All Chapters of ISTRI SIRI SUAMIKU TERNYATA KAKAK IPARNYA SENDIRI: Chapter 41 - Chapter 50
76 Chapters
Pertemuan
POV : KAREN[Sayang, kamu di mana? Kenapa nggak balas pesanku? Nggak angkat pula panggilan teleponku?][Karen, kenapa sekarang handphonemu mati? Kamu sebenarnya kenapa?][Kamu oke kan? Kamu sudah makan, Sayang? Ini nyaris jam makan siang loh, Ren] [Apa kamu sakit, Ren? Aku jemput pulang sekarang atau jam makan siang nanti ya?] Sederet pesan dari Mas Arga muncul di WhatsApp saat aku baru menyalakan handphone. Aku memang sengaja mematikan handphone saat mengurus berkas-berkas ke pengadilan tadi. Sekarang urusan gugatan sidang sudah beres. Waktunya makan siang sebelum kembali ke kantor. Kebetulan di depan pengadilan ada warung makan baru yang belum kucoba. Perut mulai keroncongan, sebab tadi baru kuisi dua potong roti dan air mineral sebelum mengurus semuanya. Tespek pun sudah kubeli sekalian. Aku juga penasaran dengan prediksi Mas Arga, benarkah aku hamil? Mungkinkah mual-mual dan lemas ini salah satu pertanda gejala kehamilan? Garis dua yang dulu selalu kutunggu, kini justru mence
Read more
Kekagetan Bara
"Kenapa Lo, Ga?" Sepertinya Bara juga sama sepertiku, merasakan ekspresi Mas Arga yang mendadak berbeda. "Dira, siapa?" Bara menoleh ke arahku setelah menyebutkan nama itu. Sepertinya perempuan itu kembali mengirimkan pesan tak enak didengar. Terlihat jelas Mas Arga begitu geram sembari terus melihatku dan Bara bergantian. "Kenapa Lo, Ga? Aneh banget sih." Bara kembali berkomentar. Mas Arga memejamkan mata beberapa saat lalu menghela napas panjang. Kulihat dia masih berusaha meredam emosinya yang tadi terlihat memuncak. Kupikir akan meledak seketika, tapi ternyata aku salah. Dia justru tersenyum tipis setelahnya. Menatapku dan Bara bergantian lalu tertawa. Entah apa yang ada dalam benak suamiku itu. Bisa-bisanya dia bercanda senorak ini. Menyebalkan! "Tegang banget wajah kalian berdua kaya lihat syetan. Gue sampai nggak bisa nahan tawa." Mas Arga kembali terkekeh saat Bara membulatkan mata ke arahnya. "Sia*an Lo, Ga. Gue kirain kenapa," ucap Bara dengan hembusan napas panjang.
Read more
Ketahuan
Garis dua. Ternyata dugaan Mas Arga benar. Aku memang hamil. Bulan ini kupikir hanya telat haid seperti biasanya yang memang nggak teratur tanggalnya, namun ternyata kali ini berbeda. Satu hal yang dulu paling kutunggu, kini justru membuatku bingung. Mas Arga pasti tak akan membiarkanku menggugat cerai, tak mungkin membiarkanku pergi sementara ada janin dalam rahimku yang selama ini dia nanti. Namun, apakah dia akan membiarkan Dira pergi seperti yang aku harapkan selama ini? Percuma jika aku tetap tinggal, sementara Mas Arga tak pernah mau membiarkan Dira pergi dan mandiri. Alasannya macam-macam yang nyatanya hanya dibuat-buat oleh perempuan itu tanpa Mas Arga sadari. Kuletakkan tespek di atas rak sabun. Aku pun gegas membersihkan badan sekalian keramas, memejamkan mata di bawah guyuran shower setidaknya sedikit menenangkan batinku yang bergejolak tak menentu. Setelah merasa cukup, aku pun memakai daster rumahan dengan hijab senada. Terdengar gelak tawa di luar kamar. Entah apa ya
Read more
Rencana Karen
"Sayang, kamu hamil?" Mas Arga mengulangi pertanyaannya sembari melangkah tergesa ke arahku. "Kenapa bisa berpikir begitu, Mas?" Aku berusaha tetap tenang. Ada hal yang harus aku tanyakan lebih dulu padanya sebelum mengatakan yang sejujurnya tentang kehamilanku. "Loh, maksudmu gimana, Sayang? Jelas ini garis dua berarti kamu hamil 'kan?" ulangnya lagi lalu buru-buru duduk di tempatnya semula. "Kalau sudah lama kadang tespeknya sudah nggak akurat, Mas. Garis satu saja kadang bisa berubah jadi garis dua. Mungkin sudah kadaluarsa gitulah kalau kelamaan," balasku lagi. Mas Arga mengerutkan kedua alisnya seolah tak percaya.Dia kembali membolak-balikkan benda pipih di tangan lalu menyodorkannya ke atas meja. "Jadinya kamu hamil nggak, Rena?" Mas Arga masih bertanya dengan lembut. "Kalau nggak hamil, kamu gimana, Mas?" Aku bertanya tanpa menoleh ke arahnya. "Maksudnya gimana?" Aku menghela napas. "Kalau Allah belum mempercayakan malaikat kecilnya untuk kita ya nggak apa-apa, Sayang.
