All Chapters of Istri Alim Sang Mafia: Chapter 41 - Chapter 50
143 Chapters
Bab 41 Mekarnya Bunga Cinta
"Selamat Pak.. Bayi Anda laki-laki, beratnya 1 kg."  Teddy melihat bayi mungilnya yang jika digendong hanya dua telapak tangan manusia dewasa. Ia menangis melihat anak yang baru saja dilahirkan dari rahim wanita yang ia cintai. "Pak, bisa diadzani dulu bayinya.." dokter spesialis anak mendekatkan bayi itu dengan Teddy. "Dokter, tolong adzani anak saya..." Teddy menangis. "Baik Pak.." Suara lantunan adzan dan iqamah dari dokter kandungan membuat bayi Aina bergerak-gerak perlahan. Teddy melihat anaknya yang masih berada di dalam inkunator. "Sementara anak bapak akan kami letakkan di NICU sampai berat badan janin bisa dibawa pulang ya Pak.. Banyak-banyak berdoa semoga buah hati bapak tetap sehat..." Dokter dan perawat berlalu membawa bayi mungil itu ke ruang NICU. Teddy masih berada di ruang operasi menemani Aina yang dibius total. "Ainaa.. anak kita sudah lahir..." Teddy berbisik. "Mari Pak, ibu Aina akan kam
Read more
Bab 42 Penebusan Suci
"Ainaa..." Papa memanggil Aina yang masih tertidur pulas.Semenjak Davian pulang ke rumah dan disusui langsung oleh Aina, berat badannya melonjak drastis. Hampir setiap bulan berat badannya naik 1 kg."Ainaa.." panggil papanya lagi sambil memakai tongkatnya."Ba ba ba.." Davian mulai meracau belajar bicara. "Astaga Aina..." Davian berguling ke lantai.Davian yang sudah mulai berguling-guling menikmafi rasanya bisa berpindah tempat."Sayang..sini sama opa.." perlahan Davian mulai memegang tangan opanya."Aina bangun.. Sudah jam enam..anakmu sudah bangun dari tadi..""Iya paah...." Aina masih enggan meninggalkan ranjang empuknya."Makanya habis solat subuh jangan tidur lagi..Jadi mengantuk dan malas..." papa mulai berisik pagi-pagi.Davian duduk di dalam strolernya. Kemudian papa memanggil Bik Onat agar memandikan dan menyuapinya makanan."Ainaa..." Papanya geram melihat Aina yang masih enggan untuk bangun.
Read more
Bab 43 Reuni
"Davian.. Davian kenapa kamu diam saja? Papa bicara sendiri dari tadi..." Teddy tertegun melihat bayinya tertidur pulas di mobilnya. Ia berhenti sesaat dan menghubungi orang rumah untuk mempersiapkan semuanya. "Johan, sudah siap?" "Beres bos, tinggal menunggu kedatangan bos saja..." Klik. Teddy mengambil gambar bayinya dan mengirimkannya pada Aina. "Nah, biar mamamu kaget kita kirim fotomu ke ponselnya ya?" Teddy tersenyum licik. Kembali ia menginjak pedal gas dan mengendarai dengan kecepatan tinggi. Beberapa kali Teddy melirik ke arah Davian, diluar dugaan ia tidur dengan pulas dan tidak terbangun. Kriiingg... Aina menelpon Teddy seketika setelah Teddy mengirimkan fotonya. Kriiing... "Biar mamamu makin panik, kita acuhkan saja panggilannya.." Teddy tetap fokus pada jalanan yang ia lewati. Meski berpuluh kali Aina mencoba menghubunginya, ia tetap mengacuhkannya. **
Read more
Bab 44 Kejutan lama
