All Chapters of Istri Mungil Dosen Tengil : Chapter 41 - Chapter 50
75 Chapters
41 – Kali kedua
Ragata POVKami sudah berada di mobil dan bersiap untuk pergi. Sebelum sebuah pesan dari Rindu membuatku berhenti.“Ada apa?” tanya Angga, melihat ponselku.Jika ingin dia selamat. Datanglah ke alamat yang aku berikan, bawa surat yang aku perintahkan kepadamu. Ingat, kau dengan kakimu sendiri yang harus datang. Jangan bawa siapapun, atau nyawa gadis ini akan melayang.—Erick.Satu baris kalimat itu membuat seluruh tubuhku panas dingin. Pikiranku mendadak dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Kenapa bisa Rindu berada di tangan mereka? Jelas sekali tadi aku mengantarnya dengan aman.Kapan para manusia sialan itu beraksi?“Ragata, apa yang dia maksud? Rindu dimana?”Andreas ikut bertanya. Situasi di dalam mobil lengang. Otakku tidak bisa bekerja dengan baik. Kini aku berpaling, menatap semua yang ada di dalam mobil. Tidak ada yang menunjukkan sosok yang akan menghianatiku di saat seperti ini. Tatapan semua orang tidak menunjukkan tanda-tanda itu. Tidak…selain sesuatu yang terpasang di kursi
Read more
42 – Project
Rindu POVAku terbangun dengan kepala pusing. Semalam…aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi seseorang mengirimiku pesan, aku pikir itu adalah abang gojek yang mengantar pesananku—lapar di tengah malam. Namun begitu tiba di bawah, lelaki itu menarikku ke dalam sebuah mobil. Bahkan tidak sempat aku berteriak.Ruangannya asing—jelas. Karena yang aku lihat saat ini adalah ruangan putih dengan banyak alat yang tidak aku ketahui fungsinya. Pakaianku putih, tidak seperti semalam. Kedua tanganku di ikat di masing-masing sisi ranjang, begitu juga kakiku.“Sudah bangun?” suara seseorang dari sebelahku. Dia? Tunggu dulu, aku rasa lelaki itu tidak asing. “Benar…aku adalah Erick. Kau pasti mengenalku, mengingat kau adalah titik lemah Ragata. Well…singkat saja.”Dia bangkit dari kursinya. Aku memperhatikan berbagai jenis alat suntik yang ada di atas meja. Sepertinya aku baru sadar, bahwa kepalaku dipasang beberapa sensor.“Apa yang kau inginkan?”Bukannya menjawab, dia malah tersenyum. Berjalan ke
Read more
43 – Interogasi
Ragata POVBrugh—penjaga terakhir tumbang. Anak buah Christian sudah masuk lebih dulu ke dalam bangunan. Sesuai dengan planning kami, Christian masuk lebih dulu. Jika aku bertemu dengan si berengsek itu, tidak akan aku maafkan dirinya. Sejak tadi jantungku berdebar kencang, dan satu-satunya nama yang aku pikirkan adalah Rindu.Aku takut, bahwa ucapan Hans benar adanya. Erick lebih gila daripada ayahnya.Flashback“Hans, apa yang direncanakan oleh Erick?”“Dokter Ragata, saya…saya benar-benar minta maaf. Tapi demi apapun, saya menyesal di detik operasi saat itu.”Begitu sadar, Hans tidak berhenti mengucapkan kata maaf. Aku sedikit kasihan, seluruh tubuhnya benar-benar hancur. Dari hasil pindai CT, bagian tulang belakangnya patah. Tidak berbeda jauh dengan kakinya. Namun yang paling mengerikan, sistem respon sarafnya mulai berkurang sejak 2 jam lalu.Jelas itu bukan kabar baik.“Sudah selesai mengintrogasinya, Raga? Kau harus baca ini, ada sesuatu yang lebih penting dan mendesak untuk
Read more
44 – Tembakan