Read more
Masuk Jebakan
Kepergian Mas Arga beberapa menit lalu membuat suasana kamar kembali hening. Kuusap perut perlahan seraya melafalkan beberapa doa untuk janin yang ada dalam rahimku. Suara pintu yang berderit membuat lamunanku buyar. Tepat saat aku menoleh, perempuan itu sudah berdiri di ambang pintu menatapku dari tempatnya. Dia. Siapa lagi kalau bukan Dira. Perempuan culas yang bersandiwara sebagai bidadari. Menyebalkan sekali. Sudah cukup diamku selama ini. Jika terus mengalah, dia akan semakin semena-mena dan menganggapku perempuan lemah. Jadi, aku putuskan untuk mengikuti permainannya. "Arvin sama Irvan ikut Mbak Lina dulu ya? Mama mau jenguk Tante Karen," ucap Dira sembari melongok ke luar pintu. Ternyata dia sudah ada asisten di sini yang membantunya menjaga kedua buah hatinya. Aku yakin dia yang meminta pada Mas Arga untuk dicarikan asisten atau Mas Arga sendiri yang inisiatif menyiapkan asisten untuknya agar tak selalu meminta Mas Arga ini dan itu yang kadang perkara remeh. Dasar tak ta
Read more
Bukti
"Emm ... anu, Mas. Aku cuma mau mengusap perut Karen kok. Dia lagi hamil 'kan?" Dira sangat gugup saat Mas Arga melangkah mendekat.Mas Arga masih menatapnya lekat. Sementara aku duduk di tepi ranjang sembari menatap perempuan itu. Kuambil handphone dari atas meja lalu memeriksa rekaman. "Sayang, aku sudah tanya dokter Elisa soal keadaanmu. Ternyata dugaanku benar kan? Kamu memang hamil," ucap Mas Arga tanpa menjawab pertanyaan Dira. Laki-laki itu mengacuhkan Dira begitu saja lalu buru-buru duduk di sampingku. Lagi-lagi aku melirik Dira yang kini masih menatapku dengan penuh amarah. Kesempatanku membuatnya semakin panas, setidaknya agar dia sadar bahwa Mas Arga begitu bahagia mendengar kehamilanku. Berbeda dengan kehamilannya saat itu yang ditanggapi Mas Arga dengan gelisah dan takut jika aku mengetahuinya. Kehamilan yang hanya sebuah jebakan saja sebab sebelumnya dia membubuhkan obat pe*angsang di minuman Mas Arga. "Iya, Mas. Alhamdulillah aku hamil. Dalam rahim ini InsyaAllah ak
Read more
Bukti 2
Sengaja kutanyakan hal sensitif itu di depan Mas Arga agar dia mulai berpikir apa alasan Dira ngotot menjengukku dan masuk kamarku sendirian tanpa seizin Mas Arga bahkan sampai melupakan makan siang anaknya segala. "Ma--maksudmu apa sih, Ren? Jangan buruk sangka!" sentak Dira dengan tatapan tajam. Aku kembali tersenyum tipis ke arahnya. "Aneh aja sih. Kamu datang menjengukku di saat Mas Arga tak ada di sini padahal tadi kamu bilang mau ke cafe untuk makan siang. Kamu membiarkan kedua anakmu kelaparan hanya demi menjenguk madumu?" Mas Arga mengusap punggungku perlahan. "Sayang, jangan banyak pikiran dan mikir macam-macam. Mungkin Dira hanya pengin ketemu kamu atau pengin tahu kondisi kamu saja sampai dia lupa kalau Arvin dan Irvan belum makan. Iya 'kan, Dir?" tanya Mas Arga mengalihkan pandangannya ke arah Dira. Selalu dibela tiap kali aku mulai menyudutkannya membuat perempuan itu semakin merasa di atas awan. Kapan Mas Arga bisa melihat kelicikan di wajah perempuan itu. Sepertin
Read more
Ancaman
