air mata di pipi dengan cepat.“Saya cuma mau nolong kamu.”Pria dengan tinggi menjulang dan pesona rupawan itu berkata dengan ekspresi dingin.“Ya Tuhan, apa lagi ini?” Nala memejamka
Baca selengkapnya
Pernikahan
“Iya sih, masih keliihatan oke, ganteng juga. Tapi, ya Tuhan … masa jodoh gue seumuran bapak-bapak gini, sih? Yang bener aja?” Nala akhirnya menerima tawara gila dari pria asing bernama Bastian Wilantara itu. Entah bagaimana latar belakang laki-laki itu, Nala sendiri tak tau sama sekali. Karena satu-satunya hal yang dirinya ketahui adalah usia laki-laki itu yang sepantaran dengan mamanya.Pernikahan mereka dilaksanakan begitu kondisi Nala pulih sempurna. Sudah tidak memakai kursi roda, Nala kini bisa berdiri kokoh, dengan riasan yang begitu pas di wajahnya. Sayang, riasan indah itu tidak seindah senyumannya.Dibanding Bastian, pengantin prianya itu justru menebar senyum merekah, seakan-akan menipu dunia bahwa dirinya bahagia dengan pernikahan ini. Sedangkan Nala, tersenyum kaku, seolah memamerkan ia benar-benar terpaksa menikahi bandot tua itu."Awas jangan lama-lama, lanjut nanti malam aja!"Teriakan seorang tamu di pernikahan mereka, disusul dengan siulan bernada menggoda itu membu
Baca selengkapnya
Malam Pengantin
'Nggak tertarik sama body kamu."Ah, sial! Kata-kata itu terus terngiang di telinga Nala. Tadi, usai Nala terus memojokkan Bastian yang dianggapnya loyo, tahu-tahu pria itu mendekat dan membisikkan kata-kata itu di telinganya.Nala menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, geram. Kenapa sih susah sekali untuk menghilangkan memori itu dari otaknya? Ia menarik nafas panjang guna menormalkan kembali emosinya. "Brengsek! Dikiranya gue tertarik apa sama bentukan kek gitu?! Gue aja ragu itu monas masih bisa berdiri!"Disibak dengan kasar selimut tebal yang menutupi tubuhnya saat ini. Setiap langkah kakinya begitu menghentak, menunjukkan betapa kesalnya ia saat ini."Dasar Om Tua, sialan!"Gerakan kaki Nala terhenti setelah ia berdiri di depan meja rias. Ia mendudukkan bokongnya di kursi kayu dengan ukiran seperti bunga-bunga batik. Kini, pandangannya tertuju sepenuhnya pada wajah kusutnya dari pantulan cermin. Ia menatap iba pada wajah yang tak bahagia di sana. Pernikahan seharusnya m
Baca selengkapnya
Pacar Vs Istri
Malam pertama Nala ia habiskan dengan berbagi cerita bersama Dewa. Nala tak menutup mata, ia tau jika Dewa menaruh rasa padanya, sementara Dewa sendiri juga tau jika Nala justru menaruh hati pada Kak Rafi, yang notabe-nya adalah kakaknya sendiri.Percakapan yang berisi penuh dengan kata-kata penghibur itu berakhir saat jam di dinding menunjukkan pukul 2 pagi. Nala membaringkan tubuh lelah itu di ranjang, matanya tak kunjung mengantuk, membuatnya hanya bisa menatap langit-langit kamar. Entah jam berapa tepatnya Nala benar-benar tertidur, terakhir kali dirinya melihat jam masih menunjukkan pukul 3 pagi."Eughh."Jika biasanya pasangan baru akan mengambil cuti dari semua aktivitas yang dilakukan sehari-hari, maka berbeda dengan Nala. Ia sama sekali tak memiliki kesepakatan melakukan hal itu dengan laki-laki yang telah berstatus sebagai suaminya tersebut, jangankan melakukan kesepakatan, sekedar untuk berbicara ringan saja hampir tak pernah."Ah! Pusing." Nala memegangi kepalanya yang ter
