All Chapters of PELAKOR ITU KAKAK IPARKU : Chapter 21 - Chapter 30
33 Chapters
BAB 21. PAKET ISTIMEWA
Aku mengambil gunting, kemudian mulai membuka kotak persegi panjang yang ukurannya lumayan besar itu. Dan saat pembungkus paket sudah terbuka, ternyata kardus di dalamnya bertuliskan mainan edukasi versi terbaru."Ya Allah, Smart hafiz? Ini Smart hafiz versi 6," ucapku terkejut, lalu mulai membuka kardus mainan itu. Sedangkan Clarissa yang masih menonton tv, menoleh kemudian menghampiriku. Mita juga ikut memperhatikan kardus yang sudah terbuka."Bunda beliin Smart hafiz baru buat Clarissa?" tanya Clarissa dengan mata berbinar."Nggak, sayang. Bukan Bunda yang beliin. Bunda juga nggak tahu siapa yang beliin dan kirim paket kesini," jawabku yang juga masih bingung.Siapa yang sudah membelikan mainan edukasi yang harganya lumayan mahal ini untuk putriku?Tiba-tiba aku teringat saat Mas Haris mengambil Smart hafiz Clarissa. Smart hafiz itu memang Mas Haris yang membelikan dengan sistem arisan pada temannya. Itu adalah Smart hafiz keluaran pertama atau versi 1 dan layarnya belum touchscree
Read more
BAB 22. BERTEMU DI STADION PCB
Akhirnya Bu Wulan dan Pak Rayhan ikut bergabung bersama kami. Makan bubur ayam di stadion PCB ternyata seru juga, apalagi diselingi dengan obrolan ringan.Clarissa tampak sangat senang bertemu dengan Pak Rayhan, sedari tadi nempel terus seperti perangko. Pak Rayhan yang tahu Clarissa kurang kasih sayang dari ayahnya, tampak senang dan tidak keberatan Clarissa bermanja-manja kepadanya.Sesekali kami tergelak oleh tingkah lucu Clarissa. Suasana jadi semakin hangat dan akrab. Kulihat Mas Haris dan Mba Linda makan dalam diam, hanya sesekali menyahuti pertanyaan dari putri mereka. Beberapa kali aku juga mendapati Mas Haris mencuri pandang ke arah kami. Raut wajahnya terlihat tidak senang melihatku yang malah lebih bahagia dibandingkan saat masih menjadi istrinya dulu.Apalagi saat melihat bagaimana Pak Rayhan memperlakukan Clarissa. Seketika wajahnya semakin tampak kesal, lalu dia buru-buru menyelesaikan makannya."Mas, tungguin dong. Kenapa sih buru-buru banget. Ini bantu gendong Dila, ak
Read more
BAB 23. SETELAH RESMI BERCERAI
Akhirnya jadwal sidang pertama tiba. Aku datang ke pengadilan dengan ditemani oleh Mita dan juga Bagus. Mereka berdua juga bersedia menjadi saksi atas perselingkuhan dan perz*nahan yang telah di lakukan oleh Mas Haris.Tak lama setelah kami sampai, Mas Haris juga datang dengan ditemani ibunya. Saat bertemu kami tidak saling bertegur sapa. Bahkan dari pandangan ibu Mas Haris terlihat dia sangat membenciku. Tapi aku tak peduli, toh sebentar lagi dia bukan siapa-siapa bagiku.Saat tiba giliran kami masuk ke dalam ruangan sidang, aku mengatakan semua tanpa ada yang ditutupi. Aku juga menunjukkan bukti video penggerebekan di hotel. Aku bahkan bersedia menghadirkan saksi lain bila memang dibutuhkan.Mas Haris tidak membantah sedikit pun atas apa yang aku katakan, karena semua itu memang kenyataan. Dan sepertinya sama sepertiku, dia pun ingin secepatnya lepas dari ikatan pernikahan ini.Dan sesuai dengan permohonanku, hak asuh Clarissa jatuh ke tanganku. Mas Haris terbukti telah berz*nah, se
Read more
BAB 24. MALAM YANG BERKESAN
