Tous les chapitres de : Chapitre 71 - Chapitre 80
113
71. Pelaku Yang Sesungguhnya
"Papa memang gila! Benar-benar gila!"Ferdian mengumpat setelah mendengar papanya bercerita panjang lebar. Dia tak menyangka, perusahaan yang selama ini dikelola adalah milik Kanaya dan Kenzie. Berdasarkan cerita sang papa, aslinya perusahaan mereka sudah bangkrut."Pantas saja Kanaya nggak mau nerima aku karena dia udah tau kalo Papa yang udah menghilangkan nyawa papanya juga mengambil perusahaannya. Siap-siap aja Papa dilaporkan ke polisi." Ferdian menatap lekat Daniel yang tertunduk."Lalu, apa yang akan Papa lakukan sekarang?" lanjut Ferdian bertanya."Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya!"Mendadak pintu ruangan itu terbuka lebar. Seorang pria tampan berikut empat orang berbadan tegap menerobos masuk dan berdiri dengan angkuhnya di hadapan dua pria berbeda generasi tersebut.Baik Ferdian juga Daniel terkejut dengan kehadiran Kenzie yang datang secara tiba-tiba. Wajah keduanya panik seketika."Apa kabar Om Daniel? Masih betah menikmati harta hasil curian?" Kenzie menarik
Read More
72. Jangan Baper!
"Kenapa kita ke sini, Pak?" Sherin memandang heran pada Kenzie yang membawanya menuju kantor Ferdian. Awalnya lelaki itu mengajaknya meeting di mana Sherin sendiri tidak tahu siapa klien yang akan mereka temui."Kamu ikut aja, jangan banyak tanya!" seru Kenzie tidak mau mendengar ada bantahan.Bagai kerbau yang dicocok hidungnya, Sherin mengikuti Kenzie keluar dari mobil lalu melangkah memasuki gedung bertingkat tempat dulu dia bekerja. Orang-orang yang berpapasan dengannya menatap penuh tanya."Selamat pagi, Bu Sherin," sapa petugas resepsionis begitu wanita itu lewat di depannya."Selamat pagi, Ayu." Sherin memasang senyum terbaiknya lalu tergopoh-gopoh mengejar Kenzie yang sudah berada jauh di depan.Menarik nafas banyak-banyak, Sherin mengatur pernafasan setelah berdiri di samping Kenzie yang sedang menunggu lift terbuka. Sedangkan Kenzie hanya melirik saja."Aku pastikan besok resepsionis itu tidak akan bekerja di sini lagi," ujar Kenzie geram."Eh, kenapa? Memangnya Bapak siapa?
Read More
73. Dosa Masa Lalu
"Ferdian, katakan sama Mama, papamu pergi ke mana? Udah tiga hari dia gak pulang, ditelpon nggak aktif-aktif. Terakhir bilangnya dia mau menemui kamu." Julia menarik tangan anaknya yang sedang berjalan keluar rumah lalu membawanya duduk di sofa.Berjam-jam selama tiga hari ke belakang Julia duduk di teras depan rumah menunggu kedatangan sang suami. Namun, hingga malam menjelang, orang yang diharapkan datang tak kunjung tiba. Begitupun dengan sang anak, hidup satu rumah tapi tidak pernah bertemu.Ferdian memijat pelipisnya. Inilah hal yang dia hindari tiga hari terakhir ini. Dia sengaja pergi pagi-pagi sekali dan pulang tengah malam demi menghindari pertanyaan dari sang mama."Apa dia ada wanita lain?" Julia bergumam dengan mata berkaca-kaca. "Mama akui Mama udah tua, nggak semenarik dulu, nggak bisa melayani papamu dengan maksimal tapi tolong jangan begini, setidaknya kasih kabar biar Mama nggak kepikiran."Ferdian terkesiap. Dia menatap sang mama penuh rasa iba. Bingung dengan tindak
Read More
74. Akan Kubalas
Julia tertunduk lesu. Sekeras apapun usahanya ternyata tidak mampu menyentuh hati Kanaya. Istri dari Leon itu tetap bergeming dengan keputusannya."Nay, cobalah buka hatimu sedikit saja. Biarkan Papa kembali bersama kami, toh perusahaan sudah aku kembalikan pada kalian. Aku tidak akan menuntut apapun asal Papa dibebaskan," ucap Ferdian membela ibunya yang tengah tergugu dalam pelukannya."Apa Om Daniel dulu memakai hatinya saat berniat mencelakai papa aku?" tanya Kanaya seraya menatap sinis ibu dan anak tersebut.Rossa yang mulai memahami maksud pembicaraan orang-orang di depannya tidak bisa berkomentar apa-apa. Dia juga pernah menjadi korban dari tuduhan Kenzie pada suaminya, dan sekarang Arga sudah bebas karena memang tidak bersalah.Ferdian mengeraskan rahang. "Aku tidak menyangka jika hatimu sekeras ini, Nay. Kupikir kamu wanita berhati lembut mengingat kisah hidupmu yang sangat menyedihkan." Sindir Ferdi."Dan itu semua karena perbuatan papamu. Lebih baik kalian pulang sekarang ka