Baca selengkapnya
Sarapan Pertama
Hah, suasana di meja makan begitu tegang. Dua wanita berbeda usia itu saling melemparkan tatapan ganas, seakan-akan siap untuk menerkam lawannya kapan saja. Sementara Bastian yang baru bangun dari tidurnya masih mengeluh pusing. Pasalnya, tiba-tiba Nala menggedor-gedor pintu kamarnya hingga membuatnya terlonjak kaget."Ya ampun, cuma masak mie doang? Bisa-bisanya punya Istri kok begini."Nala diam, mengamati bagaimana lawan bicaranya ini menyudutkannya, sembari menunggu respon dari laki-laki yang baru menikahinya tersebut. Apakah akan membelanya?"Di dapur nggak ada apa-apa yang bisa dimasak, belum belanja. Aku lupa," sahut Bastian yang membuat Nala langsung tersenyum senang mendengarnya. "kamu juga ngapain pagi-pagi ke sini? Kapan pulangnya?""Semalem. Jahat banget kamu tuh!"Bastian pusing. Kepalanya terasa pusing karena Sonya dan juga sisa-sisa minumnya semalam. Diliriknya ke arah Nala yang tampak diam saja menyimak obrolannya dengan Sonya. "Nggak kuliah?"Brakkk"Lah, iya! Kok bis
Baca selengkapnya
Batas Teritorial
"A--Nal." Mendadak tubuh Bastian terasa membeku, susah payah ia menelan ludahnya sendiri dengan pandangan yang masih tertuju pada wanita di depannya ini yang masih setia menunggu jawaban darinya.Dari reaksi terkejut yang diperlihatkan Bastian tentu saja Nala tau apa yang tengah dipikirkan laki-laki itu, membuatnya menganggukkan kepalanya samar. "Ayo, Om. Kita pulang."Tanpa menunggu lama lagi, Bastian kembali menyalakan mesin mobilnya, melajukannya dengan kecepatan sedang membelah jalanan ibu kota. Di sampingnya, Nala hanya diam sembari menatap lurus jalanan yang ada di depannya.TuutttPonsel Nala berdering, membuatnya buru-buru meraihnya, menatap sejenak nama yang tertera, dan menggeser icon berwarna hijau. "Ya, gimana?" tanyanya setelah meletakkan ponselnya di telinga."Aman. Dewa udah baikan, mungkin nanti sore atau besok pagi bakalan pulang.""Gue seneng dengernya. Bilangin sama dia, jangan banyak makan pedes. Oh iya, gue b
Baca selengkapnya
Bab 7 Tidak Pulang
"Makanya hati-hati." Bastian mengoleskan obat pada kaki Nala yang luka akibat terjatuh.Meringis tat kala obat itu menciptakan rasa perih untuknya. "Iya, maaf. Tadi aku kira itu gambar apaan, otak gue aja yang kotor ternyata." Laki-laki dihadapannya ini hanya fokus mengobati lukanya, membuatnya mengalihkan pandangan ke arah lain. Sial! Yang dilihatnya malah wanita itu tengah menatapnya sinis. "kenapa, Tan? Gitu banget lihatinnya."Sonya mendengus kesal. "Tanggung jawab, minuman gue sampe tumpah gara-gara lo.""Kok? Gue?" Nala menunjuk dirinya sendiri. Perasaan ia tidak melakukan apapun yang merugikan wanita itu, kenapa ia bersalah?"Heh! Gara-gar--""Udah." Sahut Bastian. Ia tak ingin mendengar keributan lagi kali ini. "udah selesai, bisa kan masuk kamar?" Nala menganggukkan kepalanya.Sebenarnya masih perih, tapi ia masih cukup tau diri untuk tidak lebih merepotkan lagi. Untung saja kakinya tidak sampai pincang. Langkah kakinya terhenti saat ia hendak melewati foto tadi, dipandanginya
