All Chapters of Perfect Younger Husband: Chapter 11 - Chapter 20
81 Chapters
Bab 11 Ayo Buat Perjanjian
Rylan menangkis bantal hingga tidak mengenai wajahnya. Tawanya terdengar menggema diisi kamar. Retta yang melihat bantal tidak dapat dipakai lagi, dia memilih untuk memukul dengan tangannya. Dia melampiaskan kekesalannya. Namun, Rylan berusaha untuk mencekal Rylan. Retta yang meronta justru membuat tubuhnya terjatuh di tempat tidur. Membuat tubuh Rylan berada di atas. Untuk sejenak mereka beradu pandang. Rylan masih mencekal tangan Retta. Berusaha untuk menghentikan istrinya itu memukulnya. Namun, jarak yang begitu dekat dengan Retta membuatnya begitu berdebar-debar. Apalagi tubuhnya menempel di tubuh Retta. Untuk sesat mereka terbuai dengan pandangan mereka. Membuat mereka berada dalam pikiran masing-masing. Rylan memikirkan betapa cantiknya ketika dilihat dari dekat. Tidak salah jika memang dirinya begitu tergila-gila. Di saat Rylan memikirkan kecantikan Retta, Retta sendiri justru memikirkan begitu menyebalkannya Rylan. “Lepaskan aku!” Akhirnya suara Retta terdengar juga. Tidak
Read more
Bab 12 Enam Bulan Saja
Rylan yang tersedak langsung mengambil tisu untuk menghapus air yang tumpah. Dia begitu terkejut dengan ajakan Retta yang mengatakan jika akan membuat perjanjian. Perjanjian macam apa yang diinginkan istrinya itu. “Perjanjian apa maksudmu?” tanya Rylan. “Kamu tahu bukan jika aku terpaksa melakukan pernikahan ini. Jadi aku ingin kita buat perjanjian agar pernikahan ini hanya dalam beberapa waktu saja. Setelah itu kita bisa bercerai.” Retta tidak mencintai Rylan. Karena itu dia tidak mau pernikahan dilanjutkan jika tidak ada cinta. Rylan tersenyum. “Setiap wanita memimpikan pernikahan impian mereka. Menikah dengan orang yang dicintainya dan menjalani hidup dengan orang yang dicintai. Namun, tidak semua mendapatkan apa yang diinginkannya. Aku tahu kamu tidak merasakan semua itu, tetapi apa kamu pikir pernikahan adalah sebuah permainan?” tanya Rylan. Retta terkesiap. Apa yang dikatakan Rylan begitu sangat bijak. Seperti Retta tidak melihat sifat Rylan yang kekanak-kanakan. Apa dia me
Read more
Bab 13 Tempat Tinggal
“Sayang, kamu jangan bisik-bisik seperti itu?” Rylan merasa geli sekali dengan apa yang dilakukan oleh Retta.Retta hanya bisa tercengang dengan apa yang dilakukan oleh Rylan. Bagaimana bisa suaminya itu bertingkah seolah dirinya yang menggoda. “Jangan menggada-ada!” Kali ini Retta mencubit pinggang Rylan. “Auchh ….” Rylan yang merasakan sakit menjerit. Suara itu membuat Mama Stella dan Papa Sean menoleh ke belakang. “Ada apa?” tanya Papa Sean yang mendengar menantunya menjerit. “Ada semut, Pa. Dia menggigitku.” Rylan tersenyum. Berharap jika alasan itu bisa membuat papa mertuanya tidak curiga. “Pak, tolong bersihkan mobil yang membawa tamu hotel. Saya tidak mau ada semut di dalam mobil dan mengganggu tamu hotel.” Papa Sean memerintahkan supir hotel untuk lebih memerhatikan kebersihan mobil. “Baik, Pak.” Supir mengangguk mengerti. Retta memandang Rylan kesal. Suaminya itu benar-benar membuat gaduh seisi mobil. Padahal hanya dicubit kecil saja. Mungkin tidak sakit, tetapi berlebi
Read more
Bab 14 Meminta Izin
