Semua Bab PELAKOR ITU KAKAK IPARKU : Bab 11 - Bab 20
33 Bab
BAB 11. MELAPORKAN PADA RT SETEMPAT
Mendengar suara klakson mobil, Bu RT buru-buru bangun kemudian berjalan ke depan. Sepertinya ada yang datang. Lalu terdengar suara gerbang yang dibuka, disusul suara mobil masuk dan berhenti di depan rumah.Blamm!Terdengar suara pintu mobil ditutup, lalu suara langkah kaki masuk ke dalam rumah. Aku masih duduk diam di ruang tamu, menunggu Bu RT masuk kembali."Itu motor siapa yang di depan, Bu?" suara laki-laki bertanya pada Bu RT. Ternyata yang datang adalah suaminya alias Pak RT."Di dalam ada tamu, cari Bapak," jawab Bu RT.Tak lama masuk seorang laki-laki yang meskipun usianya tidak muda lagi, tapi masih terlihat tampan dan gagah."Assalamualaikum ...." ucapnya saat masuk dan melihatku duduk di ruang tamu."Walaikumsalam ...." jawabku lalu berdiri dari duduk, kemudian sedikit membungkuk memberi hormat."Ini Bu Miranti, Pak. Dia datang ke sini mau ketemu Bapak, karena ada yang mau di laporkan," ucap Bu RT pada suaminya."Oh iya, silahkan duduk dulu, Bu. Saya izin kedalam sebentar,
Baca selengkapnya
BAB 12. PENGGEREBEKAN
(POV Pak RT)"Bu Linda, Pak Haris, buka pintunya. Kami tahu kalian berdua di dalam!" teriakku setelah menggedor pintu rumah Bu Linda. Tak ada sahutan."Bu Linda, cepat buka pintunya. Atau kami terpaksa mendobrak pintu ini!" teriakku lebih keras, tapi masih tak ada sahutan juga. Lalu aku menyuruh beberapa warga untuk segera mendobrak pintu rumah Bu Linda. Tapi tiba-tiba ...."Ini ada apa, kenapa malam-malam begini bikin keributan di rumah menantu saya?" Tiba-tiba Bu Munawaroh datang dan langsung bertanya. Tapi ekspresinya terlihat tidak suka melihat banyak warga di depan rumah menantunya."Maaf Bu Muna, saya mendapat laporan kalau Pak Haris telah berselingkuh dan berz*nah dengan kakak iparnya sendiri yaitu Bu Linda," jawabku pada ibu kandung Pak Haris.Mendengar ucapanku tampak Bu Munawaroh terkejut."Apa? Berselingkuh dan berzinah? Nggak mungkin! Bapak jangan mengada-ada, ini fitnah! Mana buktinya? Haris memang baik pada Linda dan anaknya, tapi itu karena kakaknya yang memberi amanah
Baca selengkapnya
BAB 13. KEPUTUSAN WARGA DAN PAK RT
Kami semua sudah berkumpul di teras rumahku. Aku duduk di kursi berdampingan dengan istriku, Maya. Di depan sebelah kanan, duduk Bu Linda berhadapan dengan Pak Haris. Sedangkan di samping kiri Pak Haris, duduk Bu Munawaroh dengan memangku cucunya.Lalu di teras sampai halaman depan, bahkan sampai di luar pagar para warga sudah bersiap mengikuti sidang atas kasus perselingkuhan dan perz*nahan antara Pak Haris dengan Bu Linda."Bu, coba telepon Bu Miranti. Ini sudah malam jadi nggak mungkin dia bisa ke sini. Jarak Bekasi-Jakarta juga lumayan jauh, jadi telepon atau video call saja," perintahku pada Maya, istriku.Istriku tak menyahut, tapi dia langsung mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Kemudian mengutak-atik layar ponselnya."Hallo, assalamualaikum, Bu Miranti. Kami sudah berhasil menggerebek Bu Linda dan Pak Haris. Sekarang kami dan para warga sedang berkumpul di rumah kami untuk mengadili kedua tersangka ini. Sebelumnya apa Bu Miranti ada yang ingin disampaikan, atau keinginan
Baca selengkapnya
BAB 14. HUBUNGAN TERLARANG
