All Chapters of Terjebak Di Ranjang Tuan Muda : Chapter 41 - Chapter 50
130 Chapters
41. Enyahlah dari Hidupku
Wajah Davin terlihat tenang, tidak ingin terpengaruh oleh isi pesan yang baru saja dia terima. Dia menguatkan hati, bahwa dia hanya menginginkan Vida. Lantas menegakkan wajah dan mendapati Vida yang menatapnya dingin. Jelas perempuan itu curiga, namun tak ingin bertanya.Davin mengulas senyum hangat, kilat matanya juga lembut tanpa kemarahan, meski Vida masih menunjukan sikap yang mengundang permusuhan.Setelah menyimpan ponsel ke dalam saku, Davin kembali meraih jemari Vida, dan berucap. "Sudah hampir pukul tiga dini hari, ayo kita kembali."Kedua pasang kaki tengah melangkah menapaki pasir putih, tatkala seseorang berteriak. "Ada perempuan tenggelam!""Apa dia sudah gila, berenang di lautan pada jam begini?""Orang waras tidak mungkin mencoba bunuh diri!"Sepasang mata pekat Davin melebar, dan melepaskan genggamannya pada tangan Vida. Ketika mulut yang mempunyai bibir tipis itu tiba-tiba menyerukan kata, "Fani!"Mendadak Vida membeku menatap tangan yang baru saja ditinggalkan suaminy
Read more
42. Aktris Terbaik
Vida sudah tiba di Jakarta beberapa saat yang lalu, tertegun sendirian di dalam taksi menuju rumah ayahnya. Mengubur pikiran yang berkecamuk, hanya ingin menikmati sisa liburan yang hanya tinggal tiga hari.Dia pikir tiga hari ini akan dia gunakan untuk mencari tempat tinggal baru. Sebelum kembali masuk kuliah dan bekerja di perusahaan FN. Dia juga harus mengurus perceraiannya dengan Davin.Taksi hampir sampai di rumah ayahnya ketika Vida menerima telepon dari kediaman Wijaya. Matanya menyipit tampak enggan menerima telepon, dia ingin memutus hubungan dengan keluarga itu. Untuk apa terlalu pusing memikirkan segala keribetan di keluarga tersebut, Vida memutus panggilan tanpa mau mengangkatnya. Tapi panggilan itu berkali-kali hadir, hingga dia sedikit sungkan dengan sopir taksi yang meliriknya dari spion dalam.Vida mengusap ikon warna hijau di layar ponselnya dan menyapa. "Halo.""Halo Mbak Vida, kesehatan nyonya Rumi sedang tidak baik. Saya mencoba menghubungi mas Davin, tapi tidak dia
Read more
43. Jangan Pergi
Nenek Rumi terkekeh menebar kebahagiaan di wajah yang senja. Davin memang segera menghubunginya setelah Vida pergi dengan membawa kemarahan. Dan itu malah membuat nenek Rumi sangat bahagia. Akhirnya jebakannya berhasil menembus ke dasar hati cucunya, hingga kini tak mampu berpaling dari wanita pilihannya."Nenek senang kamu telah mengambil keputusan yang baik untuk masa depanmu. Nenek harap kamu tidak mengecewakan Vida." Nenek Rumi bertutur lembut sembari menatap dalam sang cucu yang mendadak terdiam.Alis pekat Davin yang memanjang terangkat sekilas, kemudian berkata pelan. "Aku masih berusaha mengejarnya, Nek. Dia belum menerimaku."Nenek Rumi kembali menatap cucunya dalam, dan melihat kegelisahan pada sepasang mata kelam di depannya. Meski nenek Rumi tidak menyukai kepedulian Davin terhadap Fani, tapi dia juga tidak bisa menyalahkan cucunya, dia begitu memahami posisi Davin pada saat itu. Membiarkan wanita gila mati di tengah lautan, tentu saja juga bukan hal yang baik."Kamu memang
Read more
44. Kelemahan Davin