Makan malam kali ini banyak sekali menu makanan di atas meja. Rylan yang melihat makanan tampak begitu enak. Membuat Rylan begitu tergoda. “Wah … aroma masakannya benar-benar menggugah selera.” Rylan yang baru datang mengungkapkan apa yang dilihatnya. “Ayo, duduklah, Mama memasakkan khusus untuk kamu.” Mama Stella tersenyum. Meminta sang menantu untuk segera mencicip makanan yang dimasaknya. Karena Rylan adalah anggota keluarga baru, dia ingin Rylan merasakan betah di rumah. “Duduklah, Ry. Kamu harus mencicip masakan dari mamamu.” Papa Sean pun meminta Rylan untuk duduk manis. Retta yang melihat kedua orang tuanya yang begitu manis itu hanya bisa menggeleng heran. Sejak kapan mereka begitu manis sekali. Padahal dengannya saja dia tidak pernah bersikap manis. Dengan semangat Rylan mendudukkan tubuhnya di kursi. Rasanya dia begitu bersemangat untuk menikmati makanannya. Retta yang melihat Rylan hanya memutar bola matanya jengah. Dia kegirangan sekali melihat makanan di depannya. R
Read more
Bab 15 Sekamar
Retta bingung menjawab apa. “Tadi, dia ingin tidur di sofa, padahal aku sudah melarangnya,” jelasnya memberikan alasan. “Sayang, ayo pindah ke sini.” Retta dengan manisnya memanggil Rylan. Rylan tersenyum. Kemudian berangsur bangun dari sofa, dan bergegas naik ke tempat tidur. Sebelum sampai ke tempat tidur, Rylan memberikan kedipan mata pada sang mertua. Mama Stela langsung tersenyum. Tadi Rylan-lah yang menghubungi sang mama mertua. Dia mengingat pesan sang mama mertua tadi saat membantu merapikan piring sisa makan. “Retta anak yang baik. Mama yakin dia akan luluh jika kamu tulus.” Mama Stella yang mendengar dari banyak orang jika sebenarnya Rylan mencintai anaknya merasa bersyukur, paling tidak anaknya berada pada pria yang mencintainya. “Jika butuh bantuan jangan sungkan meminta.” Mama Stella pun memberikan nomor teleponnya. Tak membuang kesempatan itu, Rylan langsung meminta sang mama mertua untuk membantunya yang sedang tidur di sofa. Rylan tidak menyangka jika mama mertuany
Read more
Bab 16 Apartemen
Retta dengan bodohnya mengangguk. Dia menajamkan telinganya untuk merasakan lebih dalam lagi apakah sang mama sudah pergi atau belum. Rylan masih menikmati pelukannya. Merasakan tubuh Retta yang menempel sempurna di tubuhnya. Jika tadi malam dia memeluk Retta dari belakang, kali ini dia memeluk Retta dari depan. Hal itu membuatnya sedikit puas sekali. Memeluk istrinya yang begitu dicintai. Retta yang cukup lama menunggu suara sang mama, akhirnya menyadari jika ternyata ini sudah terlalu lama. Dia pun berusaha melepaskan diri. Namun, tangan Rylan yang kuat memeluknya, membuatnya tidak dapat melepaskan diri. Retta menengadah ke arah Rylan. Dilihatnya suaminya itu tersenyum menikmati pelukannya. Hal itu membuat Retta segera mencubit Rylan. “Auch ….” Kembali Rylan berteriak seraya melepaskan pelukannya. Namun, belum sempat Rylan mengeluarkan suaranya, Retta sudah membungkamnya. “Apa kamu mau mama dengar lagi?” tanyanya ketus seraya melepaskan tangannya dari mulut Retta. “Jika mama da
Read more
Bab 17 Tetap Cantik
“Kemarin kamu bilang akan melakukan selayaknya sebagai istri, sekarang lakukan.” Rylan menyodorkan dasi pada Retta. Retta yang melihat Rylan dari pantulan cermin merasa heran. Bagaimana bisa dia terjebak dengan perjanjiannya sendiri. Dia hanya minta Rylan pindah ke apartemen. Hanya satu hal saja. Namun, Rylan meminta dirinya menjadi istri sesungguhnya, dan itu terlalu luas artinya. Seperti sekarang, memakaikan dasi adalah hal yang biasa dilakukan oleh seorang istri. Dengan tubuh lemas, Retta bangkit dari duduknya. Menghampiri Rylan yang sedang berdiri menyodorkan dasi padanya. Dengan kasar dia meraih dasi itu lalu mengalungkan di leher Rylan. “Astaga kamu kasar sekali. Aku jadi takut kamu mencekik aku dengan dasi ini.” Rylan bergidik ngeri. Merasa takut sekali dengan apa yang dilakukan oleh Retta. Retta menatap Rylan. Pagi-pagi sudah membuatnya naik darah. “Aku belum mau menjanda sekarang.” Retta bergerak membuat simpul dasi. Dengan kasar dia menarikkan dagu Rylan ke atas agar mu
