All Chapters of Mendadak Dinikahi Om-Om: Chapter 91 - Chapter 100
105 Chapters
Bab 91. Dua Cahaya
Setiap tarikan nafas Ratih terdengar begitu berat. Bahkan dokter sudah angkat tangan karena memang kemungkinan untuk bertahan hidup pasien terlalu kecil, bahkan hampir tak ada. Lagi pula, Ratih sendiri juga yang menolak untuk ditangani lebih lanjut."Ma, maafin Nala, Ma. Nala nggak bermaksud nyakitin Mama. Nala nggak tau apapun, Ma." Genggaman tangannya pada tangan sang mama kian mengerat, ada perasaan takut kala melihat mamanya yang begitu sulit mengambil oksigen."Bukan salah kamu, Nala," balas Ratih dengan suara terlampau pelan, bahkan nyaris tak terdengar di telinga Nala. "kamu bahagia?"Nala yang ditanya seperti itu hanya diam. Jika dibilang bahagia juga tak sepenuhnya bahagia, bukankah bahagia dan sedih memang ada porsinya masing-masing?"Mama seneng kamu ada yang jagain."Tiba-tiba saja tubuh Ratih terguncang hebat selama beberapa detik. Tentu saja Nala sendiri kelimpungan bercampur kaget melihat hal mengerikan itu."Dokterrrr. Dokter tolong Mama sayang, Dokkk." Teriak Nala sek
Read more
Bab 92. Diantara Dua Pilihan
Tak ada lagi air mata yang keluar dari pelupuk mata Nala. Ia hanya menatap tenang dengan tetap duduk di kursi roda kala orang-orang mulai menimbun sesuatu di dalam lubang galian tersebut. Pandangannya pun tak lagi fokus, dalam pikirannya kembali berputar segala kenangan yang telah dilewatinya bersama Mama sedari kecil.Mamanya telah terlebih dahulu berpamitan, menitip pesan dirinya harus bahagia. Tak ada tanggapan berarti yang ia berikan, andai saja bisa memilih, tentu saja Nala lebih ingin berada di dalam mimpi bersama mamanya lebih lama lagi. Menahan perempuan itu dan menahan diri agar tak cepat bangun.Lagi pula, apa yang akan didapatkannya andai ia memberontak. Apa mamanya akan bangun andai ia mengais-ngais timbunan tersebut? Tentu saja tidak, mau ia berontak sebagaimanapun juga, tetap tidak akan ada yang berubah. Inilah takdir yang Tuhan tuliskan dalam takdirnya.Usapan pelan pada bahunya sama sekali tak menarik perhatian. Tak ada sedetikpun yang terlewat selama prosesi pemakaman
Read more
Bab 93. Alettha Lagi
"Sa-sayang." Kerongkongan Bastian terasa tercekat. Terkejut? Tentu saja ia terkejut dengan pilihan yang Nala ajukan, bagaimana bisa dirinya disuruh memilih salah satu diantara dua hal yang tak mungkin bisa ia pilih salah satunya? "kamu bercanda, 'kan?" "Tolong, jawab iya, Nala. Mas mohon, jangan begini sama Mas."Tubuh Bastian langsung melemas kala Nala memberi jawaban dengan gelengan kepala, lututnya bahkan sudah tak mampu lagi digunakan sebagai tumpuan tubuhnya.Entah bagaimana jawaban Bastian nanti, Nala tak akan mempermasalahkan itu semua. Lagi pula, selama ini dirinya juga tak siap sama sekali dengan kedatangan makhluk lain dalam dirinya. Bagaimana tidak, hidupnya saja kekurangan kasih sayang sejak kecil, ditambah lagi dengan kabar duka yang masih merundung dirinya. Nala sepenuhnya sadar jika tak ada orang yang benar-benar perduli padanya, termasuk suaminya sendiri.Isakan tangis Bastian yang terdengar di rungu Nala sama sekali tak mengubah pendiriannya, bahkan tak ada raut wajah
