All Chapters of Terjebak Di Ranjang Tuan Muda : Chapter 21 - Chapter 30
130 Chapters
21. Mual
Semburat kuning keemasan baru saja masuk ke peraduan saat Vida hendak pulang dari kantor tempat dia magang."Vid, lo gak dijemput kan? Biar gue anter lo pulang ya?" Erick yang juga magang di perusahaan FN, benar-benar berharap bisa mengantar Vida pulang kali ini.Namun segera ditolak oleh Vida. Dia benar-benar tidak ingin Erick terlibat dengan masalahnya bersama Davin. "Gak perlu, Rick. Gue naik taksi aja. Lo pulang sana.""Yaelah, Vid. Napa sih lo nolak terus sekarang? Lo alergi naik motor? Mentang-mentang sekarang sering dijemput pakai mobil mewah?" cibir Erick berharap pertahanan Vida mengendur dan mau diboncengin."Ya enggaklah, masa pembalap alergi naik motor. Gue tu lagi nahan diri, paling nggak sampai seminggu lagi. Ah, gak sabar menunggu hari itu tiba." Mata indah Vida berkilat seakan sedang membayangkan sesuatu."Emang seminggu lagi ada apa, Vid?" Erick terlihat penasaran."Ada deh ... Pokoknya setelah FN menang dalam kompetisi desain di Bali, gue juga berharap hidup gue bisa
Read more
22. Bulan dan Lampu Taman
Vida membekap mulutnya sembari berlari menuju ke toilet, membuat Davin terkejut dan menghentikan aktivitas makannya. Hatinya bergemuruh hebat, khawatir apa yang dia takutkan benar-benar terjadi. Terlebih ketika dia melihat tawa renyah nenek Rumi yang terdengar sangat bahagia."Bagus, Davin. Kamu sudah menjalankan dengan baik. Sebentar lagi nenek tidak akan memerlukan tongkat untuk berjalan, karena generasi ke-empat keluarga Wijaya akan segera hadir untuk menuntun nenek berjalan."Davin tertegun, sendok yang dia pegang pun terjatuh dengan lemas di atas piring, hingga menimbulkan suara peling menebar keputusasaan.***"Kenapa tidak bilang jika kamu sedang hamil?"Pertanyaan Davin menyentak Vida yang duduk dengan lemas sembari bersandar di headboard. Dia memang tidak kembali ke meja makan setelah mengeluarkan seluruih isi perutnya. Tapi begitu mendengar kata 'hamil' kelopak matanya pun mengerjap beberapa kali, napasnya tertahan beberapa detik karena terkejut."Aku, aku ... tiadak hamil, a
Read more
23. Pengkhianat
"Aku sudah membuat janji dengan dokter Jho. Tapi aku tidak bisa menyertaimu ke rumah sakit, ada sedikit masalah dengan proyek yang ada di Bali. Aku harus segera menuntaskannya." Suara berat Davin terdengar rendah kala Vida mengikat dasi dengan telaten melalui jari lentiknya, diikuti gumaman lirih dari mulut Vida yang tekatup rapat. "Hmm ...." Davin terus menatap lembut wajah cantik yang tak menampilkan ekspresi sedikit pun, bahkan manik hitamnya tak bergeser dari dasi yang mengikat lehernya, seperti tak tergiur oleh ketampananan yang layak untuk dipuji. "Aku akan sibuk sampai acara final kompetisi desain di Bali selesai. Jadi kemungkinan aku tidak akan pulang seminggu ini," imbuh Davin, dan lagi-lagi Davin hanya mendapatan gumaman lirih dari mulut Vida yang terkatup rapat. Sedikit kecewa, namun akan terlihat lucu jika dia terlalu menuntut istrinya untuk bersikap manis kepadanya. "Sudah selesai, aku akan mengemasi pakaianmu yang akan kamu bawa ke Bali." Vida sama sekali tak menatap
Read more
24. Nama Vida Dicemarkan