Read More
75. Nggak Ada Yang Lain?
Sherin mengikuti langkah Kenzie ke ruangannya yang masih berantakan. Hatinya masih diliputi pertanyaan terkait hal yang baru saja didengarnya.Kenzie duduk di sofa yang belum diletakkan di tempat seharusnya. Sedangkan Sherin berdiri di depannya seolah sedang menunggu sesuatu."Mau apa kamu?" Kenzie mendongak melihat ke arah Sherin lalu menyandarkan punggung seraya melipat tangan di atas perut."Bapak nggak akan kasih penjelasan gitu?"Menaikkan satu alisnya, Kenzie bertanya, "penjelasan tentang apa?""Yang tadi," jawab Sherin penuh harap."Nggak ada yang harus dijelaskan. Tadi juga 'kan sudah jelas."Sherin menghentakkan kaki, lantas beranjak pergi dari tempat itu, menyisakan Kenzie yang menatap heran pada wanita berkuncir kuda tersebut."Aneh," gumam Kenzie kemudian mengeluarkan ponsel dari saku celana lalu melakukan panggilan."Bagaimana keadaan Pak Tua itu?" tanya Kenzie setelah panggilan terhubung."Sejauh ini masih baik-baik aja, Tuan. Tapi kebanyakan ngelamun," jawab seseorang d
Read More
76
Waktu berlalu dan hidup juga terus berjalan. Anak-anak Arga dan Rossa dengan kehidupan rumah tangganya, Kenzie dengan perusahaannya yang sudah tergabung dengan milik papanya, juga Keanu dengan kehidupan menjelang dewasanya di kampus."Aku punya kabar gembira buat kalian," ucap Fardan dengan wajah berbinar saat mereka berkumpul di rumah Arga di satu kesempatan.Semua mata tertuju pada laki-laki yang tingginya setara dengan Leon dengan hati bertanya-tanya. Ayunda yang juga berbinar wajahnya tak luput dari bidikan mata mereka."Kabar apa?" tanya Arga menyuarakan hati semua orang."Ayunda hamil dan sudah jalan 3 bulan," jawab Fardan seraya merangkul sang istri yang duduk di sebelahnya.Sontak semua orang bergembira dan berucap syukur sekaligus mengucapkan selamat pada pasangan suami istri itu."Eits, jangan senang dulu kau Fardan!" sela Leon mengangkat tangannya.Spontan pandangan mereka beralih kepada Leon. Bibir yang semulanya melengkung kini berubah datar. Penasaran dengan kalimat lanj
Read More
77. Kabar Duka
Berita duka menyelimuti keluarga Ferdian. Sekitar satu jam yang lalu mereka menerima kabar jika Daniel meninggal dunia. Jenazah akan diantar dari rumah sakit.Julia pingsan berkali-kali setelah mendapat kabar itu. Sekian bulan berpisah dengan Daniel, begitu kembali hanya tinggal nama saja. Ibu dari Ferdian itu juga jadi sering sakit-sakitan semenjak usahanya membebaskan sang suami berakhir sia-sia.Ferdian mengamuk di kamarnya. Semua barang yang bisa dijangkau dia lempar ke sembarang arah. Tidak ada yang bisa menenangkannya karena jika nekat mendekat maka bogem mentah akan dia layangkan."Sialan kau Kenzie! Pembunuh!" makinya sambil meninju cermin yang menggantung di dinding kamar. Pecahan kaca berserakan. Punggung tangannya berdarah."Sampai kapanpun aku nggak akan memaafkanmu. Dan kau, Naya, tunggu sampai saatnya nanti tiba."Ferdian menunjuk cermin yang sudah retak bahkan sedikit hancur bekas hantaman tangannya. Bayangan wajahnya terpecah, persis seperti hatinya yang sudah tidak ut
Read More
78