Read more
Bab 94. Aborsi
"Semuanya sudah selesai di proses dan disetujui. Hanya satu tahun, ingat, setelah itu kamu harus kembali lagi. Jangan sia-siakan perjuangan kamu selama ini.""Baik, Pak, terima kasih banyak atas bantuannya.""Sama-sama, silakan nikmati satu tahun ini. Saya tunggu kamu kembali."Panggilan pun berakhir. Nala menggenggam benda pipihnya itu dengan pandangan lurus ke depan. Siapa bilang dirinya baik-baik saja? Mungkin dari luar memang terlihat demikian, namun yang benar-benar tau hanyalah dirinya sendiri. Ya, hanya dirinya sendiri dan Tuhan yang tau bagaimana perjuangannya selama ini untuk tetap bertahan.Entah kapan jiwanya yang hilang itu akan kembali lagi, atau mungkin tidak akan pernah?Langit sudah gelap, membuat Nala beranjak dari posisi duduknya dan melangkahkan kaki menuju jendela. Sudah saatnya jendela itu di tutup.***Sebenarnya Bastian agak menyesal mengiyakan permintaan Alettha tanpa berpikir panjang. Namun, lagi-lagi perasaannya berubah kala melihat wajah lelah itu terlelap d
Read more
Bab 95. Bye, Adek Bayi
"Tuhan, tolong selamatkan istriku." Puluhan kali Bastian merapalkan do'a itu. Melihat apa yang terjadi pada Nala, tentu saja Bastian sudah tau apa yang sebenarnya terjadi. Kepalanya terasa hampir meledak, sampai detik ini ia masih tak menyangka Nala benar-benar nekat sejauh ini.Buk ... buk ... bukDengan penuh kesadaran Bastian memukul kepalanya sendiri menggunakan kepalan tangannya. Air matanya tak henti-hentinya mengalir. "Bodoh! Bodoh! Bodoh!"Harusnya semalam Bastian tidak meninggalkan Nala, tidak menginap di tempat Alettha, seharusnya semalam ia berada di samping Nala. Ya, harusnya seperti itu, Nala masih dalam kondisi berduka, harusnya ia sadar itu. Kenapa ia terlalu ambil hati ucapan Nala, harusnya ia sadar jika ucapan Nala hanyalah bentuk omong kosong karena kondisi mentalnya yang tak stabil."Arghhhh." Erang Bastian sembari menjambak rambutnya sendiri. Terlihat jelas bagaimana urat-urat itu menonjol di pelipis dan bagian samping wajah Bastian.Netranya melirik ke arah pintu
Read more
Bab 96. Benar-Benar Selesai
TringgPintu itupun terbuka dan menampakkan sosok perempuan cantik dengan senyuman lebar hingga memperlihatkan deretan gigi putihnya. Matanya tampak berbinar mendapati siapa yang datang bertamu kali ini.Tak ada angin, tak ada hujan, dan tak ada tanda-tanda apapun, namun semesta memberikan kejutan, mendatangkan laki-laki yang selama beberapa hari ini tak nampak batang hidungnya."Kenapa nggak bilang, padahal ak--"PLAKKTamparan keras dari telapak tangan yang besar itu mendarat sempurna di pipi kiri Alettha hingga berhasil membuat perempuan itu langsung terhuyung ke samping, untung saja dengan sigap tangannya meraih gagang pintu untuk dikenakan sebagai tumpuan. Kalau tidak, tentu saja tubuhnya sudah terbujur di lantai."B-bas, kam--"PlakkkBelum sempat bibirnya selesai berucap, tamparan kedua berhasil mendarat kembali di pipi Alettha, namun kali ini di pipu kanannya. Sempurna sudah, dua pipinya menjadi sasaran sebuah tamparan yang ia sendiri tak tau sebabnya."Puas kamu Alettha? HAH?