"Jangan pergi." Suara Davin yang rendah dan sangat khas begitu menyihir Vida, hingga perempuan itu membeku di atas wajah suaminya.Begitu juga dengan Davin, yang kemudian terdiam setelah menyelesaikan kalimatnya. Dia sangat menikmati paras cantik yang hanya beberapa inci dari wajahnya. Begitu indah layaknya bunga begonia yang mekar dan memiliki kecantikan abadi. Tak bisa dipungkiri jika jantung di balik dada bidang yang terlihat tenang, kini tengah berdegup kencang layaknya genderang mau perang.Pesona cantik Vida sungguh memabukkan, hingga Davin tak bisa menahan keinginan untuk merapatkan bibir pucatnya pada bibir merah muda alami Vida. Tapi dia mulai membeku ketika Vida menoleh dengan cepat, hingga ciumannya meleset mengenai pipi berkulit mulus."Aku akan menyuruh pelayan untuk membuatkan sup untukmu." Vida menegakkan tubuh dan berjalan keluar meninggalkan Davin yang masih membeku menatapnya.Tapi mendadak bibirnya melengkung samar, seperti ingin menertawakan dirinya sendiri, hatinya
Read more
45. Tidak Akan Terjebak pada Nostalgia
Davin sedikit bergerak, dan mengerjapkan kelopak mata. Dia sangat yakin bahwa dia sudah membuka lebar matanya. Namun, hanya rona gelap yang dia dapati saat ini. Ketika dia tertidur hari masih sangat terang, tapi sekarang sudah begitu gelap. Sudah pasti dia melewatkan waktu berjam-jam hanya untuk tidur siang, bahkan dia belum pernah merasakan tidur siang senyenyak ini.Kemudian bibirnya melengkung ketika mencium aroma feminim pada rambut yang sedikit menggelitik lehernya. Davin dapat menebak jika Vida tadi malam juga tidak tidur, hingga dia kelelahan dan juga sangat pulas ketika tidur siang bersamanya. Bahkan posisinya kini sudah berbalik, awalnya dia yang memeluk Vida, tapi kini Vida lah yang memeluknya dengan erat.Perlahan Davin mengulurkan tangan kanannya untuk menyalakan lampu yang terduduk di atas nakas. Matanya sedikit menyipit karena retinanya belum bisa menyesuaikan diri dengan rona cerah. Mencium puncak kepala Vida sekilas, kemudian mengangkat tangan Vida perlahan dari tubuh
Read more
46. Pribadi yang Kuat
Hanya binar kerapuhan yang terus ditunjukan Fani. Meski dalam hati dia mengumpat kesal dan sombong.'Sialan! Memang apa yang bisa dilakukan perempuan ingusan ini? Sudah jelas akulah yang bintang, aku memiliki kecantikan dan ketenaran. Tidak ada yang lebih indah dari pada aku!'Sementara Vida kini tengah tertawa di dalam hati, melihat dua orang yang saling menyerang sembari tersenyum manis itu sungguh sangat ironis. Meski dia sama sekali tidak tertarik dengan topik yang mereka bahas, tapi dia masih ingat yang dikatakan dokter Jho, nenek tidak boleh berada di bawah tekanan.Vida menegakkan wajah dan berkata pada sang nenek. "Nenek, aku rasa kita sudah cukup bersenang-senang hari ini. Ayo kita pulang. Dokter Jho mengatakan, Nenek tidak boleh terlalu lelah, Nenek harus istirahat."Nenek Rumi terkekeh. Dia melirik Fani sekilas dan berkata lembut. "Tentu saja, Vida. Hanya orang bodoh yang tidak bisa melihat kebaikan hatimu."Nenek Rumi segera duduk di kursi roda yang sedari tadi dibawa Naya
Read more
47. Isyarat Kecil Sang Suami
"Nek, aku rindu ayah. Apakah boleh aku pulang ke rumah ayah dua hari ini? Lagipula sepertinya kak Davin juga sudah sembuh, jadi aku rasa tidak apa-apa jika aku tinggal." Vida meminta izin ketika dalam perjalan pulang.Nenek Rumi mendesah kasar. "Dia memang seperti itu, sakit atau tidak pekerjaan jadi nomor satu. Disuruh berhenti juga tidak akan mau."Nenek Rumi menjeda ucapannya sesaat, untuk memberikan senyum hangat pada cucu menantunya. "Tapi baiklah, nenek akan mengantarmu ke rumah ayahmu. Tapi ingat, kamu sekarang adalah nyonya Wijaya, setelah liburanmu selesai, kamu harus tahu kemana kamu harus pulang."Vida tersenyum dan mengangguk. Setelah mengantar Vida, nenek Rumi segera kembali ke kediaman Wijaya dan mendapati Davin yang baru saja keluar dari mobil. Dahinya mengernyit, tidak biasanya Davin pulang saat hari masih terang."Nenek dari mana?" tanya Davin datar."Bersenang-senang," jawab nenek Rumi ringan.Davin tak lagi bertanya dan segera masuk ke dalam rumah untuk menemukan yan
