Lahat ng Kabanata ng ISTRI SIRI SUAMIKU TERNYATA KAKAK IPARNYA SENDIRI: Kabanata 51 - Kabanata 60
76 Kabanata
Undangan Spesial
POV : ARGA Benar kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat suatu saat akan jatuh juga dan kini aku mengalami pepatah itu. Sekuat dan serapat apapun menyimpan pernikahanku dengan Dira, akhirnya Karen berhasil membongkarnya juga. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan dan kuputuskan. Di satu sisi aku ingin memilih Karen apalagi saat ini dia tengah hamil darah dagingku, tapi di sisi lain Dira dan kedua anaknya juga belum bis aku tinggal. Mereka sangat membutuhkan aku sebagai pengganti Mas Rangga. Dira memnag terlihat jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya, tapi sering kali dia tiba-tiba menangis entah karena apa. Mungkin dia mengingat sosok Mas Rangga yang dulu selalu memberinya cinta. Jelas cintaku da cinta Mas Rangga padanya teramat berbeda. Cinta ... ah, bukan. Aku menikahinya hanya karena permintaan terakhir kakakku saja, bukan karena hal lain. Soal nafkah lahir mungkin aku bisa adil, tapi nafkah batin jelas aku tak bisa. Aku nggak mungkin bisa membagi waktu yang adil anta
Magbasa pa
Terbongkar
POV : ARGA "Ren ... kamu sudah bangun 'kan?" Kuketuk pintu kamar beberapa kali, berharap Karen segera membukanya dan aku bisa kembali ngobrol dengannya seperti biasanya. Cukup lama aku mengetuk pintu, tapi tak ada sahutan dari dalam. Pikiran semakin tak karuan. Berbagai kemungkinan dan ketakutan mulai menyesaki benak. Aku takut Karen kenapa-kenapa di dalam kamar. Mungkinkah dia pingsan?Buru-buru lari ke pintu samping untuk melihatnya dari jendela, tapi sayangnya Karen tetap tak menyahut. Berulang kali kuketuk jendela, tak ada jawaban apapun dari dalam. Kekhawatiranku semakin bertambah hingga mau tak mau kudobrak pintu kamar. Aku tercekat saat melihat Karen masih terbaring di atas ranjang sembari memakai selimut separuh badan. Dia tidur sambil memakai earphone, pantas saja tak mendengar panggilanku. Aku mendekat. Kuusap perlahan keningnya yang hangat. Merasa ada sentuhan di dahinya, Karen pun membuka kedua matanya perlahan. Dia cukup kaget saat melihatku sudah ada di samping ranja
Magbasa pa
Terbongkar 2
[Dir, aku minta maaf selama tiga hari ke depan tak bisa datang ke rumah untuk jenguk si kembar. Ada urusan yang begitu mendesak yang harus segera kuselesaikan sebab jika tidak, semua akan hancur berantakan. Kamu hati-hati di rumah ya? Jaga Arvin dan Irvan dengan baik. Jangan pergi jauh-jauh sebab kamu belum terlalu tahu kota Jakarta. Takutnya kamu kenapa-kenapa] Sengaja kukirimkan pesan itu pada Dira agar dia yakin aku tak akan mengunjunginya tiga hari ke depan. Seperti permintaan Karen, aku akan mulai menyelidiki siapa sosok Dira sebenarnya. Apakah Dira memang memiliki dua wajah yang berbeda saat di depanku dan saat di belakangku, atau Karen hanya salah paham tentang sosok Dira hingga membuatnya berimajinasi tentang Dira sesuai khayalannya sendiri. Jujur saja aku tak bisa membela salah satu di antara mereka. Aku tak ingin salah menilai sebelum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.[Nggak apa-apa, Mas. Terima kasih ya, kamu sudah memberiku kabar sebelumnya. Jika tidak, pasti aku k
Magbasa pa
Tak Berkutik