Rindu POVAku terbangun saat merasakan dingin di seluruh tubuhku. Hal pertama yang aku lihat adalah ruangan putih. Tidak ada perbedaan, aku masih di ruangan penuh dengan manusia-manusia aneh itu. Bedanya, aku tidak terbaring. Tapi berdiri, dengan penyangga di masing-masing sudut tanganku. Rasanya sangat lemas. Seluruh tubuhku terasa sakit.Bahkan aku tidak bisa mengendalikan pergeranganku. “Dia luar biasa, Erick. Cairan yang kita gunakan bahkan sudah tingkat tinggi, dan dia masih bisa sadar. Otaknya tidak terganggu, hanya saja sistem sarafnya masih membutuhkan waktu untuk merespon dengan baik. Tidak kau lihat, betapa berharganya dia?”Itu suara prof. Dia sedang berbicara dengan Erick di balik layar kaca yang menjadi pembatas. Kabel sensor masih melekat di kepalaku. Beberapa kali gelombang magnet itu membuatku bergetar hebat. Kepalaku terasa di setrum dan itu terjadi berulang kali. Tes.Aku menatap darah yang luruh ke lantai. Kepalaku sangat pusing, dan penglihatanku mulai kabur. Bi
Read more
45 – Sudah berakhir
Ragata POV“Rindu!”Aku menahan nafas. Berjuang untuk bangkit di saat seluruh energiku sudah melemah. Peluru menembus bahuku, darah bercucuran keluar. Suara ribut dari luar terdengar. Entah apa yang akan terjadi setelahnya, tapi aku butuh menyelamatkan Rindu.“Hey…”Dia tersenyum dengan lemah. Ya Tuhan, kenapa aku harus melibatkannya dalam masalah ini? Sekuat apapun aku membantunya berdiri, itu tidak kunjung berhasil. Aku jatuh karena pukulan dari belakang. Ku lihat air mata Rindu sudah membasahi wajah cantiknya.BrughSatu pukulan dari Erick berhasil lolos, membuatku terjatuh ke samping. Jelas dia akan menang telak daripada aku. Energiku sudah terkuras habis. Belum lagi dengan darah yang tidak berhenti keluar dari bahuku. Dia menarik kerah bajuku.“Kau pikir dengan cara ini kau bisa membawanya pergi?” tatapan mata Erick menunjukkan sedalam apa dendamnya. Aku terkekeh—menyulut emosinya. “Lalu, kau pikir aku tidak bisa?”See? Dia semakin marah. Tangannya melayang, hendak memberiku pu
Read more
46 – Tinggal
Ragata POVTidak pernah aku membayangkan, bahwa dalam satu tindakan, tujuan hidupku akan berbeda. Dulu, semuanya terasa tenang, seperti air mengalir. Laksana aku berjalan di atas aspal yang sudah ditempa oleh ayah, tanpa tahu darimana bebatuannya di ambil.Bahkan tidak ada pemikiran bahwa aku menjadi seorang tokoh utama dalam kehidupan seseorang. Namun, melihat Rindu, gadis yang mampu memberikan kehidupan dan pengalaman baru. Aku jadi sadar, bahwa hidupku juga berarti bagi orang lain.“Ragata, gue rasa lo butuh ngeliat sesuatu deh.”Itu suara Angga. Dia berjalan ke arahku, dengan tablet yang berisi dokumen yang aku perintahkan padanya. Kami sedang berkutat dengan layar masing-masing sejak tadi. Sibuk dengan urusan masing-masing. “Semuanya udah gue telusuri, dan ini daftar pegawai kita yang ternyata menjadi suruhan Erick. Oh ya, Sulis juga mengkonfirmasi hal ini. Untuk sementara kita akan memanfaatkan dia. Sampai nanti tidak ada lagi informasi yang kita butuhkan, barulah…disana kita
Read more
47 – Pelukan
Rindu POVSetelah tahu mama sudah tiba di hotel yang jelas dipesankan oleh Ragata, aku segera meluncur ke sana malam harinya. Melepas perasaan rindu yang sejak beberapa tahun ini aku tahankan. Aku tahu mama pasti akan banyak pertanyaan nantinya, termasuk fasilitas yang didapatkan. Besok ada hari wisudaku, hari yang aku nanti-nantikan. “Kau kelihatan senang sekali.”Ah iya. Aku bahkan lupa jika Ragata yang menemaniku saat ini. Dia mengenakan sweater setelah sejak tadi aku adu argumen dengannya. Bisa-bisanya dia ingin mengenakan jas? Yang benar saja, Ragata bukan ingin bertemu orang penting. Hanya mama dan mbak saja.“Terima kasih.”Dia menoleh. Lalu kembali fokus menyetir. Bahkan melihatnya dari samping saja bisa membuatku berdebar. Aku beruntung bisa sedekat ini dengannya. Yeah, meskipun aku takut mama tidak akan setuju mengingat perbedaan umur kami saat ini. Ragata sudah hampir menginjak kepala tiga. Sedangkan aku? Hanya gadis yang beranjak dewasa. Masih bau kencur. Belum tahu garam