Vida tertegun untuk beberapa detik, mendengar tuduhan Fino yang sama sekali tidak dia mengerti. Dengan sedikit gugup dia memberanikan diri untuk bertanya. "Maksud Bapak apa? Mohon dijelaskan, saya kurang paham dengan tuduhan Bapak?"Fino masih memberi Vida tatapan tajam, dia sangat bisa merasakan kemarahan Fino begitu memuncak, hingga mata yang biasanya terlihat ramah, kini terlihat lebar menonjolkan bola mata hitam yang seakan ingin meloncat keluar dari kelopak mata.Setelah beberapa detik terdiam, kemudian Fino berucap dingin. "Ke ruanganku sekarang!"Fino berbalik dan berjalan penuh amarah menuju ke ruangannya.Vida menelan saliva dengan kasar, baru saja dia merasa senang karena mendapatkan menstruasi, tapi tiba-tiba kesenangannya dihancurkan begitu saja oleh hardikan keras atasannya. Masalah apa lagi yang harus dia hadapi kali ini?"Vid, biar gue temeni lo ke ruangan pak Fino." Erick yang bersimpati menawarkan diri untuk menemani.Vida menatap Erick sekilas dan berkata. "Tidak per
Read more
25. Di Balik Dendam Dion
Vida menatap layar monitornya dengan tenang, menguras otak mencari ide bagaimana mengubah desain arsitektur yang hampir selesai tersebut menjadi desain yang lebih menarik. Tapi sungguh disayangkan ternyata sampai jam makan siang tiba Vida belum menemukan ide yang cocok untuk mengubah desain tersebut. Desahan frustasi keluar dari hidung sekaligus mulut yang sedikit terbuka secara bersamaan. Mengundang Erick yang duduk di sebelahnya menatap prihatin."Vid, makan siang dulu saja. Siapa tahu nanti dapat ide cemerlang setalah kita istirahat," ajak Erick mencoba mengurangi ketegangan di otak Vida.Tapi manik pekat Vida tak sekalipun bergeser dari layar monitor, dia hanya berucap dingin tanpa menoleh pada Erick. "Lo istirahat duluan saja, ntar gue nyusul."Erick tidak mungkin memaksa, terlebih dia memang tidak pernah memaksa Vida. Dia cukup mengenal gadis itu sangat keras kepala dan teguh pendirian, hingga saat dia berkata tidak, maka tidak ada yang bisa membantahnya."Gue akan beliin jus j
Read more
26. Serangan Mendadak Vida
Mobil yang di kendarai Iko segera membelok di pelataran perusahaan Dion. Tidak menunggu Iko membukakan pintu, Vida segera keluar dalam mobil. Dia melihat sepuluh mobil sedan sesuai permintaannya juga baru saja berhenti di belakang mobilnya.Dengan senyum seringai yang begitu jahat, Vida segera masuk ke dalam kantor milik Dion. Iko yang mengetahui itu segera mengekor, setelah mengerlingkan mata pada empat pria berbadan besar yang baru saja keluar dari dalam mobil. Empat pria tersebut segera mengikuti Iko yang mengejar Vida masuk ke dalam kantor Dion.Sementara tiga puluh enam pria berbadan besar lain yang baru saja keluar dari mobil, terlihat berdiri dengan dengan sigap juga balok kayu di genggaman tangan mereka masing-masing, siap memporak-porandakan kantor Dion jika Vida memerintah.Sekretaris Dion yang mengetahui serangan mendadak tersebut, segera berlari menuju ruangan Dion."Pak, gawat! Kantor kita diserang," ucap perempuan cantik dengan gagap dipenuhi ketakutan."Hah? Siapa yang b
Read more
27. Tiba di Bali
Nama Vida akhirnya bersih setelah dia menyerahkan video pengakuan Dion kepada Fino. Tapi Fino belum juga puas, karena desain perusahaannya telah dicuri oleh pihak kompetitor, dia masih memantau janji Vida untuk memperbaiki keteledorannya.Dan memang Vida terlihat berusaha keras membuat desain baru dengan sisa waktu yang cukup singkat. Dia sering kerja lembur sampai larut malam, ditemani Erick yang selalu setia menunggunya.Vida sampai lupa memberitahu Davin bahwa dia tidak hamil. Fokusnya terus tertuju pada pekerjaan. Dia pikir urusan perceraian bisa dipikirkan nanti, setelah dia menyelesaikan urusan desain arsitektur yang sangat menyita waktu dan pikirannya tersebut. Toh, Davin juga masih sibuk dengan bisnisnya di Bali, dengan tidak hamil tentu saja sudah membuat Vida lega dan tidak terlalu pusing memikirkan Davin.Tapi hal tersebut malah menciptakan kernyitan tajam pada alis senja yang baru saja mendengar bisikan dari Naya, pelayan kepercayaannya tersebut baru saja menemukan pembalu
