Semua Bab Istri Mungil Dosen Tengil : Bab 51 - Bab 60
75 Bab
51 – Ezha
“Dok, tolong selamatkan ayah saya, Dokter. Saya mohon, berapapun biayanya akan saya tanggung.”Ragata mengangguk. Dia baru saja turun ke lobby dan membantu perawat membawa lelaki yang dia tebak berusia 60 tahunan. Seorang lelaki belia yang sepertinya berusia 20 tahun menangis sejak tadi. Seolah berat hati melihat sang ayah di bawa pergi.“Sepertinya dia harus segera dioperasi, Dokter Ragata. Saya sudah memeriksa keadaannya tadi, dan itu tidak baik. Beliau sudah punya catatan penyakit kanker, dan itu…stadium akhir.”“Ayah…kanker?” Ezha membeku di tempatnya. Dia kelihatan syok dengan berita itu. Selama ini Ezha tahu ayahnya sakit, tapi tidak pernah ada kata-kata itu keluar dari bibir sang ayah. “Ma…ayah kanker?”Wanita berusia 50 tahunan itu mengangguk lemah. “Dok…saya akan mengurus semua berkas yang diperlukan untuk operasi. Apakah bisa hari ini suami saya di operasi? Saya mohon, selamatkan dia.”Ragata menarik nafas dalam sambil membaca catatan medis lelaki itu. Dan untuk beberapa sa
Baca selengkapnya
52 – Maaf
Rindu POVTidak. Ini tidak benar. Tanganku bergetar, nafasku lebih hangat dari biasanya. Mataku masih berkaca-kaca. Aku terlihat kacau dari pantulan cermin di kamar mandi. Ini sungguh berat, kenapa, kenapa harus sekarang?“Hey.”Suara Ragata dari ambang pintu mengalihkan perhatianku. Dia tersenyum. Tulus sekali. Aku berhambur ke dalam pelukannya. Operasi ayah sudah selesai dengan segala ketegangan selama 8 jam. Dan aku bahkan tidak berpindah dari kursi tunggu. Tidak semenitpun. Bahkan membatalkan janjiku dengan Pandu dan Miquel.Selama itu aku duduk dengan Ezha dan wanita itu. Perasaanku hancur. Sungguh.“Om akan baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir. Ya meskipun beberapa kali aku tidak yakin saat di ruang operasi. Tapi satu hal, ini adalah mukjizat, sayang.”Tangan Ragata mengelus punggungku dengan lembut. Dia sangat sabar membujukku untuk memberikan restu pada operasi ayah. Dan dia berhasil. Ragata berhasil meluluhkan tembok kebencian yang selama ini terbentuk.“Dan satu hal,” d
Baca selengkapnya
53 – Ayah Sudah Tenang
Rindu POVSekarang aku berdiri di ambang pintu. Di depan ruangan ayah di rawat. Usai aku memaafkan wanita itu dan Ezha, perasaanku jauh lebih plong. Seolah bebanku mendadak di angkat. Dan kini, tinggal hal ini. Aku kembali menarik nafas dalam. Hatiku masih belum sepenuhnya siap.Tanganku hendak membuka pintu itu. Namun urung. Aku kembali berperang dengan hatiku. Dan aku memutuskan untuk berbalik. Tapi sosok yang berdiri di belakangku mengurungkan niatku.Ragata? Sejak kapan dia ada di sini?Tapi sebelum aku mengeluarkan satu kata pun, dia mengambil tanganku. Mengelusnya. Tersenyum dan menganggukkan kepala.“Ini kesempatanmu, sayang. Jangan menunda lagi.”“Tapi….”“Kamu saja bisa memaafkan mereka, dan kali ini, kamu pasti jauh lebih kuat. Aku akan menunggumu di depan pintu, masuklah.”Dia mengelus puncak kepalaku. Genggaman tangannya mengerat, dan itu memberikan kekuatan untukku. Aku kembali berbalik, dan membuka ruangan itu. Sosok di dalam ruangan itu menatapku. Air matanya sudah luru
Baca selengkapnya
54 – Aku bersedia