"Tuan.." Teddy tertidur pulas bersama Davian.Aina membangunkan Teddy dengan pelan. Sementara Davian tidur dengan memegang lengan Teddy. Jika dipandang, Davian adalah fotokopi dari Teddy. Semuanya! Baik mata, rambut, hidung, maupun postur tubuhnya."Teddy.." Aina memanggil dengan nama. Teddy merasa janggal dengan suara yang memanggilnya hanya dengan nama, akhirnya terbangun juga. Ia membuka mata perlahan dan mendapati Aina sudah berdiri menggendong Davian. "Ini sudah sore Tuan. Kami harus pulang..." Teddy meregangkan kedua tangannya seperti seekor kucing yang baru bangun. Matanya yang masih setengah terbuka hanya tersenyum melihat Aina. "Pulang kemana?" ia pura-pura amnesia. Aina yang kesal mendengar jawaban itu langsung keluar dari kamar dan mencari seseorang di luar. "Ainaa..." Dalam sekejap saja Aina sudah berbincang-bincang dengan beberapa sopir yang ada di rumah Teddy. Ia sedang tawar-menawar untuk mengantarkannya pulang ke rumah papanya. "Aku mau pulang.." tegas Aina. "
Read more
Bab 45 Kenangan Pahit
"Biarkan aku keluar dari tempat ini..." Aina menangis sejadi-jadinya.Sementara Teddy hanya terdiam sambil tersenyum."Kamu selalu menjebakku. Aku sudah paham sekarang, termasuk pernikahan itu. Kamu juga yang menggagalkan bukan?"Teddy masih berdiri kokoh di pintu kamar yang terkunci."Kalau iya memang kenapa?"Jawaban itu membuat Aina makin kesal. Dugaan demi dugaan yang ada di hatinya bukanlah sebuah omong kosong belaka. Teddy memang seorang mafia!"Kenapa kamu tega melakukannya padaku? Apa salahku padamu?"Tetesan air mata Aina tidak membuat Teddy iba. Ia tetap berdiri tanpa berpindah satu sentimeterpun dari posisi awalnya."Karena aku menyukaimu sejak kedatanganmu ke tempat ini...""Bohong!" Aina berteriak, seolah ia memang tidak mempercayai pernyataan Teddy."Aku tidak mau kamu menikahi Johan..""Dasar manusia berhati binatang! Jahat, kamu jahat sekali Teddy...""Sudahlah, jangan memukuliku..."
Read more
Bab 46 Hidup Baru
Sesuai dengan rencana Aina, ia dan Davian meninggalkan Istana Putih di malam hari yang dingin. Beberapa kali ia mencoba mengetuk pintu kamar dan ruang kerja Teddy, namun tetap tidak ada balasan dari dalam ruangan. "Ayo kita pulang..Opa menantimu Davian sayang..." akhirnya Aina turun ke lantai satu. "Ainaa...." Bik Asih dan beberapa pembantu tergopoh-gopoh datang untuk mengantarkan Aina. "Aina, jangan lupa sering-sering menjenguk kami..." Lilik dan Hana menangis bersamaan. "Iyaa..." jawab Aina sambil memasukkan tas. "Kamu diantar Pak Eko?" "Siapa lagi yang mau mengantarku kalau bukan Pak Eko?" Aina tersenyum kecut. "Ayo sayang dulu Daviaann..." Bik Asih menggendong Davian sebentar. Sementara Lilik dan Hana mengambil beberapa foto Davian bersama mereka. "Kami pulang dulu..." Aina menutup kaca pintu mobil. "Bisa jalan sekarang ya Aina..." Pak Eko bertanya. Aina hanya mengangguk. Ia duduk sambil memangku Davian yang sudah mulai aktif. "Pak Eko senang kalau Aina ada di sini, Tua
Read more
Bab 47 Pesta Semalam
Lima bulan setelah perceraian... "Aina.." Novan tersenyum mendapati Aina hadir di pesta ulang tahunnya. Ia tak menyangka, undangan yang hanya dititipkan kepada orang rumah, benar-benar sampai ke tangan Aina."Selamat ulang tahun Novan.." Aina menyerahkan sebuah kotak kecil berwarna biru."Apa ini isinya?" Novan terlihat sangat antusias mendapatkan kado dari Aina."Jangan dibuka sekarang..." pinta Aina.Beberapa saat kemudian Aina mengambil makanan yang sudah disediakan di cafe itu."Masih suka dengan seafood?" "Iya..." Aina hanya menjawab datar karena tahu betul siapa sang pemilik suara."Kamu makin cantik.." "Maaf saya sudah selesai..""Tunggu.. Aku baru saja datang.." "Permisi Tuan Teddy.."Aina lebih memilih untuk menghindarinya. Karena Aina juga tahu dengan siapa Teddy datang ke pesta ulang tahun Novan.Teddy terus membuntuti Aina. Ia sengaja duduk satu meja dengan Aina dengan hanya mengambil segelas jus jeruk."Teddy. Kenapa duduk disini sayang?" seorang wanita berambut curl
