Semua Bab Setelah Sepuluh Tahun: Bab 21 - Bab 30
110 Bab
Interogasi
“Aku dipanggil ke ruangan Direktur utama? Ada apa?” Gayatri kaget ketika dihampiri seorang laki-laki berpakaian rapi mengenakan jas hitam dengan pantofel hitam mengilat, mengenalkan diri sebagai asisten sang Direktur. “Benar Ibu Gayatri sama ibu Rachel, saya yang akan membantu mengurus kehilangan Ibu tadi pagi. Tapi sebelumnya Pak Eliot ingin mengetahui kejadian rincinya karena terjadi di lingkungan kantor beliau,” terang sang asisten. “Oh masalah itu, baiklah.” Gayatri mengangguk menyetujui, ia dan Rachel mengikuti langkah asisten Eliot menuju ruangan di mana ia dipanggil. Rachel menelusuri matanya pada ruangan besar dengan kaca-kaca besar, tidak banyak barang di sana. Hanya ada satu set sofa kulit coklat tua untuk menerima tahu dan satu set meja kerja hitam polos lengkap dengan kursi besar berputarnya. Ketika mereka dipersilakan masuk, Eliot tengah menerima panggilan telepon dan dengan isyaratnya meminta para tamunya dud
Baca selengkapnya
Aku Ingin Tahu Alasannya
“Hallo ... hallo,” panggil Pilar. “Hai Pilar ... ini aku tante Rachel.” Rachel akhirnya yang bersuara setelah menyentuh icon pengeras suara karena Gayatri masih belum bereaksi saking kagetnya. “Oh tante Rachel, ada apa tante?” Pilar bertanya pelan. “Ini mama kamu mau tanya, apa kamu ada waktu luang untuk bertemu?” Pertanyaan Rachel membuat Gayatri semakin melebarkan mata dengan mencubit lengan sahabatnya yang sangat usil itu. “Tanya apa?” tanya Pilar. Gayatri mematikan icon pengeras suara dan menempelkan ponsel ke telinga sebelum Rachel bicara macam-macam. “Hallo Pilar maaf tadi tante Rachel bercanda. Kamu sudah pulang les?” Gayatri memutar percakapan dengan halus. “Kok tahu aku sedang les?” Pilar bertanya balik. Gayatri menunduk menyesal karena pertanyaannya justru memancing curiga bagi Pilar. Sedangkan di sampingnya, Rachel justru terkekeh mel
Baca selengkapnya
Dan Ternyata
Gayatri mengangguk dengan segaris senyum yang ia paksakan, perih terasa seluruh badannya mendengar pertanyaan gadis remaja yang lahir dari rahimnya lima belas tahun lalu. “Kamu tidak salah dengan bertanya seperti itu, aku tidak mencari pembenaran sekali lagi aku tegaskan. Dari segi manapun aku tetap salah dan aku menyesalinya seumur hidup aku. Alasan utama aku nekat ke Kanada dan meninggalkan kamu adalah karena jauh sebelum aku menikah dengan papa kamu, aku sedang merintis karier menjadi model.” Gayatri menyingkirkan piring kecil dan gelas di depannya di samping serta meletakan kedua tangannya bertautan di atas meja. “Sungguh aku tidak pernah menyesal menikah dan memiliki kamu. Kamu adalah anugerah luar biasa yang pernah aku miliki seumur hidup aku. Aku hamil kamu hanya selang satu bulan setelah pernikahan, yang mana mengandung itu artinya aku harus berhenti berkarier. Yang awalnya hanya cuti sampai tiga bulan pasca melahirkan, jadi panja
Baca selengkapnya
Kamar Rawat Model Ternama