Read more
Bab 97. Psikolog
"Sayang." Bastian menatap nanar perempuan yang kini tengah duduk di kursi panjang dengan pandangan kosong, tak tau apa yang tengah menjadi objek penglihatannya.Sakit? Tentu saja hati Bastian terasa dicabik-cabik melihat kondisi istrinya yang seperti itu. Saat ini Nala lebih terlihat seperti raga tanpa jiwa, entah kemana menghilangnya jiwa itu.Tepukan pelan pada bahunya langsung membuat Bastian menoleh ke samping, terkejut melihat seseorang di sampingnya, buru-buru tangannya tergerak untuk menghapus bulir air matanya. Kemudian terkekeh pelan, tak ingin suasana menjadi canggung."Nggak apa, masih banyak waktu. Mbak Nala pasti bisa sembuh, perlahan-lahan.""Apa istriku masih bisa sembuh?" tanyanya mengingat hingga saat ini Nala masih sering bungkam, enggan mengatakan aapapun. Bahkan, beberapa kali perempuan itu juga menangis dalam diam, memukul-mukul kepalanya sendiri. Terlalu berisik, katanya.Dengan mantap laki-laki disamping itupun menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Lagi pula ini
Read more
Bab 98. Reuni 18+
Kurang lebih dua tahun ini Bastian benar-benar berada di samping Nala selalu, ia tak lagi mengambil project, hanya mengandalkan hasil dari studio miliknya. Tak terlalu banyak memang, tapi masih lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama ini.Entah berapa banyak Bastian menahan diri dan sesak selama ini, kala Nala sama sekali tak memberinya kepastian. Bahkan beberapa kali Nala berniat mengakhiri hidup, itulah titik paling menyakitkan dihidup Bastian. Sehancur itulah mental Nala. Beruntung, sedikit demi sedikit mental Nala mulai kembali pulih, meskipun masih belum menjadi Nala sepenuhnya."Hati-hati, Sayang." Bastian menyodorkan secangkir cokelat hangat yang langsung diterima oleh Nala.Mendudukkan bokongnya di samping sang puan, keduanya sama-sama menikmati suasana malam hari ini. Angin berhembus cukup kuat hingga membuat rambut keduanya tergerak-gerak, mengikuti arah pandang Nala, Bastian menyandarkan tubuhny pada sandaran kursi."Bagus banget ya bintangnya, banyak. Kesukaan
Read more
Bab 99. Saluna Wilantara
"Akhhh. Mas!" Pekik Nala yang merasakan sakit teramat, tangannya dengan ringan langsung menjambak surai tebal Bastian.Sakit, tapi Bastian sadar yang dirasakannya saat ini tak lebih sakit dari yang tengah dirasakan sang istri dalam memperjuangkan kelahiran buah hati yang diprediksi berjenis kelamin perempuan ini."Sayang, kamu pasti kuat. Sebentar lagi Adek bayi lahir, Sayang. Kita bisa lihat dia yang selama ini nendang-nendang terus." Berbagai kata penyemangat selalu Bastian lontarkan. Tangannya pun tak pernah lepas menggenggam tangan kecil istrinya."Oekkk ... oekkk ... Oekkk."Setelah penantian panjang mulai dari kontraksi, pembukaan, hingga proses lahiran yang begitu menyakitkan untuk Nala. Akhirnya suara tangisan menggelengar buah hatinya pun terdengar. Baik Bastian maupun Nala sendiri pada akhirnya bisa bernafas lega. Bukan hanya Nala saja yang bermandikan peluh, melainkan Bastian juga. Laki-laki ini tak kalah takutnya, dalam hatinya pun tak henti-hentinya merapalkan do'a untuk
Read more
Bab 100. Papa Bas dan Mama Nal
"Mbrrr hik hik hik.""Loh! Kok nyembur." Nala pura-pura kaget, melihat putri kecilnya yang menyemburkan air susu dimulutnya. Bukannya takut, gadis mungil ini justru tertawa lebar menunjukkan gusi lucunya sembari bertepuk tangan. Mamanya terlihat menggemaskan di matanya."Abmrrrr."Nala meletkkan putri kecilnya di atas ranjang, tak lupa memberikan mainan gigit-gigitan padanya. Langsung saja Saluna memainkannya, menggigit-gigitnya. Tak terasa gadis kecil ini akan segera memasuki fase pertumbuhan gigi.Tak berselang lama Bastian pun datang dengan handuk kecil di kepalanya, menggosok-gosoknya agar rambut basahnya lekas mengering.Melihat buah hatinya berbaring riang di atas ranjang membuat Bastian langsung melompat menyusul putrinya, melemparkan asal handuk kecil yang tadi dikenakannya. Tanpa permisi laki-laki beranak satu itupun langsung mencium wajah putri kecilnya bertubi-tubi. "Ih anak papa lagi apa, emesnya. Emesnya anak Papa. Mwah mwah mwah.""Hek hek." Bibir Saluna langsung mengeru
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status