Hening. Aku masih terdiam tanpa sepatah kata pun keluar dari bibir ini. Semesta pun seolah menjadi saksi, ketika mata saling menatap, meskipun bibir tak berucap namun hati seolah saling bicara."Mira, aku ingin mengkhitbahmu. Bolehkah aku datang ke rumah orang tuamu?" tanya Pak Rayhan membuyarkan lamunanku."Maaf, Pak Rayhan, bisakah saya minta waktu untuk berpikir. Saya harus bicara dengan Clarissa dan Ibu dulu. Saya juga harus shalat istikharah untuk meminta petunjuk. Karena seperti yang Pak Rayhan ketahui, sebelumnya saya sudah pernah gagal berumah tangga. Jadi saya tidak mau gegabah mengambil keputusan," jawabku akhirnya."Oke, Mir. Aku akan menunggu jawabanmu. Dan apapun jawabanmu nanti, semoga itu yang terbaik untuk kita berdua," sahut Pak Rayhan seraya tersenyum."Bagaimana keadaan kakimu, apa masih sakit?" tanya Pak Rayhan sambil melihat ke arah kakiku, padahal kakiku tidak kenapa-kenapa. Yang sakit tadi bokong, tapi sekarang sudah mendingan."Nggak kok, udah sembuh," jawabku s
Read more
25. KEHIDUPAN HARIS PASCA BERCERAI
Akhir-akhir ini aku merasa nasibku sangat sial. Setelah digerebek dan diusir oleh warga, aku dan keluarga terpaksa meninggalkan rumah, dan mencari kontrakan di dekat kantor tempatku bekerja.Di tempat kerja aku mendapat sanksi tegas, setelah Miranti melaporkan tentang perbuatan asusilaku pada Pak Wahyu. Hingga akhirnya Pak Wahyu memutuskan memindahkanku ke kantor cabang di Bekasi.Aku tidak bisa menolak keputusan Pak Wahyu, karena Pak Wahyu hanya memberi dua pilihan. Pindah ke kantor cabang, atau aku harus membuat surat pengundurkan diri dari perusahaan tempatku bekerja. Pak Wahyu juga mencopot jabatan Manajer yang belum lama ku duduki, hingga kini aku kembali menjadi staf biasa.Sungguh benar-benar sial nasibku, biasanya karyawan yang dimutasi ke kota lain akan dipromosikan dan naik jabatan. Tapi berbanding terbalik denganku, aku malah turun jabatan.Akhirnya mau tidak mauaku membawa keluargaku pindah ke Bekasi. Sementara waktu kami terpaksa tinggal di kontrakan tak jauh dari tempat
Read more
BAB 26. KEHIDUPAN HARIS PASCA BERCERAI (2)
Aku sengaja menunda untuk makan malam, dan menunggu sampai Linda selesai mandi. Saat keluar dari kamar mandi, Linda terkejut mendapati aku masih di kamar sedang duduk di tepi tempat tidur dengan memegang ponsel miliknya."Kok kamu masih di kamar, Mas? Emang belum lapar?" tanyanya lalu menghampiriku."Belum, nungguin kamu dulu. Siapa 'Y'? tanyaku langsung karena sangat penasaran sambil memperlihatkan beberapa panggilan tak terjawab di ponselnya. Mendengar pertanyaanku Linda terlihat gugup tapi hanya sebentar, Setelahnya dia bersikap biasa kembali."Oh, itu bos di tempat kerjaku. Mas kenapa sih nanya-nanya kayak gitu, pakai geledah tas dan hp aku segala. Mas curiga sama aku?" tanya Linda merajuk, kemudian dia yang masih mengenakan handuk duduk di pangkuanku.Aroma sabun yang menguar dari tubuhnya membuatku tak tahan ingin memeluknya. Sejenak aku melupakan rasa curiga yang hinggap di hati dan pikiranku, Linda memang sangat tahu kelemahanku. Setelah itu kami langsung memadu kasih di tempa
Read more
BAB 27. SELAMAT JALAN SAYANG
"Haris ...." Saat melihatku membuka pintu, ibu memanggil namaku dengan suara parau.Aku tertegun di depan pintu. Mataku tertuju pada sosok yang terbaring di ranjang pasien. Seorang perawat menutupi tubuh kecil itu dengan sehelai kain putih hingga menutupi semua bagian tubuh dari kaki hingga kepala.Melihat semua itu membuat kakiku tiba-tiba lemas, seakan tak punya kekuatan lagi untuk berdiri. Bahkan aku merasa dunia seakan berputar, langit pun seakan runtuh. Rasanya aku tak percaya apa yang kulihat saat ini. Putriku kesayanganku, Dila ....Dengan kaki gemetar aku melangkah masuk menghampiri Dokter yang masih berada di samping putriku."Dokter, apa yang terjadi? Kenapa putri saya ...." Aku tak sanggup melanjutkan kata-kata. Tenggorokan terasa tercekat, menahan pedih di hati."Putri Bapak mengalami gagal ginjal. Di duga karena pemakaian obat-obatan yang mengandung bahan yang berbahaya untuk anak-anak, apalagi digunakan dalam jangka waktu yang lama." Jelas laki-laki berseragam putih itu
