All Chapters of Perjodohan Gila dengan CEO Arogan: Chapter 11 - Chapter 20
97 Chapters
BAB 10
Mino sedang mengunjungi salah satu departement store yang berada dibawah kukungan Next In. Albert berdiri tepat di belakang seraya mendorong kursi roda. Kepemimpinan ayahnya benar-benar membuktikan bahwa Next In mampu merambah ke berbagai industri. Sehingga, kini ia yang kewalahan sendiri. Terkadang, dia harus lembur di kantor tanpa pulang ke rumah. Berjalan bersama sepuluh manager departement store disekelilingnya, Mino mendengarkan secara perlahan apa yang berusaha mereka sampaikan. Dia bahkan tidak mampu melihat di mana lokasi Albert berdiri sekarang. Biasanya pria itu selalu berada di sampingnya, kini terdesak ke belakang mereka. Beberapa di antara mereka bahkan mencoba mendorong kursi roda Mino dengan tujuan mendapatkan 'perhatian' khusus dari pemimpin mereka. Mereka juga mengelilingi D's Department Store. Sesekali para manager itu menunjuk tangan mereka. Mino hanya mangut-mangut seraya berusaha mencerna apa yang coba kesepuluh manager ini sampaikan. Sebab, dalam seni berbahasa
Read more
BAB 11
Jika Cheval Blanc merupakan wine terbaik yang pernah Mino cicipi hingga menjadi addictive, maka tidak salah bagi Mino memuji bahwa wajah perempuan di hadapannya ini sangat cantikㅡbegitu jelita hingga ketitik di mana Mino begitu kencanduan bak morfin; tak ada henti-hentinya ia memandangi wajah tersebut hingga membuat sang empunya tersipu karenanya. Wajah Irene yang merona nyatanya semakin membuat Mino tidak bisa melepas tatapan matanya. Baru kemudian Mino menyesali penampilannya kali ini. Jika dia tahu bahwa Irene adalah gadis baik dan penuh dengan wibawa, dia jelas akan melepas piercing nya dan datang dengan penampilan yang lebih menarik. "Tㅡtolong jangan menaㅡmenatap ku seperti itu, Albert." Mino tersenyum kecil. Mungkin karena ketidak hati-hatian Mino pada sekitar, dia tidak sengaja menyenggol gelas yang berada di dekatnya. Membuat isi di dalam gelas tersebut berceceran ke meja dan jatuh ke lantai. Ekspresi Mino yang terkejut tanpa sadar menjadi sebuah daya tarik bagi Irene. Per
Read more
BAB 12
"Terima kasih telah mengantarkan aku kembali, Albert." Mino menatap apartemen di depannya, dan Irene secara bergantian. Memberikan senyuman, "Itu adalah hal yang harus diperlukan. No worries, baby."Irene dan Mino sama-sama terkejut mendengar ucapan diakhir kalimat. Mino merutuki mulutnya yang tidak bisa di rem tepat waktu, sementara Irene yang awalnya terkejut perlahan mampu mengendalikan ekspresinya. Gadis itu memberanikan diri untuk berjalan mendekat. Berdiri tepat di hadapan Mino, dan berjinjit. Sebelum, memberikan sebuah kecupan manis pada pipi sisi kanan. "Terima kasih untuk hari ini," ucap Irene. Nadanya sangat cepat seolah tidak ingin Mino mendengarkan kalimatnya sebelum, berlari masuk ke dalam apartement. Meninggalkan Mino di belakang yang terpaku. Mata Mino hanya terpaku pada punggung Irene yang kian menghilang, dia sejatinya hanya memandang kosongㅡotak dan tubuhnya seolah membeku ketika bibir dingin Irene menyentuh kulit pipi bagian kanan. Kinerja tubuhnya memang patut d
Read more
BAB 13