Read more
Bab 48 Jurus Lama
Kegiatan Aina sehari-hari setelah berpisah dari Teddy adalah membangun dunia baru. Ia mulai ikut terjun ke bisnis papanya di bidang properti. Meski Aina tidak terlalu awam mengenai bidang itu, ia tetap belajar dari nol lagi. Sesekali Aina akan berkunjung langsung ke lapangan agar bisa mengetahui perkembangan proyek-proyeknya. Karena masih terlalu baru bekerja, Aina seringkali didampingi oleh Novan sebagai guru dalam bekerja."Novan, aku banyak berhutang budi padamu..apalagi perusahaan papa sedang tidak baik-baik saja.."Aina mengeluhkan kondisi keuangan yang semrawut dan amburadul. Memang, sejak Papanya sakit kondisi keuangan menjadi limbung. Uang perusahaan banyak dipakai untuk kepentingan pribadi dan pengobatan.Bahkan sebelum meninggal, ibu tiri Aina banyak mengambil uang perusahaan untuk berfoya-foya dan berpesta ria."Tante memang tidak begitu bisa mengelola uang. Akhirnya yah jadi seperti ini..." Novan ikut mengeluh."Tapi kamu kan cuma disuruh waktu itu!" Aina menenangkan Nova
Read more
Bab 49 Terpesona
"Kamu?" Aina membuka pintu rumahnya dan mendapati Novan sudah tampil rapi di pagi hari. "Aku mau mengajakmu jalan-jalan.." kata Novan. Aina menatap jam dinding yang masih menunjuk angka enam. Apakah tidak salah mengajak keluar sepagi ini? "Aku belum mandi dan Davian masih baru saja bangun..." jawab Aina. "Santai saja, aku bisa menunggumu di sini..." Sambil melihat-lihat aneka tanaman bunga yang ditanam papa Aina, Novan berjalan mendekati sebuah pohon Mangga besar. Mangga itu memang sedang berbuah lebat. Ada sebuah kenangan saat dulu pertama kali Novan datang ke rumah ini. Ia masih ingat saat tantenya memperkenalkan Novan kepada anak tirinya, yang tak lain adalah Aina. Berkali-kali tantenya meyakinkan kepada Novan jika Aina adalah gadis jahat yang suka melawan. Justru karena kesan Aina yang jutek dan galak, ia malah diam-diam menaruh hati padanya. Sejak saat itu, kemanapun Novan pergi. Ia selalu memberikan ruang kh
Read more
Bab 50 Kehangatan yang Bersinar
"Teddy. Serahkan Davian padaku!" Aina menunjukkan kemarahan yang hebat pada Teddy. Melihat wajah dan pipi Aina berubah menjadi merah merona, Teddy hanya tersenyum. Saat marah begini, Aina terlihat sangat cantik di mata Teddy. Meski Aina tidak pernah mengetahuinya."Dia masih senang bermain denganku..." jawab Teddy santai."Berapa lama lagi?" Aina seolah butuh sebuah kepastian."Sabarlah sedikit..Sejak menjadi janda, kamu sangat gampang sekali tersulut emosi..." Teddy mulai menggoda Aina.Wajah Aina berubah. Seolah kemarahannya berubah menjadi kebencian. Aina paling tidak senang menjadi bahan candaan atau olokan."Setidaknya aku tidak lagi menjadi istri laki-laki buaya sepertimu..." Emosi Aina makin meletup-letup. Seperti api yang sedang berkobar menyala."Apakah kamu sedang cemburu padaku?" godaan Teddy makin membuat Aina sebal."Sini..." Aina mengulurkan tangan pada Davian."Davian
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status