Read more
Bab 18 Pandai Masak
Retta menggososok-gosok hidungnya yang geli karena kakaknya, dia yang melihat sang kakak berada di lantai tepat di depannya merasa curiga. “Apa yang kamu lakukan saat aku tidur?” tanyanya. Shera tertawa. “Kamu tidur pulas sekali, jadi aku gemas.” “Kamu tidur, Ta?” Papa Sean menatap Retta. Retta menundukkan kepalanya merasa malu karena ketahuan tidur. “Jika kamu masih lelah, sebaiknya kamu pulang saja. Jangan tidur di kantor seperti itu.”“Maaf, Pa.” Retta merasa tidak enak. “Baiklah, nanti siang kalian berdua ikut Papa ke hotel. Ada beberapa yang harus kita cek.” Papa Sean langsung berbalik. Meninggalkan ruangan Retta. Retta dan Shera mengangguk. Mengiyakan apa yang dikatakan oleh papanya. Selepas papanya pergi, Retta menatap sang kakak kesal. Dia kemudian melempar bantal sofa. “Makanya jangan tidur di kantor.” Shera berdiri, kemudian berlalu keluar dari ruangan Retta. Dia merasa jika apa yang dilakukannya tidaklah salah. Retta hanya menatap malas pada Shera. Kakaknya itu suda
Read more
Bab 19 Mati Kamu, Retta!
“Sudah cepat makan. Jangan mengoceh terus.” Retta yang malas menanggapi pujian sang suami pun memilih mengakhirinya. Menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya. Rylan hanya bisa tersenyum. Dia mengikuti Retta yang akan makan. Ingin segera merasakan masakan yang dibilang Retta adalah buatannya. Rylan menyodorkan piringnya. Meminta Retta untuk mengisinya dengan makanan. Retta yang melihat itu pun mengisi makanan di piring Rylan. Tak mau berdebat di meja makan. Apalagi dia sudah begitu lapar. Rylan senang ketika sang istri melayani dengan baik. Tak membuang banyak waktu, dia pun bergegas memakan masakan Retta. Rylan akui rasa masakan begitu enak. Jadi membuatnya semakin tidak percaya jika istrinya itu yang memasak. “Rasa masakan ini mengalahkan rasa masakan chef bintang lima.” Rylan benar-benar merasakan masakannya begitu enak. 'Ini yang buat chef bintang lima, bagaimana bisa mengalahkan? Aneh!' Retta hanya bisa menggerutu dalam hatinya. “Ini pakai saus apa?” Rylan menunjuk satu masak
Read more
Bab 20 Bau Gosong
Retta tidak bisa berbuat apa-apa ketika Rylan mengajaknya ke supermarket. Saat turun dari mobil, dia memilih mengekor saja di belakang Rylan, sambil memikirkan apa yang harus dilakukannya. Jika sampai Rylan bertanya akan masak apa, dia pasti akan kebingungan. “Jangan berjalan di belakangku seperti itu.” Rylan menarik tangan Retta. Membawanya ke sampingnya. “Kamu ini adalah pendampingku yang harusnya berjalan di sampingku, bukan di belakangku.” Jika mungkin wanita lain yang mendengar apa yang dikatakan Rylan, pastinya mereka akan terpesona. Terbuai dan merasa begitu berharga dirinya. Sayangnya, bagi Retta, itu tampak biasa saja. Karena belum ada cinta di hati Retta. Mereka masuk ke supermarket. Rylan dengan sigap mengambil troli belanjaan. Kemudian mendorongnya masuk. Retta yang seharusnya berjalan di depan untuk menuntun ke mana mereka harus melangkah, memilih untuk berjalan di samping Rylan. Dia tidak tahu ke mana harus melangkah. Lorong mana yang harus mereka tuju. “Masak apa ki
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status