All Chapters of Gelora Hasrat Kakak Ipar: Chapter 61 - Chapter 70
92 Chapters
Resmi Menjadi Janda
Daniel masih membelalak lebar mendengar ucapan Hector. Tangan Daniel mengepal dan urat lehernya tercetak jelas menandakan amarah yang tertahan. "Apa yang Ayah katakan? Apa aku tidak salah dengar? Apa yang terjadi dengan Lorena, Ayah?" "Kau tidak salah dengar, Daniel! Lorena hamil dan itu anakmu, Brengsek! Kau masih mau bilang kalian tidak selingkuh? Ayah sudah bilang Ayah tidak peduli dengan apa yang kau lakukan, tapi kau harus bisa menjaga tindakan dan nama baik kita, Daniel. Bagaimana bisa kau menentangnya habis-habisan kemarin, tapi berakhir dengan kehamilan Lorena, hah?" "Itu belum tentu anakku, Ayah. Lorena pasti hanya mengarang cerita agar aku menikahinya. Dia sudah sering memintaku menikahinya, Ayah!" "Brengsek! Kau memang minta dihajar, Daniel! Kau mau tidur bersamanya, tapi setelah dia hamil, kau mau lepas tanggung jawab, hah? Kau tahu apa yang bisa Pak Landon lakukan pada kita, hah? Sekarang bukan waktumu menyangkal apa pun lagi, tapi waktumu menyelesaikannya, Daniel! S
Read more
Akhirnya Menikah Lagi
"Om akan bertanya sekali lagi padamu, Lorena. Kita sama-sama tahu kasus apa yang sedang Daniel hadapi. Kasus KDRT itu bukanlah kasus yang ringan," seru Pak Landon meyakinkan lagi siang itu. "Aku sudah yakin, Om. Kalau ada orang yang harus kunikahi, itu hanya Kak Daniel. Aku mencintainya, bukan sebagai kakak, tapi sebagai kekasih." "Kau tidak masalah dengan temperamennya? Om tidak akan membiarkan kau disakiti oleh Daniel. Om sudah berjanji pada orang tuamu untuk menjagamu." "Kak Daniel tidak pernah sekasar itu. Kalaupun dia kasar, dia tidak akan kasar padaku. Baiklah, mungkin pada Kak Belinda dia seperti itu, tapi Kak Belinda memang suka membangkang dan kasar duluan, jadi wajar saja Kak Daniel marah."Pak Landon mengernyit mendengarnya. "Benarkah kau sudah yakin menjadi istrinya, Lorena? Sekali kau menikah, tidak boleh ada kata cerai lagi. Sudah terlalu banyak yang Om lakukan sampai sejauh ini." "Aku tidak akan bercerai, Om. Aku dan Kak Daniel akan menjadi keluarga yang bahagia. Ka
Read more
Korban Lain
Daniel langsung melepaskan tangan Lorena begitu saja begitu acara selesai. Hector dan Diana masih mengundang semua orang untuk makan bersama di taman itu, tapi Daniel sudah tidak berminat sama sekali. Daniel pun langsung mengarahkan tatapannya ke arah Luca dan melangkah mendekati kakaknya itu yang masih asik berkutat dengan ponselnya. Luca sedang berkirim pesan pada Belinda dan Daniel tahu itu. "Apa kau sedang berkirim pesan dengan Belinda, hmm?" tanya Daniel tiba-tiba. Luca yang kaget pun langsung mendongak menatap Daniel. "Aku berkirim pesan dengan siapa, itu bukan urusanmu, Daniel. Tapi aku belum memberimu selamat. Selamat atas pernikahanmu dengan Lorena. Aku berharap pernikahan kali ini berlangsung lebih lama dan lebih baik." Daniel mengepalkan tangan mendengarnya. Entah mengapa, sejak Luca merebut Belinda darinya, Daniel benar-benar muak melihat wajah kakaknya itu. Dulu Daniel biasa saja, ia tidak pernah dekat dengan Luca, tapi Daniel biasa saja pada kakaknya itu. Namun, sek
Read more
Tugas Menjadi Mata-Mata