POV : ARGA "Lantas, rencana kamu selanjutnya apa, Dir?" Pertanyaan Rita kembali menyadarkanku untuk menajamkan pendengaran. "Tujuanku cuma satu, jika tak bisa mendapatkan Mas Arga, maka Karen pun tak boleh mendapatkannya," ucap Dira penuh penekanan. Aku kembali geleng-geleng kepala mendengar keegoisan Dira. Ternyata selama ini dia bermuka dua. Di depanku dan ibu nyaris begitu sempurna dengan kelembutan dan cinta yang dia punya, tapi di belakangku dia penuh duri. Tajam dan menghujam. Aku benar-benar tak menyangka jika Dira bisa memiliki sikap seegois itu bahkan tega menyakiti siapapun yang menghalangi cita-citanya. Aku tak mengira jika Dira bisa seambisius itu padahal selama ini terlihat begitu lemah dan tak berdaya di depanku semenjak kepergian Mas Rangga. "Aku mencintai Mas Arga, Rit. Cintaku tulus untuknya, tapi sepertinya dia lebih mencintai Karen dibandingkan aku. Dari segi waktu pun Karen memiliki jatah yang jauh lebih banyak, sementara aku dan anak-anak hanya sesempatnya sa
Magbasa pa
Keputusan Arga
"Aku akan memaafkanmu asal ...." Sengaja kujeda kalimatku, ingin melihat keseriusan dalam tatap mata Dira. "Asal apa, Mas?" tanya Dira dengan mata berbinar. Aku tersenyum sinis melihat ekspresinya. Dia pikir bisa kembali menjerat hatiku, padahal tidak. Dia pasti akan shock mendengar syarat maaf dariku ini. "Asalkan kamu berlapang dada saat kuceraikan." Kalimatku itu membuat Dira tercekat. Dia mematung di sampingku tanpa bisa mengucapkan sepatah kata. Dia pasti tak pernah menyangka jika hari ini mungkin adalah hari terburuk setelah kepergian Mas Rangga dalam hidupnya. Detik ini, mungkin juga akan menjadi hari kepergianku dalam hidupnya. Hanya saja, aku dan Mas Rangga pergi dengan cara yang berbeda. Aku pergi membawa sakit hati yang teramat dalam sementara Mas Rangga pergi menciptakan duka mendalam."Ma-- maksudmu apa, Mas? Jangan ngomong sembarangan. Pamali," ucap Dira menahan guncangan isak dalam dadanya. Hanya air mata saja yang terlihat terus mengalir tiada henti sedari tadi.
Magbasa pa
Maaf
"Jangan pergi, Mas! Atau kamu akan melihatku bersimbah darah di sini dan kamu akan menyesal seumur hidupmu!" Dira mengancam sembari mengacungkan pisau kecilnya ke pergelangan tangan. "Kamu mau ngapain, Dir? Mau potong tangan? Potong kaki? Potong leher atau potong bebek angsa?" balasku sembari menatapnya tajam. Rita terlihat histeris lalu mencoba melepaskan pisau itu dari tangan Dira. Dia tak tahu bagaimana Dira selama ini. Senjata itu selalu dia pakai untuk mengancamku. Bo dohnya aku selama ini yang selalu termakan oleh akting profesionalnya. Namun kali ini aku tak akan pernah terjebak oleh dramanya lagi. Semua sudah jelas. Dira hanya pura-pura lemah, padahal dia jauh lebih kuat dari yang kubayangkan. "Mas!" Teriaknya lagi saat aku membalikkan badan dan melangkah pergi sembari menstarter motor. "Kamu benar-benar ingin aku mati sekarang, Mas?" Dira kembali mengancam, sementara Rita terus memegangi kedua tangannya agar tak berdekatan apalagi bersentuhan. Pisau itu pun masih Dira pe
Magbasa pa
Permintaan Mengejutkan
POV : ARGA [Ibu sama Dina ke Jakarta sore ini, Ga. Kita harus bicara. Jangan mengambil keputusan sepihak, jika kamu tak mau menyesal di kemudian hari. Dira sudah cerita semuanya pada ibu. Tak seharusnya kamu menjatuhkan talak padanya jika hanya karena masalah sesepele itu] Entah apa yang diceritakan Dira pada ibu hingga ibu seolah menyalahkanku atas keputusan itu. Dira seakan hanya melakukan kesalahan sangat kecil sampai ibu bilang 'sesepele itu'. "Dira pasti sudah ngomong macam-macam sama ibu," lirihku setelah layar kembali padam. Karen mendesah. Dia pasti lelah dengan semua drama ini. "Maafkan aku, Sayang. Kamu terpaksa harus ikut terjebak dalam masalah ini. Tapi kamu tak perlu risau, aku akan tetap memilihmu. Aku akan tetap bersamamu sebab memang kamulah yang aku cinta sejak dulu hingga detik ini. Hanya kesalahpahaman saja yang sempat membuat kita terpisah jarak dan waktu, padahal jelas kita tinggal di atap yang sama." Karen mengangguk. Genggaman di tanganku semakin erat kuras