(POV Haris)Aku dan Linda memang sudah lama menjalin hubungan di belakang Miranti dan kakak kandungku, Mas Harlan.Kejadian itu bermula saat istriku--Miranti-- mengandung anak pertama kami. Aku yang mempunyai hasrat besar merasa tak puas karena kondisi istriku yang sedang mengandung, dan tidak leluasa melakukan berbagai gaya. Ditambah setiap harinya penampilan Miranti yang semakin tidak menarik di mataku. Tubuhnya yang semakin mengembang, membuatku semakin tak bergairah melihatnya.Miranti memang cantik, kulitnya putih bersih. Tapi penampilannya yang sederhana dengan pakaian yang tertutup walaupun dia tidak memakai hijab, membuatku merasa jenuh dan semakin hari semakin bosan melihatnya. Apa lagi saat dia dinyatakan hamil, dia semakin jarang berhias, bahkan dia hanya memakai bedak bayi untuk memoles wajahnya. Alasannya karena takut bayi yang sedang dikandungnya terkena bahan kimia yang akan membahayakan kesehatan calon bayi kami. Padahal menurutku itu hanya alasannya belaka, dia memang
Baca selengkapnya
BAB 15. KEMARAHAN DAN KEKECEWAAN HARLAN
(POV Haris)Aku masih terpaku menatap layar ponsel, tak tahu apa yang harus kulakukan. Apakah Mas Harlan menelepon karena sudah tahu perselingkuhanku dengan istrinya? Sehingga dia menelepon malam-malam begini. Mungkinkah Miranti juga telah mengadu pada Mas Harlan?Lagi-lagi ulah Miranti, dia terus saja berusaha menghancurkanku. Tak puas telah melapor pada Pak RT, sekarang dia juga mengadu pada Mas Harlan.Bunyi dering ponsel masih memenuhi ruang keluarga. Melihatku yang hanya terpaku menatap layar ponsel, membuat ibu menatapku dengan tatapan heran."Telepon dari siapa? Kenapa diam saja? Bukannya diangkat, malah cuma diliatin. Berisik tahu!" tanya ibu sambil menggerutu kesal."Ini telepon dari Mas Harlan, Bu," ucapku sambil menatap ibu.Mendengar ucapanku membuat ibu terkesiap. Begitu juga dengan Linda yang sedari tadi hanya diam sambil memeluk Dila yang sudah tertidur di pangkuannya. Linda memang tidak pulang ke rumahnya, karena pintu rumahnya hancur didobrak oleh warga sehingga dia m
Baca selengkapnya
BAB 16. BERTEMU BU WULAN
(POV Miranti)Siang ini setelah selesai mengajar, aku berniat mampir ke toko kue Bu Wulan. Selain hendak membelikan kue untuk Clarissa dan juga untuk ibu, aku memang sudah membuat janji dengan Bu Wulan.Alhamdulillah melihat perubahan wajahku yang semakin hari semakin glowing, sehingga teman-teman seprofesi banyak yang mulai memesan cream wajah padaku. Semoga saja setelah memakai cream wajah yang kujual, mereka merasa cocok dan akan order kembali. Aku juga mulai mempromosikan daganganku di beberapa sosial media. Untuk yang membeli di atas tiga paket, sudah bisa menjadi reseller dan akan mendapatkan harga khusus reseller. Dengan sistem ini aku berharap akan mempunyai jaringan, dan akan semakin memperluas bisnis ini.Pukul dua belas siang, aku memacu motor menuju toko kue Bu Wulan. Sekitar tiga puluh menit aku sudah sampai di depan toko, dan langsung memarkir motor. Ku lihat mobil Bu Wulan juga sudah terparkir tak jauh dari motorku.Saat memasuki toko kue, aku melihat Bu Wulan sudah dud
Baca selengkapnya
BAB 17. HARIS MENGAMBIL SEMUA PERABOT
Setelah menutup telepon dari Mita, aku segera memasukkan ponsel ke dalam tas. Kemudian bersiap pamit pada Bu Wulan dan Pak Rayhan."Ada apa, Mir?" tanya Bu Wulan, raut wajahnya terlihat prihatin dan juga khawatir padaku. Begitu juga dengan Pak Rayhan, dia menatapku dengan pandangan yang sulit ku artikan."Nggak ada apa-apa, Bu. Tapi maaf Mira harus pulang sekarang," ucapku sambil mengambil totebag yang berisi cream wajah dari Bu Wulan, kemudian aku berdiri."Makasih banyak Bu Wulan. Mira pamit ya, Bu, Pak Rayhan. Assalamualaikum ...." ucapku kemudian mencium punggung Bu Wulan. Lalu bergegas berjalan ke luar.Aku memacu motor dengan kecepatan sedang. Walaupun pikiranku sedang kacau, tapi aku tetap tidak mau gegabah. Berkendara dengan kecepatan tinggi apalagi dengan pikiran yang sedang tidak menentu, hanya akan mendatangkan masalah baru. Selain memikirkan keselamatan diri sendiri, tentu aku juga memikirkan keluargaku, orang-orang yang menyayangiku.Aku memilih langsung pulang ke rumahku