"Lagipula kamu tak harus selalu percaya segala ucapan istrimu itu, Mas. Kenapa kamu nggak sekalian tanya sama dia, darimana dia mengetahui semuanya? Padahal jelas dia tak mengenal Bara?" Mas Arga sedikit tersentak mendengar pertanyaanku. "Itulah kenapa aku selalu bilang jika perempuan itu bukanlah perempuan lemah seperti bayanganmu. Dia licik. Bisa menghalalkan segala cara demi ambisinya. Aku yakin dia memiliki banyak rencana tanpa sepengetahuanmu. Darimana dia tahu tentang semua ini kalau tak punya mata-mata. Atau dia sendiri yang selalu memata-mataiku setiap hari?" Mas Arga membulatkan kedua matanya saat menatapku. Secepat mungkin dia mengalihkan pandangannya ke Dira yang masih tercekat. Wajahnya mulai memucat. Dia tak tahu jika aku tak selemah bayangannya. Jika dia licik, aku akan menghadapinya dengan cerdik. Tak sembarangan, tapi penuh taktik. "Iya 'kan, Dir? Apa kamu sengaja minta pindah ke Jakarta supaya bisa memata-matai hubunganku dengan Mas Arga? Kamu nyuruh orang untuk me
Read more
Jujur
Mas Arga cukup kaget mendengar ancamanku. Kedua matanya bergerak-gerak mencari jawaban yang pas untuk membalas ucapanku. Mungkinkah kini Mas Arga bisa memilih keputusan yang tepat sesuai harapanku setelah dia tahu aku sedang berbadan dua? Ada benihnya dalam rahimku yang butuh kasih sayang dan waktunya secara utuh bukan sekadar sisa atau separuh waktunya saja. Bukannya aku egois, hanya saja aku tak suka memiliki madu seculas Dira yang bisa kapan saja menendangku begitu saja. Jika memang tak ada harapan dalam pernikahan ini, rasanya gugatan itu sudah sangat tepat.Tak perlu berharap lebih pada pernikahan yang memang tak pantas diharapkan. Percuma banyak berkorban jika dalam benak Mas Arga hanya Diralah yang paling benar. Aku lelah!"Sayang, aku nggak bermaksud meragukan kamu, hanya saja memang agak shock melihat sikap Dira tadi. Itu saja. Kamu jangan berpikir aneh-aneh begitu, Karen. Bagaimana nasib anak kita kalau nggak ada aku di sisimu? Bagaimana juga nasib Dira dan anak-anaknya yan
Read more
Shock
"Apa Lo bilang, Bar?" Mas Arga menegakkan badannya sembari mencengkeram kerah kemeja yang Bara pakai. "Karen gugat Lo ke pengadilan. Puas Lo! Lo emang pantas digugat, Ga. Sudah berulang kali gue bilang, jaga dia baik-baik. Dia perempuan istimewa, tapi Lo justru sia-siakan dia. Kalau nggak sanggup buat bahagiakan dia, gue sanggup!" sentak Bara lalu menepis tangan Mas Arga. Aku tak ingin melihat kembali pertengkaran mereka. Kutinggalkan saja mereka tepat di saat kedua anak Dira menangis bersahutan melihat ayahnya terhuyung ke belakang saat Bara mendorongnya kasar. Jujur aku cukup shock kenapa Bara membocorkan masalah itu pada Mas Arga sekarang. Padahal aku sengaja menyembunyikannya agar dia shock saat mendapatkan undangan sidang nanti. Namun saat mendengar dan melihat sendiri bagaimana sikap Mas Arga yang jauh lebih percaya pada Dira dibandingkan aku, rasanya benar-benar sakit. Teganya dia mengatakan itu padaku. Buat apa selalu bilang cinta jika semua sikapnya seolah tak mendukung
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status