Sherin membelalakkan mata melihat lelaki yang duduk di sampingnya itu. Bagaimana bisa dia mengatakan itu dengan santainya sebelum ada pembicaraan serius tentang hubungan mereka? Pikir Sherin. Selama ini hubungan keduanya tak lebih dari sekedar atasan bawahan juga teman."Jangan gila kamu, Ken!" seru Sherin menepis ajakan Kenzie."Aku nggak gila. Aku serius. Kita sama-sama single, apa salahnya?" sahut Kenzie menautkan kedua alisnya."Tapi, kan ...." Sherin tidak melanjutkan ucapannya, dia bingung harus berkata apa. Memang benar keduanya single, tetapi sebagai laki-laki tidak pernah sekalipun Kenzie menyatakan perasaan. Akhirnya dia hanya bisa menunduk sambil memainkan jari jemarinya."Tapi apa?" Kenzie menatap lekat gadis yang duduk di sampingnya itu. Diraihnya jari jemari Sherin kemudian digenggam erat. "Kamu ragu karena aku nggak pernah bilang suka sama kamu atau cinta kamu, begitu?"Sherin mengangkat kepala lalu melihat ke arah Kenzie. Pandangan keduanya bertemu. Ucapan Kenzie barus
Read More
79
Lima orang dewasa duduk dengan wajah serius di sebuah ruang tamu yang cukup luas. Namun, karena banyaknya orang yang duduk di sana jadi terasa sempit, apalagi bagi Sherin.Keringat dingin membasahi tangan, punggung, pelipis bahkan mungkin sekujur tubuh Sherin. Ruangan itu tiba-tiba terasa panas ketika pandangan semua orang tertuju pada dirinya seorang."Kalau kamu belum siap, nggak apa-apa. Hanya saja, mau sampai kapan kamu sendiri terus? Nggak selamanya Mama bisa menemani kamu, apalagi dengan kondisi Mama yang sakit-sakitan begini. Sudah waktunya kamu bahagia, Nak," ucap Dona seraya meraih jemari Sherin yang saling bertaut dari pangkuannya."Tapi, Ma—""Tante Dona masih bisa ikut tinggal sama kamu, Rin, kalau kamu khawatir mamamu sendirian di sini. Iya nggak, Kak?" sela Kanaya memotong ucapan Sherin sambil melirik kakaknya yang tampak menganggukkan kepala."Iya, Rin. Mumpung Abang lagi sadar kamu terima aja. Jarang-jarang loh dia begini," timpal Leon yang mendapat pelototan dari Kenz
Read More
80
Acara pernikahan Sherin dan Kenzie berjalan lancar. Semua orang memberi ucapan selamat pada pasangan pengantin baru itu. Senyum bahagia tercipta di wajah mereka semua. Tidak acara mewah, hanya sebuah pernikahan sederhana sesuai keinginan pengantin wanitanya.Kedatangan Ferdian yang secara tiba-tiba, tidak serta merta membuat acara itu gagal. Laki-laki itu langsung ditarik keluar oleh anak buah Kenzie yang memang sengaja diperintahkan untuk berjaga-jaga. Awalnya mereka mengira jika Ferdian tamu undangan, makanya dibebaskan masuk.Terlihat sekali raut putus asa dari wajahnya yang nampak kuyu. Sudahlah kehilangan perusahaan, papanya meninggal, kini sang mama pun terbaring sakit akibat terlalu memikirkan kematian kepala rumah tangga mereka.Nasib Ferdian ibarat sudah jatuh ditimpa tangga pula. Bertubi-tubi dirundung masalah sebagai akibat dari perbuatan papanya. Terkadang dia sampai ingin mengakhiri hidupnya jika tidak ingat dengan mamanya."Kalian mau bulan madu ke mana?" tanya Leon di s
Read More
Dernier
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status