Read more
28. Satu Kamar
"Jadi bagaimana, Vida? Kamu ingin bertukar atau tidak?" Sekretaris Fino mulai memperjelas pertanyaannya melihat keterkejutan di wajah Vida.Vida hanya menarik salah satu sudut bibirnya ke samping juga hidung yang terlihat nyengir, bagaimanapun keduanya bukanlah pilihan yang baik untuknya. Haruskah dia menginap sekamar dengan pria lain, saat statusnya masih istri orang? Vida masih ingat kemarahan Davin di dalam mobil saat menegaskan harus menjaga sikap selama menjadi istrinya."Tenang saja, Vida. Ruangannya memiliki double bed kok. Tendang saja dia jika macam-macam denganmu," imbuh sekretaris Fino yang dibumbui sedikit ledekan.Erick mulai mendengus kesal menatap Vida. "Lo lagi mikir apa, Vid? Jangan mikir yang tidak-tidak ya!""Tch ...." Vida hanya berdecak lirih.Sekretaris Fino tertawa ringan melihat sikap dua muda mudi yang masih tampak polos tersebut."Sudah ya, berarti sudah diputuskan kalian berdua tidur sekamar, tidak perlu ada pertukaran lagi," pungkas sekretaris Fino dan berl
Read more
29. Bercak Merah
Vida terkesiap mendapati suaminya ternyata juga berada di hotel yang sama. Dia ingin menyapa, namun urung dia lakukan. Vida malah berteriak terkejut, manakala Davin melangkah maju, dan mengangkat tubuhnya begitu saja pada pundak kokoh yang dia miliki."Kak, kamu ini apa-apaan? Turunkan aku! Aku haus, aku ingin membeli minum!" Vida meronta dan memukul-mukul punggung Davin, berharap suaminya akan melepaskannya.Tapi tentu saja Davin tidak mengindahkan pekikan istrinya. Dengan wajah dingin yang teramat serius dia terus melangkahkan kaki panjangnya menuju ruang presidential suite yang dia singgahi selama berada di Bali.Iko hanya bisa terbengong menatap pasutri yang baru saja bertemu tersebut, tak sedikitpun dia berani membuka mulut untuk mengomentari kelakuan Davin kepada sang istri. Apalagi dia sempat melihat ada raut kemarahan sebelum pintu lift terbuka.Tapi mendadak lengkungan senyum hadir pada garis bibir yang tampak menipis. Iko yang tadinya ingin mengikuti Davin, segera mengurungka
Read more
30. Sempurna
Dokter baru saja tiba di ruangan Davin bersama Iko. Dia segera masuk ke dalam kamar, sementara Iko langsung berdiri kaku dan sedikit gemetar tatkala mendapati tatapan tajam dari Davin. Bahkan dia tersentak dan tertegun setelah Davin menutup pintu secara mendadak tepat di depan hidungnya, jika dia maju sedikit saja sudah pasti darah segar mengalir dari lubang pernapasan, akibat hantaman kuat dari benda keras yang menjadi penutup ruangan yang sangat pribadi tersebut.Melihat betapa kacau ruangan tersebut, dokter sudah dapat menebak apa yang baru saja terjadi, dia sudah sering mendapati pasien dangan kondisi seperti ini di hotel. Dengan tenang dan sangat profesional, dokter segera memeriksa keadaan Vida yang masih terkulai lemas dengan mata terpejam.Sementara Davin terus memperhatikan dokter yang masih memeriksa istrinya, tak bisa menyembunyikan binar cemas yang sejak tadi mengitari parasnya yang tegang. Rasa sesak juga kian menghimpit, membuat Davin tak bisa bernapas dengan leluasa, seb
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status