“Pilar benar lima belas tahun bukan sih? jangan-jangan kamu lupa umurnya?” Rachel bertanya seraya memberikan segelas air minum pada Gayatri yang baru selesai bercerita mengenai percakapan luar biasanya dengan Pilar. “Kamu memang ada gila-gilanya. Mana mungkin aku lupa kapan anak aku lahir, mulesnya saja dua hari dua malam,” sembur Gayatri tanpa ampun. Rachel meringis geli akan amukan amarah dari sahabatnya, ia kembali mendesah panjang seraya menjatuhkan badan di samping Gayatri yang memeluk bantal sepanjang bercerita. “Soalnya agak seram ya cara berpikir Pilar melampaui orang dewasa, kok bisa dia mencerca kamu sampai segitunya. Tahu sih dia membela papanya, tapi dari cara dia tanya sama kamu itu ... kaya who is she? She is not 15. Apa mungkin bapaknya yang mengajari bicara seperti itu?” Rachel memberikan praduganya mengenai cara berpikir Pilar yang menurutnya tidak akan terjadi pada gadis seusianya. “Mungkin
Baca selengkapnya
Panggilan Surga
Gayatri masih membeku sekujur badannya akan sebuah keajaiban yang terjadi belum lama setelah ia terbangun dari ketidaksadarannya. Tangis pelan dari Pilar bahkan tidak bisa membuatnya sadar dengan wajah syoknya. Rachel langsung menarik tangan berbalut infus Gayatri untuk membalas pelukan Pilar, pada awalnya terasa amat kaku sampai beberapa detik kemudian senyuman Gayatri terlukis indah dengan mata basah. “Maafkan aku, Ma,” lirih Pilar dengan suara pelan. “Kamu tidak salah Sayang, kamu tidak salah. Aku yang salah,” jawab Gayatri parau. Mama dan putrinya tersebut saling berpelukan erat dengan diiringi sedu sedan tangisan keduanya, Gayatri yang menghujani Pilar dengan ucapan terima kasih dan kecupan dalam bertubi-tubi pada kepala dalam pelukan. Pilar yang memeluk hingga meremas baju rawat Gayatri pada bagian punggung tidak lagi mengeluarkan suaranya. Menenggelamkan wajah pada ceruk leher Gayatri. Rachel sendiri m
Baca selengkapnya
Perhatian Kecil
“Pulang ya, besok kamu sekolah.” Eliot membelai kepala Pilar. “Mama sama siapa yang jaga?” Pilar bertanya dengan telapak tangannya yang masih digenggam Gayatri. “Aku sama tante Rachel. Nanti ke sini lagi, sedang ambil baju ganti. Kamu pulang saja sudah sore,” tutur Gayatri lembut. Pilar mengangguk kecil, usai kejadian mengagetkan lataran Pilar mengigau dengan sangat kencang cenderung menjerit histeris. Eliot langsung berlari ke ranjang Pilar untuk membangunkannya, begitu matanya terbuka, pandangan itu membeliak menyusuri setiap sudut ruangan. Bila biasanya ketika Pilar mengigau dan terbangun akan memeluk sang papa yang berusaha menyadarkannya, lain cerita sekarang. Eliot masih membelai lembut wajah Pilar yang matanya masih melirik kanan kiri tidak beraturan. Ketika netra keabuan itu melihat paras cemas Gayatri, sontak ia langsung mendorong dada Eliot dan turun dari ranjang untuk kemudian berlari menyongsong
Baca selengkapnya
Besukan Mantan Suami
Gayatri dan Rachel tengah mendengarkan penjelasan Diretur dalam agensi tempat mereka bekerja. Sudah melakukan penyelidikan sampai pemutaran cctv dari dapur restoran hingga diambil kurir. Tidak ada kejanggalan, masalahnya sekarang ada di kurir tersebut yang ternyata tidak terdeteksi oleh naungan ojek online. Menjadikan buntu, agensi memutuskan melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib. “Kamu jangan cemas, kita akan usut sampai tuntas ya. Itu sudah termasuk rencana pembunuhan, kamu cukup istirahat sampai benar-benar pulih. Untuk pekerjaan kamu yang sekarang, kalau kamu cuti dulu maka akan saya ajukan penggantian model. Saya rasa bapak Eliot mengerti dengan keadaan ini,” papar atasan Gayatri dan Rachel. “Ada kemungkinan orang agensi enggak sih, Pak?” tanya Rachel menyeletuk setelah dari tadi hanya mendengarkan. “Maksud kamu, kamu mencurigai ada orang agensi yang berniat meracuni Gayatri?” tanya sang atasan.