"Itu ... aku bertengkar dengan kekasihku dan dia memukuliku, Pak. Tapi maaf, aku permisi!" Ameena buru-buru menjawab dan pergi meninggalkan Luca yang masih mengernyit di tempatnya. Luca pun menoleh ke belakang dan ia baru menyadari bahwa ada Baron di sana. Luca pun memicingkan mata menatap Baron. "Apa yang kau lakukan di sini dan sejak kapan kau di sini, Baron?" "Aku baru saja masuk saat pelayan itu keluar, Pak. Tapi apa yang Anda lakukan di sini? Ini dapur kotor yang biasanya tidak dimasuki oleh para majikan, jadi silakan keluar!" Baron kembali bersikap hormat pada Luca, tapi Luca terus menatap Baron waspada. Luca pun melangkah begitu dekat sampai ia berdiri berhadapan dengan pria berwajah bengis itu. "Katakan! Apa kau mendapatkan hukuman karena gagal menyingkirkanku malam itu, hmm?" Baron terlihat tetap tenang dan sopan. "Tidak ada yang berniat menyingkirkan Anda, Pak. Aku juga sebenarnya hanya ingin menghentikan Anda, hanya saja, mungkin caraku terlalu keras. Maafkan aku, Pak
Read more
Sebuah Peringatan
Jedy langsung berkunjung ke rumah keluarga Alfredo malam itu sambil membawa beberapa berkas pekerjaan. Walaupun Luca tidak tinggal di sana lagi, tapi Jedy tetap membawa laporan untuk dipelajari oleh Hector, memastikan proyek dengan pemerintah berjalan lancar. Namun, karena Hector tidak ada di rumah, Jedy pun langsung meletakkan laporannya di ruang kerja Hector lalu Jedy mulai mencari pelayan yang bernama Ameena itu. "Eh, tunggu, apa kau melihat Ameena?" tanya Jedy pada salah satu pelayan di sana. Pelayan itu pun mengernyit. "Eh, Ameena tidak ada, Pak." "Tidak ada ke mana maksudnya? Sakit atau pulang atau berhenti bekerja?" "Aku juga tidak tahu, tapi aku tidak melihat Ameena dari siang, Pak. Mungkin saja memang dia pulang. Atau coba cari di kamar saja." Pelayan itu mengantar Jedy ke kamar pelayan, sebuah kamar besar dengan beberapa ranjang susun. Para pelayan memang tidur di satu kamar yang sama, tapi kamar itu kosong. "Ameena tidak ada di kamar dan dapur, Pak." Jedy mengembusk
Read more
Ketakutan yang Menjadi Nyata
"Kau baik-baik saja, Belinda?" Luca terus melirik Belinda saat mereka sudah berdua di mobil dalam perjalanan pulang. Belinda memang langsung mengajak Luca pergi tadi setelah bicara dengan Lorena. Belinda pun mengembuskan napas panjangnya. "Hmm, aku baik-baik saja, Luca. Aku lega setelah mengatakan semua pada Lorena. Kau tahu, sebagai mantan istri dari Daniel, aku merasa seolah punya beban mental kalau aku tidak memperingatkan Lorena. Tapi sekarang, aku sudah lega." Luca mengangguk karena jujur saja, ia pun memiliki perasaan yang sama, punya beban mental kalau membiarkan kegilaan Daniel terus berlanjut dengan korban lain. Sungguh, ini perasaan yang sangat sulit. Tatapan Belinda sendiri mendadak menerawang mengingat rasa sakitnya yang dulu. "Rasanya sakit sekali, Luca! Dipukuli itu sangat sakit dan aku tidak tega wanita lain merasakan sakit yang sama sepertiku dulu," ucap Belinda lagi dengan air mata yang akhirnya menetes. "Walaupun mulutku terus berkata semoga pernikahan mereka l
Read more
Ayah yang Tidak Punya Perasaan
Sebuah buket mawar terpampang di hadapan Lorena pagi itu. Lorena membelalak kaget dan menarik dirinya ketakutan melihat suaminya yang membawa buket itu, persis seperti yang biasanya Daniel lakukan setelah memukuli Belinda. "K-Kak Daniel! Minggir! Aku tidak mau melihatmu!" seru Lorena dengan suara yang bergetar. Sungguh, semalam bagaikan mimpi burul bagi Lorena. Belum pernah Lorena melihat seseorang bisa begitu marah dan brutal di kehidupan nyata ini. Daniel melecutkan sabuknya berkali-kali ke tubuh Lorena sampai Lorena kesakitan dan menangis. Daniel tidak menahan tubuh Lorena dan Lorena bisa bergerak. Lorena bisa bangkit berdiri dan berusaha kabur, tapi Daniel mengejarnya dengan langkah besarnya dan kembali memecutnya berkali-kali dengan ekspresi wajah yang mengerikan. Entah bagaimana menjelaskan malam kelabu itu karena fokus Lorena hanya menjaga perutnya dari serangan Daniel. Bahkan, Lorena sudah tidak tahu lagi kapan wajahnya terkena pukulan, tapi yang jelas, Lorena bisa merasa