“Rin, lo mau apa?”“Oh, gue mau ice americano.”Pandu mengangguk paham. “Mbak, saya pesan ice americano yang dingin ya.”Baru saja Miquel dan Rindu hendak berlalu. Tapi mendengar ucapan Pandu, keduanya otomatis berbalik lagi. Menatap barista dengan kikuk.“Maaf mas, maksud teman saya itu ice americano. Maklum ya, kadang kadar nutrisi di otaknya itu melebihi batas. Jadi agak gini emang modelannya,”ujar Rindu.“Maksud lo apaan sih? Kan ice americano itu dingin.”Pandu nyeletuk.“Ice americano sudah melambangkan dingin. Lo gak usah bilang kata dingin lagi,”jelas Miquel dan lekas mengikuti Rindu yang sudah pergi lebih dulu.Pandu terkekeh. Benar juga. Dia menatap kembali barista di depannya. “Ice americano yang dingin, 3 ya mbak.”Rindu dan Miquel menghela nafas. Sudah di bilangin tapi bebal. Ya sudahlah lah ya, Pandu itu memang seperti itu. Di kantin, ketiganya terbaring lemas karena begadang ikut operasi.“Rin, lo tau gak?”“Apa, Ndu? Nanya mulu deh dari tadi. Kayak lo gak capek apa?”“
Baca selengkapnya
55 - Pernikahan
Sejak Rindu di lamar di perayaan ulang tahun Ragata, semuanya berubah drastis. Dia pikir itu hanya lamaran biasa. Tapi keesokan harinya, Rindu dikejutkan dengan Ragata yang membicarakan pernikahan. Dan hampir menyentuh 3 minggu, Rindu berkecamuk dengan segala tetek bengek mengenai persiapan pernikahan.Disamping itu, Rindu juga heran, Ragata sangat antusias dengan pernikahan mereka. Tepat 2 jam lagi, acara akan dimulai. Hari ini, dia akan sah menjadi pemilik nama belakang Wijaya. Ini benar-benar di luar prediksi BMKG. Begitu kata Pandu saat menerima surat undangan.Sekarang Rindu berada di dalam ruangan. Dengan gaun putih yang sekarang dia kenakan. Pantulannya di cermin seolah tidak nyata. Rindu merasa jauh lebih cantik hari ini. Rindu tidak direpotkan sama-sekali. Dari mulai venue, dress, bahkan konsep pernikahan mereka. Di handle semua oleh Ragata. Tapi justru itu yang membuat Rindu gugup. Dia tidak siap memulai kehidupan yang baru.Baru saja dia lulus wisuda, sekarang masih dokter
Baca selengkapnya
56 – Honeymoon (21+)
Ragata tidak menyentuhnya.Well. Setidaknya itu membuat jantung Rindu masih aman. Dia menatap hamparan kota Singapura yang indah. Benar. Alasan Ragata tidak menyentuhnya, karena setelah pernikahan selesai, subuh-subuh mereka bergegas menuju bandara.Dan pagi ini, Rindu terbangun dengan pemandangan memanjakan mata dari atas hotel Marina Bay Sands. Rasanya mereka sedang berada di atas awan, karena ketinggian hotel yang tidak main-main. Jika berkunjung ke Singapura, tempat itu adalah salah satu destinasi yang dijadikan destinasi. Terlebih saat malam hari, maka pemandangannya terasa di dunia fantasi. Mereka baru beristirahat sekitar 3 jam. Rindu terbangun tadi karena kebelet pipis. Di pelan-pelan melepas rangkulan suaminya. Ini kejutan lain dalam hidupnya. Rindu bahkan tidak tahu Ragata diam-diam menyiapkan paspor, visa dan juga tiketnya dalam kurun waktu 3 minggu saja. Bahkan di atas ranjang mereka saat tiba subuh tadi, ada sepasang buket bunga besar, dan foto dirinya yang entah sejak
Baca selengkapnya
57 – DisneyLand
Rindu POVRagata tidak ada begitu aku membuka mata. Itu bagus, karena aku tidak tahu semalu apa aku jika harus bertemu dengannya pagi ini. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00. Dan well, tubuhku untungnya ditutupi oleh selimut tebal. Ingatan semalam. Oh Gosh. Pipiku memerah, dan semuanya bukan mimpi. Kami benar-benar melakukan itu. Arghhh…aku harus apa?Malu? Iya. Jelas. Gak usah ditanya.Meskipun sudah menjadi suami istri, tetap saja seperti tidak nyata. Begitu aku beranjak, bagian bawahku terasa sakit. Dan ada noda darah di atas ranjang. Shit. Ini benar-benar memalukan. Segera aku berjalan pelan ke kamar mandi. Berniat untuk membersihkan ranjang itu nanti setelah tubuhku terasa lebih segar.Tapi yang aku dapat, ranjang itu sudah diganti dengan yang baru begitu aku keluar dari kamar mandi. Jangan bilang! Dan benar. Ragata baru saja masuk ke dalam kamar, dia tersenyum menatapku. Tidak, pipiku. Apa dia sengaja memberiku ruang lebih dulu?Dia berjalan mendekat. Dia mengenakan celana pendek
