All Chapters of Suami Ojolku Ternyata Presdir: Chapter 31 - Chapter 40
111 Chapters
Chapter 31
Lena merespons dengan suara yang penuh keyakinan, matanya terlihat terasa pilu. “Saya sangat yakin, Roy,” ujarnya sambil menatap dengan penuh perasaan.Roy langsung menanggapi, “Tentu saja, saya akan segera menyelesaikan permintaan Nyonya.” Pemuda itu, terbiasa dengan situasi seperti ini, tidak akan pernah menolak, terutama ketika ada dorongan dari Lena.Lena memerinci rencananya dengan suara rendah pada Roy, “Baiklah, siapkan dirimu. Kita akan menyewa sebuah kamar di hotel. Aku tidak ingin ada yang mengetahui aktivitas kita. Jika dilakukan di rumah, akan banyak yang melihat kita, tak terkecuali Bagas.” Bisikannya terdengar jelas meski pelan.“Baik, saya akan segera siap,” jawab Roy. Tanpa menunggu lama, pria berusia 35 tahun itu bergerak cepat, seketika menghilang dari taman dan bergegas masuk ke dalam rumah untuk mengganti pakaiannya.Tidak butuh waktu lama, keduanya segera berangkat. Lena sudah menunggu di dalam mobil sejak lama, begitu Roy masuk, mereka melaju dengan cepat menuju
Read more
Chapter 32
Bagas mendongak, wajahnya mencerminkan rasa penasaran yang tak tersembunyi.“Itu apa?” tanyanya, mata menyipit seolah mencoba memahami objek yang menjadi fokus pembicaraan.Lena menghela nafas, berusaha menjelaskan dengan ekspresi wajah yang gugup. Otaknya berpikir keras mencari alasan yang logis dan masuk akal sebagai penjelasan.“Itu, anu. Tadi aku minta diurutkan sama asisten kamu di kantor, soalnya leherku sakit banget. Mungkin gara-gara salah bantal,” ujarnya, mencoba mencari alasan di balik ketidaknyamanan yang dialaminya.“Oh,” jawab Bagas singkat, sepertinya belum sepenuhnya terfokus pada pembicaraan. Dengan rasa ingin tahu yang masih membayangi, mencoba memecah keheningan, dan mengalihkan topik. “Iya. Lagian Mas ngapain jam segini belum tidur!” tanyanya, berusaha mengalihkan perhatian Bagas.“Nggak tau, mataku sulit sekali untuk terpejam,” jawab Bagas, menunjukkan bahwa mungkin ada hal lain yang mengganggunya.“Tidurlah, sudah larut. Aku juga sudah mengantuk, esok aku mau ke
Read more
Chapter 33
Setelah Sarah selesai mandi, dia merasa segar dan siap. Di ruang rias, Ina dengan penuh antusias membantu Sarah untuk merias wajahnya. Ina dengan telaten mengaplikasikan berbagai macam make up, menonjolkan kecantikan alami Sarah tanpa membuatnya terlihat berlebihan. Setiap gerakan kuas dan sentuhan tangan Ina terasa begitu presisi, menambahkan sentuhan glamor yang sesuai dengan gaya Sarah.Ketika semua selesai, sebuah senyuman puas terukir di wajah Ina. “Perfect!” ucapnya dengan bangga melihat hasil akhir dari riasan yang telah dibuatnya. Dengan percaya diri, Sarah memandang cermin. Dia terpesona melihat transformasi wajahnya yang semakin bersinar.“Nona Sarah cantik, Tuan pasti akan terkesima melihat Nona,” ucap Ina dengan penuh keyakinan, memberikan semangat pada Sarah.“Tapi mau ke mana?” tanya Sarah dengan ekspresi bingung yang masih terpancar di wajahnya, mencerminkan ketidakpastian akan acara yang akan dihadiri.Sebelum Ina sempat memberikan jawaban atau Zavar merespon, suara k
Read more
Chapter 34