Read more
Melihatnya Bermesraan
Luca sama sekali tidak bisa mengendalikan perasaannya yang marah luar biasa pada Hector. Bukan hanya melakukan korupsi, tapi setelah ketahuan pun, Hector masih tidak merasa bersalah dan malah meminta Luca tidak ikut campur. "Sial! Sial!" geram Luca sambil meneguk alkoholnya di klub malam itu. Setelah menyetir berkeliling dan terus mengumpat sepanjang sore, Luca pun berakhir dengan minum-minum di klub. Perasaan Luca pun begitu kalut, tapi untungnya telepon dari Belinda membuatnya berhenti minum. "Belinda," sapa Luca begitu mengangkat teleponnya. Belinda yang masih berada di apartemen sendirian mendadak merindukan Luca dan karena sampai malam Luca belum pulang, akhirnya Belinda meneleponnya. "Kau masih sibuk, Luca?" "Hmm, tidak." Belinda mengernyit saat mendengar suara keras di belakang Luca. "Aku mendengar suara musik yang sangat keras, Luca. Kau di mana?" Luca mengalihkan tatapannya ke sekeliling. "Ah, maaf, Belinda, aku ada di ...." "Di mana, Luca? Jangan membohongiku!" "A
Read more
Pesan Ancaman
"Luca sudah tahu semuanya, Daniel!" Daniel masih menatap gedung apartemen Luca dan Belinda saat Hector meneleponnya malam itu. "Apa maksud Ayah?" "Tentang proyek-proyek fiktif dan dana yang kita gelapkan." Daniel terdiam sesaat dengan tatapan yang membelalak. "Sial! Bagaimana dia bisa tahu semuanya, Ayah? Membungkam Belinda atau siapa pun mungkin lebih mudah dibanding membungkam Luca." "Ayah tidak tahu dia tahu semuanya dari siapa, tapi ada jaksa yang ngotot untuk memperkarakan masalah ini di saat pimpinannya sudah memintanya berhenti, Ayah tidak akan melepaskannya. Kau sendiri juga harus lebih berhati-hati, Daniel! Perlakukan Lorena dengan baik karena dukungan Pak Landon masih sangat kita perlukan saat ini," pesan Hector yang langsung membuat Daniel menegang. Hector dan Diana memang sudah tidak pulang ke rumah berhari-hari. Mereka punya rumah dinas yang lain untuk ditinggali. Karena itu, mereka tidak tahu apa pun tentang Daniel yang sudah memukuli Lorena. Daniel mengeraskan r
Read more
Bukan Sekedar Ancaman
Jantung Belinda masih memacu tidak karuan saat membaca pesan itu, apalagi tidak lama kemudian, nomor itu meneleponnya. Belinda menatap nomor itu lekat-lekat dan benar saja, itu nomor Daniel. Belinda memang tidak menyimpan nomor Daniel di ponsel barunya, tapi Belinda baru saja mengingat nomornya. Jantung Belinda makin berdebar kencang, tapi Belinda tidak mau mengangkat teleponnya dan malah menyembunyikannya di bawah bantal. Namun sialnya, ponsel itu tidak hentinya berdering. Belinda baru saja akan mematikan ponselnya dan tidak mempedulikan telepon dari Daniel saat tiba-tiba pesan dari Daniel masuk lagi. Daniel: "Angkat teleponnya atau aku akan ke sana sekarang juga, Belinda. Jangan kau kira kau ada di apartemen lalu aku tidak bisa masuk ke sana." Belinda menahan napasnya sejenak dan berpikir keras sebelum akhirnya saat Daniel meneleponnya lagi, Belinda langsung mengangkatnya. "Apa yang kau mau, Daniel?" Daniel menyeringai mendengar suara mantan istrinya. "Woah, mendengar suaramu
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status