Baca selengkapnya
58 - Pengantin Baru
Maunya Ragata, mereka liburan sampai satu tahun penuh. Agar dia bebas dari siksaan hidupnya. Tapi apalah daya, selama liburan di Singapura, dia tidak bisa ‘mantap-mantap’ dengan istrinya yang sedang kedatangan tamu tidak diundang. Apes banget kan? Dan pagi ini, pesawat mereka sudah tiba di Bandara Soekarno Hatta untuk transit, lalu akan terbang menuju bandara Abdul Rahman Saleh, Malang. Karena ada urusan di rumah sakit. Padahal Ragata masih belum sah menjadi pemilik rumah sakit. Ayahnya yang masih berhak. Tapi dia sudah direpotkan saja. “Mas, kenapa sih? Dari kemarin perasaan cemberut mulu.”Nah. Masalah Ragata yang lain, istrinya itu a.k.a Rindu, kadang tidak peka. Tujuan utama, the one and only, dia itu honeymoon agar bisa…liburan sambil ‘enak-enak’. Ya begitulah. Sulit untuk dijabarkan bagaimana pengantin baru. “Gada.”Oke. Kali ini Rindu membiarkan Ragata ngambek. Capek jadi istrinya, padahal baru beberapa minggu menikah. Rindu tahu Ragata kesal karena dia itu sedang datang bul
Baca selengkapnya
59 - Dua Garis Biru
2 Bulan KemudianRindu POVMenyingkirkan lengan Ragata, aku memungut pakaianku dan mengenakannya. Ragata benar-benar seperti maniak jika sudah bersangkut paut mengenai hubungan suami istri. Selain itu, dia juga pencemburu, dan panikan.Semalam, gara-gara ponselku habis batre dan tidak menjawab pesannya. Dia sudah bak orang gila mencariku sampai ke kantor polisi. Padahal aku hanya keluar dengan Pandu untuk makan malam. Dia benar-benar diluar prediksi BMKG.HuekIni sudah keberapa kalinya aku muntah di pagi hari. Sebenarnya, tadi malam itu aku juga ingin meminta saran dari Pandu. Mengenai alasan aku sering muntah akhir-akhir ini. Dia bilang agar aku cek kehamilan, bahkan membelikan test pack semalam.Benar-benar bersyukur punya teman seperti dia.Deg. Kepalaku terasa pusing. Test packnya 2 garis. Sebagai dokter, aku paham bahwa ini menunjukkan aku hamil. Air mataku menetes dan melihat perutku yang masih rata. Jujur, aku tidak siap jika harus hamil. Masih banyak kekurangan yang aku mili
Baca selengkapnya
60 - Dinas
5 bulan kemudianUsia kehamilan Rindu sudah memasuki bulan ke-5. Well, Ragata makin overprotective, dan semuanya diatur oleh dia. Rindu gak boleh makan sembarangan. Terlebih saat kejadian 2 minggu lalu, saat Rindu mendadak muntah, dan mual karena jajan sembarangan.Sejak itu, Ragata benar-benar lebih selektif. Lebih-lebih soal makanan.“Mau kemana, honey?”“Mau ke depan bentar.”Ragata mengangguk, lekas meletakkan laptopnya dan mengekori Rindu. Dia tidak ingin istrinya itu lecet.“Ishh, ngapain sih harus ikut-ikut, mas? Aku bosan seharian di rumah mulu.”Tercengir seolah tidak merasa berdosa. Ragata lekas mendekat dan merangkul pinggang istrinya itu. Mereka berjalan-jalan di taman rumah sejenak. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin Ragata sampaikan, tapi sedikit tidak enak.Namun. Cepat atau lambat, dia harus mengatakannya juga.“Ada apa, mas? Kayaknya kamu kepikiran sesuatu deh akhir-akhir ini.”Dengan sigap Ragata mengeringkan kursi, memastikan itu kuat. Lalu menuntun Rindu untuk duduk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status