Magbasa pa
Membeberkan Bukti
"Selama ini ibu tak pernah meminta apapun padamu, Nak. Bisakah kali ini kamu mengabulkan permintaan ibu? Tolong, biarkan Dira menjadi madumu." Karen tampak sangat shock mendengar permintaan ibu. Dia bahkan sampai tersedak ludahnya sendiri saat mendengarnya. Buru-buru kuberikan sebotol air mineral yang tadi kubeli dari mini market untuknya. Kuusap punggungnya perlahan untuk menenangkan. "Bu, ibu sadar nggak dengan pertanyaan ibu itu? Karen lagi hamil, Bu. Cucu yang ibu idamkan selama ini. Kita sudah dzalim sama dia selama tiga tahun belakangan karena tak jujur dari awal soal Dira. Ibu tak tahu bagaimana terkejutnya dia setelah membongkar semuanya. Harusnya ibu memberi support, bukan malah minta aneh-aneh. Dira nggak sepolos dan sebaik yang ibu kira," balasku cepat. Karen kembali menggenggam tanganku erat. "Ibu nggak tanya sama kamu, Ga. Ibu tanya sama Karen!" Ibu sedikit membentak. Entah apa yang dikatakan Dira padanya hingga ibu seperti ini. Biasanya ibu selalu bijak tiap mengambil
Magbasa pa
Balasan Cantik Karen
POV : Karen"Ibu harus bagaimana menghadapi Dira? Dia bicara banyak hal yang ternyata bertolak belakang dengan cerita kalian berdua. Ibu juga tak menyangka Dira bisa berbuat seperti itu. Dia yang selama ini sudah ibu anggap seperti anak sendiri, begitu tega membohongi ibu dan seolah sengaja mengadu domba ibu dengan anak ibu sendiri," ucap ibu lirih. Berbagai rasa tersirat di wajahnya. Kaget, kecewa, kesal dan bingung seolah tercampur menjadi satu. Kasihan ibu. Tak mudah baginya menghadapi ini semua, apalagi jika harus berpura-pura tak tahu apa-apa di depan Dira, padahal ibu sudah tahu semuanya. Sandiwara seperti ini memang tak mudah dilakukan, apalagi jika bertolak belakang dengan hati dan kenyataan."Ibu berusaha yakinkan Dira kalau dia pasti bisa mandiri meski tanpa Arga, Bu. Lagipula, Dira sudah punya banyak tabungan. Tanah yang dia ceritakan pada ibu itupun bukan sekadar investasi. Namun, Dira memang sengaja menyiapkannya jauh-jauh hari karena tahu sewaktu-waktu Arga akan mencera
Magbasa pa
Rencana Rita
Hari ini ibu dan Dira pulang dari klinik, sedangkan aku dan Mas Gilang mengurus pembatalan gugatan perceraian di pengadilan. Semua sudah selesai. Perpisahan yang nyaris ada di depan mata, kini tinggal kenangan. Aku akan berusaha mempertahankan pernikahan ini apapun yang terjadi. Kini aku masih duduk di ranjang sembari menyandarkan punggung ke tembok. Menatap foto pernikahanku dengan Mas Arga yang masih terpajang di kamar. Terlihat jelas di foto itu jika aku dan Mas Arga begitu bahagia dengan tatapan penuh cinta. Aku berharap cinta sebesar itu akan terus hadir di setiap pergantian tahun pernikahanku dengannya. Aku memberikan kesempatan untuk Mas Arga agar membuktikan janji-janjinya. Nyatanya, Mas Arga memang berusaha menepati ucapan-ucapannya waktu itu. Dia semakin sayang dan perhatian padaku dan buah hatinya. Apalagi sejak kuberikan rekaman keduaku di klinik itu, kesalahan dan kebencian Mas Arga pada Dira sepertinya bukan kaleng-kaleng. Dia bahkan memblokir nomor Dira begitu saj
Magbasa pa
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status