Baca selengkapnya
Bab 8. Nafkah Pertama
"Kenapa, sih? Kok diem aja dari tadi?" Dina meraih segelas jus mangga yang ada di depannya, sejak tadi belum tersentuh sama sekali.Tak ada yang tau pertanyaan itu ditujukan pada siapa, hingga tak ada yang menanggapinya."Nal?"Nala sontak saja langsung menoleh ke arah Dina, menaikkan sebelah alisnya karena tak paham. "Oh, tadi ngomong sama gue?""Setan.""Ya, maaf. Kan disini yang diem gue sama Argi, nggak tau kalau itu pertanyaan buat gue." Nala menyimpan kembali ponselnya ke atas meja, beralih memfokuskan diri pada teman di sampingnya ini. "gue sebenarnya kangen Mama, bingung."Suasana mendadak berubah. Baik Dina sendiri, Argi, maupun Dewa sama-sama menelan ludahnya sendiri.Menyadari suasana yang berubah karena ucapannya, membuat Nala menggelengkan kepalanya. "Bukan gitu maksud gue. Gue cuma kangen aja, nggak ada niatan gimana-gimana.""Iya, paham. Wajar kok." Argi membuka suara, ia membasahi bibirnya sebelum melanjutkan ucapannya, "eh, gimana wiu wiu-nya? Mantep, nggak?"Tak ada
Baca selengkapnya
Bab 9. PewPew
Tak hanya Nala, Bastian juga terlonjak kaget karena teriakan melengking Nala. Nala langsung membalikkan tubuhnya dan berlalu keluar dari kamar.BrakkHah ... hah ... hahDibalik pintu yang baru saja tertutup, deru nafas Nala masih terdengar, dadanya kembang kempis. Apa yang baru saja dilihatnya barusan masih terbayang jelas dalam ingatannya."Apaan tadi, woi?" Ditepuknya dengan kasar kedua pipinya itu. Berharap dengan melakukan ini akan mengembalikan kewarasan otaknya. "sakit." Tepukannya berubah menjadi elusan di wajahnya. Rasanya masih panas, kedua pipinya pasti tengah memerah.Ceklek"Astaga!" Nala terlonjak kaget. Spontan saja ia langsung menoleh ke arah sumber suara. Di mana Bastian keluar dari kamar dengan pakaian lengkap di tubuhnya.Mendadak keduanya sama-sama canggung. Bastian menggaruk belakang kepalanya, sementara Nala sendiri membuang pandangannya ke arah lain sembari mengatur nafasnya."Emm, maaf ya, Om. Tadi malah lancang masuk-masuk ke dalam." Nala meringis, rasa ingin
Baca selengkapnya
Bab 10. Ajakan Holiday
"Hah? Kenapa, Om?" Buru-buru Nala menghampiri Bastian, lengkap dengan raut wajah penasarannya. "urgent, Om?"Melihat Nala yang terlalu antusias, bahkan meletakkan dengan kasar gelas dan teko di atas meja sebelum mendudukkan bokongnya di kursi, membuat Bastian lekas meletakkan alat makannya dan beralih menatap Nala. "Saya ada kerjaan di Jogja.""Lha? Itukan kerjaannya Om, terus maksudnya gimana?""Saya nggak mungkin ninggalin kamu sendiri."Nala mendengus, itu bukan alasan yang terdengar bagus di telinganya. "Biasanya juga sendiri, Om. Jangan khawatir.""Ini rumah, bukan apart. Nggak ada jaminan keamanan di sini, jangan ngeyel, ya."Kalimat terakhir yang Nala dengarnya terasa menggelitik telinga. Nadanya mengalun lembut. Aduh, tidak sesuai dengan mimik Bastian yang masih datar. "Kemarin juga Om nggak pulang, berani-berani aja tuh. Ya ... meskipun awalnya takut juga, sih, tapi nggak apa-apa, kok."Raut wajah Bastian mendadak terkejut, setelahnya pandangannya berubah memelas. Iya, ia aku
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status