Baca selengkapnya
Kepergok Ganti Baju
“Mama,” panggil Pilar begitu memasuki kamar rawat Gayatri. Di belakang Pilar ada Eliot yang mengenakan kemeja dengan lengan digulung dan celana khaki. Terlihat jauh lebih santai dengan rambut tanpa gel seperti hari biasa kerja. “Kenapa ke sini?” tanya Gayatri. “Mau jemput pulang tentu saja, hai Tante Rachel.” Pilar memeluk Gayatri yang sedang merapikan sisa barangnya ke dalam tas dan tangannya melambai pada Gayatri yang sedang melipat selimut. “Hai Sayang, bagaimana rasanya berjabat tangan dengan bapak Presiden kita? kamu sungguh hebat, Tante iri.” Rachel mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Pilar yang langsung menggenggam tangannya. Perseteruan antara Rachel dan putri Gayatri sudah berakhir kala Pilar mendatangi Rachel dan meminta maaf karena pernah berkata kasar dan tidak sopan dengan berteriak-teriak. Rachel sebagai orang dewasa yang tahu pasti alasan si gadis remaja dengan senyuman
Baca selengkapnya
Mantan Akan Menikah
“Makan dulu ya, aku sudah buatkan makanan,” pinta Gayatri pada Pilar yang sudah bangun dan mencuci mukanya. “Mama memasak?” Pilar melongo kaget mendengarnya.Gayatri mengangguk dengan tersenyum. “Aku bisa memasak, tapi hampir sepuluh tahun terakhir enggak dipakai. Ajak papa kamu makan juga sebelum kalian pulang.” Pilar mengangguk keluar beriringan dengan Gayatri yang mengenakan terusan semata kaki pakaian santainya ketika di rumah ditambah kakinya yang menyentuh langsung lantai pualam. Gayatri terbiasa tidak memakai alas kaki selama di rumah. Eliot sendiri menyetujui karena Pilar yang meminta ditemani makan di rumah yang baru pertama kali mereka masuki. Terlihat di meja makan terhidang makanan sederhana, Gayatri belum sanggup memasak lebih banyak karena kakinya entah mengapa cepat lelah berdiri selama memasak. “Hanya ini yang aku bisa buatkan, doyan?” tanya Gayatri pada Pilar. “Aku doyan apa
Baca selengkapnya
Jantung Tidak Aman
“Minum dulu.” Gayatri memberikan segelas air minum pada Pilar setelah menariknya masuk ke dalam rumah. Pilar menuruti, minum dengan wajah memerah meskipun air matanya sudah kering. Rachel sendiri masih berada si sana syok bukan karena mendengar aduan Pilar tentang papanya. Tapi syok bagaimana seorang remaja bisa menangis tersedu-sedu mengadu pada mamanya bahwa ia tidak ingin papanya menikah namun ia takut mengutarakan pada papanya sendiri. “Tarik nafas dulu pelan-pelan ... kalau sudah lega bar cerita lagi.” Gayatri membelai paras pucat Pilar. Gayatri menerima pesan singkat dari Eliot saat mengambil air minum, Eliot menitipkan Pilar sebentar padanya karena ia harus mengantar Risa ke bandara dan Pilar enggan ikut dengan mengatakan ia cepek seharian di luar bersama mereka. “Yang bilang papa kamu?” tanya Gayatri setelah melihat Pilar jauh lebih tenang. “Enggak ... tapi tante Risa,” jawab Pilar.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status