Riska, mamanya Zavar wanita berusia 55 tahun, dengan lembut memanggil nama Sarah, yang sedang larut dalam pemikirannya yang mendalam. Suara Riska terdengar lembut namun penuh perhatian, “Sarah, kamu sedang memikirkan apa, Nak?”Mendengar panggilannya, Sarah segera tersadarkan dari dunianya yang abstrak. Matanya perlahan-lahan mengangkat pandangannya dari titik fokus pikirannya, dan dia memandang Riska dengan ekspresi sedikit terkejut.“Ah, nggak ada, Tante,” jawab Sarah dengan cepat, mencoba menyembunyikan fakta bahwa dia benar-benar tenggelam dalam pemikirannya.Namun, Riska bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Sarah. Dengan penuh kelembutan, dia mencoba membuka komunikasi, “Jangan panggil, Tante. Panggil saja mama.”Senyum hangat terukir di wajah Riska, menunjukkan keinginannya untuk menciptakan suasana yang nyaman dan akrab.Sarah merespons senyuman itu dengan canggung namun hangat. Dia merasa dihadapkan pada kehangatan seorang ibu, meskipun panggilan ‘mama’ ter
Read more
Chapter 35
"Maksud Ayah?" tanya Selena, mengernyitkan keningnya, mencermati ekspresi Ayahnya yang tampak serius. Ruangan itu terasa hening, hanya terdengar bisikan ketidak pastian di udara. Ayah Bagas memandang Selena dengan pandangan penuh tanda tanya. "Kamu nggak tau kemana perginya mamamu?" tanya Bagas pada Selena, suaranya penuh rasa ingin tahu.Selena mengerutkan dahinya. "Nggak, Yah. Soalnya kemarin saat Selena pergi, mama masih ada di rumah," jelasnya dengan nada heran. Ruangan itu semakin terasa tegang, seperti kabut misteri yang menyelimuti."Oh, ayah pikir kamu tahu kemana mamamu," ungkap Bagas, mencoba mengurai kebingungan yang terpampang di wajah Selena. Namun, jawabannya tak menghilangkan kegelisahan yang terus tumbuh di dalam hati Bagas.Selena mengangguk, tetapi matanya masih mencermati setiap ekspresi di wajah Ayah tirinya. "Ada yang mau ditanya lagi, Yah?" tanya Selena dengan suara lembut, mencoba meredakan kecemasan yang menguar di ruangan itu.Bagas menggeleng, tetapi terliha
Read more
Chapter 36
"Benarkah?" tanya Sarah dengan raut wajah yang memerah, matanya mencari kepastian dari Zavar. Perkataan Zavar sebelumnya membuat hatinya berdegup kencang, dan keheningan di antara mereka seolah-olah meminta sebuah jawaban.Zavar tersenyum, mencermati ekspresi malu-malu Sarah. "Apakah aku terlihat berbohong?" balas Zavar, mencoba membaca reaksi di wajah Sarah. Percakapan ini seperti sebuah tarian emosi, di mana kebingungan dan ketidakpastian bergandengan tangan.Sarah merasakan hatinya berdesir, tetapi dia tidak bisa menahan senyuman malu-malu. "Tidak tahu, yang kutahu semua lelaki suka menggombal," jelas Sarah, mencoba menyamarkan ketidaknyamanannya dengan sedikit humor.Zavar terkekeh, dan ekspresi heran tergambar di wajahnya. "Apa? Tidak! Jangan-jangan samakan aku dengan lelaki lain," ucap Zavar dengan sedikit kejutan. Ada keinginan untuk membersihkan nama baiknya dari tuduhan tak berdasar."Mirip lagu dangdut aja," celetuk Sarah dengan nada ringan, mencoba meredakan ketegangan. Sua
Read more
Chapter 37
“Sepertinya belum tahu, Mah. Ada apa?” tanya Selena ingin tahu sambil menatap mamanya, Lena, dengan rasa penasaran yang menggelayut di mata. Ruangan itu penuh dengan ketegangan, dan Selena merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan. Lena menarik nafas dalam-dalam sebelum memberikan jawaban. “Kalau bisa, jangan sampai ayah kamu tahu pernikahan Sarah ini,” pinta Lena, suaranya penuh dengan harap dan kekhawatiran. Selena mengangkat alisnya, terkejut dengan permintaan tersebut. “Loh, kenapa Mah? Gimana Ayah nggak tahu. Acaranya diliput di semua stasiun televisi. Mau disembunyikan pun, ayah bakalan tahu dengan sendirinya,” papar Selena, mencoba memahami alasan di balik permintaan mamanya. Lena menggeleng pelan, ekspresinya serius. “Mama nggak mau kalau sampai Mas Bagas kepikiran Sarah lagi. Lihatlah sekarang ini, ayah kamu sedang sakit. Jika kepikiran dengan Sarah, takutnya penyakitnya semakin parah,” ungkap Lena panjang lebar, mencoba menjelaskan alasan di balik keputusannya. Selena m