Baca selengkapnya
BAB 18. PULANG KE RUMAH IBU
"Assalamualaikum ...." Terdengar suara seorang wanita mengucapkan salam dari depan rumah. Aku menghentikan aktivitas, kemudian berjalan ke pintu depan yang masih dalam keadaan terbuka lebar."Walaikumsalam ..., masya Allah Bu Wulan, silahkan masuk, Bu," ucapku walaupun sedikit terkejut. Tapi setelahnya aku bingung, karena aku lupa tidak ada sofa atau pun kursi yang tersisa untuk duduk. Karena semua sudah diangkut oleh Mas Haris.Bu Wulan masuk ke dalam rumah, tak lama muncul Pak Rayhan menyusul ibunya. Setelah mengucapkan salam dan aku mempersilahkannya masuk, dia pun ikut masuk kedalam rumah. Melihat keadaan rumahku yang kosong dan berantakan, membuat Bu Wulan dan Pak Rayhan terkejut."Mira, ada apa ini? Kemana semua barang-barangmu?" tanya Bu Wulan masih dalam mode terkejut."Di bawa oleh mantan suami saya, Bu Wulan," jawabku sambil tersenyum getir."Astagfirullah, kamu yang sabar ya, Mir," ucap Bu Wulan prihatin sambil memegang dadanya sendiri, aku cuma mengangguk menanggapinya. Bu
Baca selengkapnya
BAB 19. BERTEMU PAK RAYHAN
Pagi ini aku berangkat bekerja dengan semangat. Apa lagi siang nanti aku sudah membuat janji dengan Pak Rayhan, untuk melakukan transaksi jual-beli.Tak lupa aku membawa cream wajah pesanan teman-teman seprofesiku ke sekolahan. Semoga saja bisnis ini bisa berjalan lancar dan akan terus berkembang.Di sosmed sudah mulai ada beberapa orang yang order, walaupun belum begitu banyak, karena aku baru mulai promosi beberapa hari ini. Untuk packing aku meminta tolong pada Mita, dia juga yang mengantarkan orderan ke ekspedisi terdekat. Tentu saja aku membayar jasa adikku, karena ini adalah sebuah bisnis. Ya, bisnis tetap bisnis, kita harus menghargai tenaga orang yang membantu kita walaupun itu adalah saudara kita sendiri. Justru karena masih saudara, kita harus memberi upah lebih karena ia bukan orang lain. Terhadap orang lain saja kita harus baik, apa lagi kepada keluarga sendiri.Setelah semua pekerjaanku selesai, aku langsung menghubungi Pak Rayhan dan mengirimkan tempat kami bertemu siang
Baca selengkapnya
20. HARIS NGAMUK
Saat aku sampai di depan rumah ibu, terlihat mobil Mas Haris parkir di depan gerbang yang setengah terbuka. Aku segera masuk kedalam halaman, kemudian turun dari motor. Pandanganku langsung tertuju pada sosok laki-laki yang sedang berdiri di halaman menghadap ibu dan Mita yang berdiri di teras.Melihatku yang baru saja datang, Mas Haris langsung menoleh kemudian menghampiriku. Dia masih mengenakan pakaian kerjanya tapi penampilannya tampak kusut, tidak seperti biasanya yang selalu terlihat rapi. Dan dari wajahnya, aku tahu dia sedang kesal dan marah."Jadi maksud kedatanganmu waktu itu ke kantorku, karena kamu mau melaporkan perselingkuhanku dan Linda pada Pak Wahyu?!" bentak Mas Haris saat sudah berada di depanku.Mendengar perkataan Mas Haris, aku malah tertawa. Sekarang aku tahu kenapa dia marah-marah di rumah ibuku. Aku yakin telah terjadi sesuatu pada pekerjaannya. Dan menurutku dia memang pantas mendapatkannya."Jadi itu yang menyebabkanmu datang jauh-jauh dari Jakarta ke sini.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status