Hari ini kegiatan Irene di rumah sakit sangat melelahkan. Entah mengapa hari ini banyak sekali pasien yang datang ke rumah sakit daripada hari biasa. Perempuan dengan seragam rumah sakit dan jas putih ini berlarian dari satu bangsal ke bangsal lain. Seperti biasa, jam istirahat Irene selalu mampir ke ruangan dokter Hans. Istri dokter Hans selalu mengingatkan Irene untuk datang berkunjung dan makan siang bersama. Sehingga, perempuan itu mau tidak mau harus mengikuti saran nyonya Hans. "Akhirnya kau datang." Irene memberikan senyuman terbaiknya. "Selamat siang dokter Hans, bagaimana dengan anak koas hari ini?" "Melelahkan," sahut pria paruh baya itu. Memijat keningnya dan menghela napas, "Mereka cukup merepotkan karena masih pemula." "Benar. Namun, jika dipoles sedikit lagi, mereka bisa menjadi berlian." Dokter Hans mengangkat bahu, "Itu kembali pada pribadi masing-masing peserta." Dokter Hans membantu Irene membuka bekal yang diberikan dari istrinya, dan perlahan mulai menyantap
Read more
BAB 14
Albert membawa Mino ke rumah sakit terdekat. Dia dan Irene sedang menunggu di ruang tunggu Unit Gawat Darurat. Sesekali ia melirik Irene yang tampak menggila. Bukankah itu hanya akting sakit yang payah? Tapi tampaknya Irene tidak berpikir demikian. Mereka seharusnya bisa langsung masuk, tapi tampaknya Mino punya pemikirannya sendiri sehingga meminta agar Albert dan Irene tidak perlu menemani di dalam. Sehingga, mereka berdua mau tidak mau menunggu di luar. Albert mendekati Irene, "Hey, tak perlu cemㅡ" dia menatap datar pada sosok perempuan yang kini tengah menjedotkan keningnya ke tembok rumah sakit beberapa kali. "Are you alright? Mino tidak separah itu, dia sedang dalam masa penyembuhan dan seharusnya ituㅡ""Bodoh, bodoh, bodoh! Aku seorang dokter kenapa aku harus membawa Mino sampai pergi ke rumah sakit." Gumaman itu terdengar oleh Albert, dan pria itu mau tidak mau terbahak. "Hey, kau bukan dewaㅡada spesialisasi ortopedi." Yang berarti, Mino akan baik-baik saja bahkan tanpa 'bant
Read more
BAB 15
Pagi ini Washington DC direndungi hujan gerimis. Awan terlihat mendung, banyak pengguna transportasi umum yang mengeluh, dan sebagian memutuskan untuk berdiam diri di rumah dengan dalih turunnya hujan membuat nyaman. Akan tetapi, tampaknya berbeda dengan sebuah mobil Audi R8 hitam yang meluncur membelah perjalanan kota. Seorang pria keluar dari kursi samping pengemudi. Bergegas membuka pintu belakang, disusul dengan seorang pria mengenakan jas hitam dengan lencana elang yang menempel di sisi dada kiriㅡpria itu dengan segera mengambil kursi roda yang terlipat rapi di bagasi, membukannya, dan ikut membantu seseorang di dalam sana. Tak beberapa lama kemudian, pria yang sejak awal membuka pintu mobil, mengulurkan tangannya untuk membantu sosok lain yang hendak keluar dari mobil."Thanks, Albert." Albert Ventagio, sekretaris pribadi sekaligus sahabat Mino, tersenyum ramah mendengar ucapan tersebut. Pria itu mengangguk, "Pleasure, my lady.""I think you got the wrong lady, Albert." ada de
Read more
BAB 16
PR yang dikeluarkan oleh Next In Company adalah berupa sebuah surat yang telah disalin digital agar bisa disebar di beberapa sosial media perusahaan, berisikan perihal akan melakukan tindakan legal kuasa hukum agar tidak lagi ada komentar dengan ujaran kebencian yang berlebihan. Foto ini kemudian menjadi perbincangan banyak orang. Terutama ketika akun pribadi Albert Ventagio langsung melakukan like dan mengomentari postingan tersebut. Albertventagio: Good Luck. Entah komentar ini ditunjukan kepada siapa. Yang jelas nitizen meyakini jika Albert, yang diketahui sebagai sekretaris perusahaan Next In, sedang menyindir orang-orang yang telah melakukan hate comment. Dibawah balasan Albert, ada dekitar 450 balasan dari nitizen yang menyatakan dukungan mereka, dan menyetujui tindakan menyindir tersebur. Tak lama kemudian, dunia media sosial kembali digemparkan dengan isu seorang selebriti yang sedang memakai narkobaㅡkasus nya saat ini sedang ditangani oleh pihak kepolisian. Sontak saja ha
