Kevo tertawa dengan bangga. Tiba-tiba saja dia mengulurkan lengannya untuk menggenggam tangan kecil nan mulus Hana, menarik wanita itu ke hadapannya, menundukkan kepalanya untuk mengendus sejenak, lalu mengangkat kepalanya dan tertawa dengan liar. "Nona Hana, jangan khawatir. Sebelum aku memainkan Ardika sampai mati, aku pasti akan membantu kalian mendapatkan tanah Gedung Plidum itu kembali!""Haha, seorang menantu benalu yang bukan siapa-siapa, bagaimana mungkin dia bisa melawanku ...."Sambil menggenggam tangan Hana, Kevo mengangkat kepalanya dan tertawa dengan liar."Byurrr ...."Hana tiba-tiba mengangkat lengannya, lalu menyiramkan teh dalam genggamannya ke wajah Kevo.Beberapa tetes teh tersebut langsung masuk ke dalam tenggorokan Kevo, membuat suara tawanya berhenti seketika, tersedak dan terbatuk-batuk."Uhuk ... uhuk ...."Beberapa saat kemudian, batuk Kevo baru berhenti. Dia memelototi Hana dengan penuh amarah, lalu berteriak dengan sangat marah, "Hana, apa kamu sudah gila, ha
Read more