Read more
BAB 28. HUKUM KARMA
"Dari mana aja kamu, jam segini baru pulang?" tanyaku saat Linda sudah di depan pintu."Dari kerjalah, dari mana lagi memangnya," sahutnya tanpa rasa bersalah."Kerja di hotel maksudnya?" jawabku ketus, membuat Linda tersentak kaget karena sebelumnya aku tidak pernah kasar padanya."Mas kenapa, sih?" sahutnya sambil menerobos masuk dan berjalan cepat menuju kamar. Baru beberapa langkah aku berhasil mengejarnya, kemudian mencekal tangannya."Hentikan sandiwaramu, aku sudah muak dengan semuanya!" ucapku dengan geram."Sandiwara apa? Udah ah, aku capek, mau tidur," jawabnya sembari berusaha melepaskan tangannya.Tiba-tiba ibu keluar dari dalam kamar."Ini ada apa sih, malam-malam kok ribut banget. Linda, dari mana aja kamu baru pulang jam segini? Kenapa ditelepon nggak di angkat? Kamu tahu nggak, apa yang terjadi pada anakmu?!" Bentak ibu saat melihat Linda berdiri di ruang tamu."Ponsel aku hilang, Bu. Memangnya ada apa sama Dila?" tanya Linda. Entah dia benar-benar tidak tahu atau hany
Read more
BAB 29. AKHIRNYA SAH
(POV Miranti)Sudah hampir dua minggu dari liburan kami di puncak kala itu. Selama dua minggu ini aku dan Pak Rayhan tidak ada komunikasi sama sekali. Sepertinya dia sengaja memberiku waktu untuk berpikir. Aku menjalani keseharian seperti biasa, tetap fokus bekerja dan menjalankan bisnis yang semakin berkembang pesat. Aku yakin Pak Rayhan juga sedang sibuk dengan pekerjaannya, sehingga dia tidak sempat menghubungiku.Sebenarnya aku sudah ada jawaban untuk Pak Rayhan, namun untuk menghubunginya lebih dulu tentu aku gengsi. Akhirnya aku hanya menunggu Pak Rayhan yang lebih dulu menghubungiku.Sejujurnya aku memang telah jatuh hati pada laki-laki penyayang itu. Apalagi melihat kedekatannya dengan putriku, Clarissa. Dan setelah beberapa kali shalat istikharah, akhirnya hatiku mantap menjadikan Pak Rayhan sebagai imamku sekaligus ayah untuk Clarissa. Bahkan beberapa kali Pak Rayhan datang dalam mimpiku. Dalam mimpi itu kami bertiga sangat bahagia. Aku menganggap semua itu adalah petunjuk,
Read more
30. PENGANTIN BARU
Sekitar sepuluh menit akhirnya Pak Rayhan keluar dari kamar mandi, kemudian langsung masuk ke walk in closed untuk berganti pakaian. Tak lama dia keluar lagi dan menghampiriku yang sedang duduk di tepi tempat tidur."Capek, nggak?" tanyanya sembari mengelus punggungku dengan lembut."Iya, lumayan," jawabku pelan."Aku bantu bukain hijabnya ya, terus kita tidur. Besok kita masih ada acara, pagi-pagi harus sudah berada di hotel," ucap Pak Rayhan kemudian langsung membantu membuka hijabku."Kenapa harus resepsi di hotel, Pak? Seharusnya nggak usah berlebihan, uangnya juga bisa ditabung," ucapku kala Pak Rayhan sudah berhasil melepaskan hijab berwarna merah maroon yang menutupi rambutku."Kok, masih panggil 'Pak', apa nggak ada panggilan sayang untukku?" tanyanya sambil memutar tubuhku supaya menghadap ke arahnya."Memangnya mau di panggil apa?" tanyaku balik sambil menatap wajah tampan di depanku."Panggil aku 'Mas' atau 'Ayah' bila kita sedang bersama Clarissa," jawab Pak Rayhan sambil
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status