Read more
Chapter 38
“Kamu kenapa?” Zavar menyorot ekspresi gugup Sarah dengan tajam, tatapan matanya merayapi setiap rona kekhawatiran yang tergambar di wajahnya.Mendengar suara tegas Zavar, gelombang kejut melanda Sarah, membuatnya berjingkrak kaget seolah tersentak dari dunia mimpinya yang damai. Dadanya naik turun dengan cepat, mencerminkan ketegangan yang meliputi dirinya.“Nggak apa-apa kok,” jawab Sarah dengan cobaan tersenyum, tetapi getaran kecil pada suaranya mengisyaratkan ketidakyakinan yang mendalam. Dengan gemetar, ia berusaha menyembunyikan kecemasannya.“Oh ya, ka-kamu akan tidur di kamar ini?” tanya Sarah, suaranya terputus-putus oleh kegugupan yang semakin terasa. Tatapannya berdesir ragu saat menatap Zavar, mencari jawaban yang mungkin tersirat di balik kata-katanya.Zavar, dengan sikap tenangnya, menjawab dengan anggukan kepala yang mantap. “Iya, kan aku suamimu, sudah lama kita pisah ranjang, saatnya kita tidur bersama,” ucapnya dengan kelembutan, tetapi kepastian dalam suaranya meng
Read more
Chapter 39
Suara berdering yang tiba-tiba menggema di sekitar ruangan membuat Zavar tersentak dari lamunannya yang mendalam. Tatapan matanya yang semula terfokus pada Sarah seketika beralih ke arah ponsel yang duduk di seberangnya. “Ponsel kamu berdering tuh!” ujar Sarah dengan suara lantang, memberi tahu untuk mengalihkan perhatian Zavar yang sejak tadi terus menatapnya dalam jarak yang begitu dekat sehingga membuat Sarah berdebar kencang.Dengan refleks cepat, Zavar menoleh ke arah meja nakas tempat ponselnya diletakkan. Langkah-langkahnya tergesa-gesa saat ia bangkit. Matanya menatap layar ponsel yang terangkat, mencari tahu siapa yang sedang menghubunginya.“Siapa sih yang berani menelponku? Mengganggu saja,” gumam Zavar dalam hati, kesal akan gangguan yang merusak fokusnya. Namun, ia tetap meraih ponselnya dengan gerakan cepat, mengabaikan sedikit rasa ketidaknyamanannya.Pandangan Zavar terpaku pada layar ponsel yang menampilkan nama yang tidak terlalu diharapkannya. “Fando? Ngapain dia n
Read more
Chapter 40
Tubuh Sarah, yang sebelumnya terbungkus dalam ketegangan, mendadak merasakan getaran halus yang mengusik ketenangan. Dalam keheningan malam yang memenuhi kamar, sentuhan tak terduga merayap perlahan, membangunkannya dari alam mimpi yang melingkari pikirannya. Upaya kerasnya untuk memeluk tidur segera diganggu oleh sebuah kejutan. Sebuah tangan, lembut dan hangat, melingkar dengan penuh kelembutan di sekitar pinggangnya. Sarah, yang terkejut, memekik pelan dan matanya terbuka dengan cepat, mencari sumber sentuhan itu dalam kegelapan. “Ka-kamu belum tidur?” tanya Sarah, suara gemetar mencoba menyelinap keluar dari kejutan yang masih menguasai dirinya. “Hm, belum,” jawab Zavar dengan nada tenang yang tak menggoyahkan, “Aku menunggumu.” Ungkapan itu terlontar dari bibirnya, memancarkan kehangatan yang seolah-olah membawa kabar baik dalam kegelapan malam. Dada Sarah mulai berdetak lebih cepat, memenuhi ruangan dengan irama yang tak teratur. Glek! Suaranya tenggelam dalam keheningan mal
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status