Read more
BAB 17
Kerena pernikahan Irene dan Mino tidak dipublikasikan secara langsung, tidak banyak orang yang mengetahui pernikahan mereka. Sehingga, bukan salah rumah sakit ketika membutuhkan dokter Irene sebagai dokter jaga di sana. Perempuan itu dengan cekatan membenahi barang-barang yang dibutuhkan. Melirik Mino yang masih sibuk dengan laptop. "Aku pergi dulu." "Tunggu sebentar." Mino melepaskan kacamata anti-radiasi yang ia gunakan. Berjalan menuju istrinya seraya merogoh saku celana belakang. Ia keluarkan dompet hitamnya, dan mengeluarkan kartu gold. "Ini, gunakanㅡuntukmu.""Tapiㅡ""I'm your legal husband right now. Which mean all your need are my responsibility." Irene tidak segan mengambil kartu emas tersebut dan memasukannya ke dalam tas dengan asal, "Baiklah akuㅡ""Sebelum pergi, ayo biasakan berciuman dan berpelukan?" Wajah Irene telak merah. Perempuan itu dengan segera mendekat. Berjinjit dan mengecup pelan bibir Mino, sebelum membiarkan pria itu memeluknya dengan erat. "Alright, ha
Read more
BAB 18
Ketika nelihat Lee menyanggupi permintaannya, perempuan dengan rambut hitam panjang ini tersenyum lega. "Terima kasih," setelah itu Irene kembali menuju ruangannya. Namun, siapa yang menyangka ditengah jalan, dia bertemu dengan Clara. Perempuan dengaj rambut ikal itu sedang bersandar pada tembok rumah sakit seraya memegang rokok. Langkah Irene terhenti sejenak, "Kamu," Irene tidak tahu siapa nama perempuan di depannya ini, "Mohon maaf, tapi ini adalah rumah sakit, tidak bisakah merokok di sebelah sana?" ujarnya seraya menunjuk pada sebuah tempat dengan tulisan Smoking Area. Clara tidak bergeming. Wanita itu terdiam seraya menyesap perlahan rokoknya. Ia bukanlah perokok aktif, hanya saja situasinya sekarang ini membuat ia frustrasi setengah mati. Diliriknya sinis perempuam di hadapannya, "Apakah kau puas?" Irene mengangkat sebelah alis, "Puas?" Menggelengkapan kepala, "Apa maksud mu?" sambungnya. Mengeluarkan asap dari mulut, Clara terkekeh kecil, "Pergilah sejauh mungkin." Clara t
Read more
BAB 19
Hari cerah di Washington DC. Louis Mino Dendanious, sedang bersantai seraya menonton televisi chanel bisnis. Dia mengamati sejenak perkembangan bisnis ekspor dan impor produk Amerika ke luar negeri sebagai salah satu acuan inovasi bisnis ke depan. Ditangannya terdapat teh hangat yang masih mengepul, ia seruput diam-diam seraya melirik ke arah samping; Irene sedang meletakan kepalanya di bahu Mino. Mereka terdiam, menikmati saat-saat kehingan namun juga begitu harmonis bagi dua orang. "You're so clingy." Entah apakah itu sebuah pernyataan atau sebuah ejekan, Irene hanya merespon dengan dengusan kecil. Wanita itu merangkul lengan Mino, mendongak kan kepala hingga bibirnya menyentuh kulit, mencium rahang Mino dengan penuh keintiman. "You don't like it?"Mino memberikan jawaban dengan sebelah alis yang terangkat. "What do you mean? Kau seperti bukan Irene-ku."Perempuan itu kini mengenakan pakaian tidur berbahan sutra putih, atasannya hanya menggunakan strip di bahu sebagai penopang pa
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status