Read more
48. Seberapa Normal?
"Ayah, stop! Jangan ungkit itu lagi, aku perempuan normal." Vida menginterupsi perkataan ayahnya. Dia tahu kemana arah pembicaraan ayahnya, dia sangat tidak nyaman dengan itu.Setelah mengelap tangannya Vida mulai berjalan menuju ke arah kamar, dan mengempaskan tubuhnya dengan kasar pada kasur, hingga benda empuk dan datar itu bergoyang karena hantaman tubuh Vida yang sedikit memantul. Binar cahaya dari kilat matanya berkilau jernih diterpa lampu kamar yang masih begitu terang. Wajahnya pias kala ingatan beberapa tahun silam hadir di benaknya.Pertengkaran hebat terjadi di rumah itu, saat Vida yang masih berseragam SMP memasuki rumah. Vida bisa mendengar dengan jelas bahwa ayah dan ibu nya mengucapkan kata cerai dengan lantang, yang menciptakan kesedihan pada Vida yang tidak tahu apa-apa pada saat itu.Kecupan sayang di keningnya masih sangat Vida ingat, saat ibunya berpamitan setelah pertengkaran hebat dengan ayahnya. Kata yang diucapkan ibunya juga masih terngiang di telinganya sampa
Read more
49. Tidak Ada yang Tersisa
"Seberapa ingin kamu meluapkan kejahatanmu?" tanya Vida dingin.Setelah berpikir dalam Vida akhirnya mengurungkan niat, dia baru ingat Davin pernah berkata jika dia meminta mengujinya sampai Vida benar-benar yakin bahwa Davin memang baik untuknya. Jadi buat apa dia menyerah secepat ini."Aku masih berusaha menahan. Tapi aku juga bisa hilang kendali, Vida. Jangan abaikan aku." Suara rendah Davin terdengar begitu dingin, juga tersirat penekanan yang begitu kuat.Vida menaikan alisnya, dan berkata. "Baiklah, karena kamu yang meminta maka aku yang akan menentukan aturannya.""Katakan.""Aku tidak mau pendekatan agresif. Berarti tidak ada pelukan, tidak ada ciuman. Tidak ada adegan ranjang." Vida berucap dengan nada berapi-api.Davin menatap Vida lekat, dan menyeringai sengit, mulutnya pun mulai mencibir. "Tch ... Yang benar saja. Kamu adalah istriku, apa yang kamu miliki ini adalah milikku. Yang aku lakukan padamu semuanya sah tanpa bantahan. Lagipula aku pernah memakan mu sampai habis."
Read more
50. Wanita Penggoda bukan Wanita Mulia
Tidak seperti di perusahaan FN. Di perusahaan WJ, Vida sama sekali tak dikenal. Dia tidak mendapatkan sambutan istimewa layaknya istri direktur, dan sepertinya karyawan-karyawan di perusahaan suaminya juga tidak mengenalnya. Setelah menyerahkan surat pengantar dari perusahaan FN, barulah scurity menggesekkan id card untuk mengakses pintu keamanan kantor.Meski baru sekali ke ruangan Davin, Vida masih sangat ingat dimana letak ruangan suaminya. Dia tidak merasa perlu menuju meja resepsionis untuk meminta izin pergi ke ruangan Davin, meski banyak mata yang menatapnya dengan asing ketika dia berjalan menuju pintu lift.Iko yang melihat kedatangan Vida langsung terkesiap, dengan binar kepanikan di wajahnya. Dia pun menyapa dengan sedikit tegang. "Nyonya, Anda sudah datang?""Hmm ... Apa dia di dalam?" tanya Vida datar.Iko mengangguk penuh keraguan, dan begitu tegang."Ada apa denganmu? Apa kamu sakit?" tanya Vida begitu melihat keanehan di wajah Iko."Tidak, Nyonya. Saya baik-baik saja,"
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status