Read more
48 – Hari H
Sudah pukul tujuh lewat 15 menit. Rindu dibalut dengan kebaya berwarna biru muda terlihat menawan. Pantulannya sempurna terlihat di cermin. Mbak Ati tersenyum, mereka mengenakan pakaian yang sama. Dia berjalan mendekat, membenarkan anak rambut sang adik.“Kamu cantik banget.”pujinya tulus. “Oh ya, jangan lupa masukin toga kamu ke ransel, nanti ketinggalan, kan agak lain ceritanya.”“Oh iya, hampir saja kelupaan. Mama di mana, dari tadi perasaan lama banget dandanya.”Ati hanya terkekeh. “Itu, sudah selesai. Oh iya, kita dijemput pacar kamu?”Rindu mengangguk. Tersenyum malu-malu. Tidak lama Maudy—mama mereka—muncul dengan balutan kebaya yang sama. Sangat indah, dan anggun. Kecantikan luar biasa terpancar dari dalam. Tidak kenal usia.“Putri mama cantik banget.”“Mama juga cantik.”puji Rindu. Memeluk sang mama dengan wajah bahagia. Semalam setelah menghabiskan malam bersama, Rindu memilih untuk menetap. Sedangkan Ragata pulang.“Oh iya, nak. Mama mau nanya satu hal sama kamu.” Maudy me
Read more
49 – Terbangun
Ragata sedang sibuk dengan ponselnya. Sesekali menggulir layar ponsel, menatap tiket pesawat yang bisa dia pesan dalam waktu cepat.Dia sudah mempertimbangkan semuanya. Segala kemungkinan dan resiko yang nanti dia tempuh. Syarat dari mama Rindu sederhana, tapi rumit. Sejenak Ragata berhenti memainkan ponselnya, dan bergantian dengan rebahan. Badannya terasa sakit akhir-akhir ini. Semua pembicaraannya dengan Ny Maudy kembali terputar di ingatannya.“Jadi…kamu memang serius dengan putriku, nak Ragata?”“Jika Anda memberi restu, saya berniat melamar Rindu di hari wisudanya, bu.”Maudy tersenyum. Dia tidak expect bahwa Rindu yang akan sold lebih dulu daripada sulungnya–Ati. Tapi selama semuanya berjalan dengan baik, dia tidak akan mempermasalahkannya. Mau siapa yang dulu menikah. Asal bahagia saja syaratnya.Tapi, Maudy sadar Rindu tidak akan sepenuhnya menjadi diri sendiri karena masa lalu. Maudy selalu merasa bersalah. Andai saja dulu dia mendengar kata hatinya, maka mungkin semuanya ak
Read more
50 – Apartemen
Setelah mama dan mbak Ati pulang dan setelah Rindu bekerja di rumah sakit kurang lebih 1 minggu. Hal pertama yang dia lakukan adalah mencari apartemen. Miquel merekomendasikan satu unit apartemen dekat tempatnya. Harganya murah sekali. Tapi karena kata Miquel itu karena harga diskon khusus, jadilah Rindu setuju. Dia mau pindah dari kosan lama, karena jaraknya cukup jauh jika harus pulang pergi ke rumah sakit. Dan tindakannya ini, tanpa sepengetahuan Ragata. Bukannya bermaksud menyembunyikannya, tapi Rindu tidak mau terkesan apa-apa minta Ragata. Benar lelaki itu pacarnya, tapi karena dia itu independen alpha women, jadi harus terbiasa sendiri. Kali ini pun, proses pindahannya di bantu dengan Pandu dan Miquel. Meskipun Pandu hanya sebatas menatapnya saja. Tidak berniat membantu sama-sekali. Teman laknat emang. “Udah belom? Lama banget sih, mindahin itu aja kayak nenek-nenek.”Rindu berhenti memasukkan kotak karton itu ke dalam mobil saat Pandu misuh-misuh dari teras kosannya. Look.
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status