All Chapters of Mendadak Jadi Pengantin Pengganti: Chapter 31 - Chapter 40
124 Chapters
31. Jangan Menyentuhku!
Yang lain sudah berada di ruang makan, namun Antonio masih belum juga muncul. “Di mana Antonio, Sayang?” tanya Megan pada Jesika. “Katanya menyusul, Nek.” Wajah Megan tampak biasa saja setelah mendengar jawaban Jesika. Hanya saja ada satu Wanita yang memasang wajah sinis. “Kalian sedang tidak ada masalah, kan?” tanya Agatha. Wanita itu tersneyum sinis. “TidaK, Nyonya.” “Berhenti memanggil Nyonya. Dia bukan majikan kamu,” tegur Megan sambil menatap sedikit sipit. Jesika menelan makanannya susah payah merasa tenggorokannya benar-benar sempit. “Maaf, nek, tapi …” “Dia ibu mertua kamu. panggil saja mama seperti Antonio.” Wajah Agatha acuh tak acuh. Dia menikmati makan malam sambil merengut kesal. Kalau bukan karena hormat pada ibu mertua, sekarang ini mungkin Agatha sudah menyalak. Sunggu rasanya merasa rumah ini semakin sempit ketika ada Jesika. “Dan buat kamu, Agatha …” Megan menatap lurus pada menantunya itu. kalimatnya pelan, tapi jelas sekali ada penekanan. “Jesika di sini
Read more
32. Undangan Reuni
“Kenapa juga aku harus merasa bersalah?” batin Antonio masih sambil menyusuri wajah itu.Berdiri tegak, kedua tangan terlipat di bawah dada. Berapa lama menjalin hubungan dengan sang kekasih sebelumnya, nyatanya baru Wanita ini yang bisa dengan leluasa tidur di kamarnya. Memang sekarang tangah berada di kamar tamu, akan tetapi biasanya satu kamar dengannya.“Kenapa aku bisa menariknya dalam pernikahanku?” Antonio masih bertanya-tanya sendiri di dalam hatinya. “Seharusnya aku tidak perlu melakukan hal ini, kan?”Antonio mendekat lagi, lalu menghela nafas sambil menarik selimut untuk menutupi Sebagian tubuh Jesika.Hingga pagi menjelang, Jesika terbangun ketika sebuah mimpi buruk datang. Seluruh tubuhnya berkeringat sementara nafanya berderu begitu cepat. Jesika terduduk menatap lurus ke depan. Nafasnya sampai terdengar begitu jelas di telinganya sendiri.“Ya Tuhan, ini Cuma mimpi.” Jesika mendesah berat sambil mengusap dadanya.Bagaimana mungkin sosok Joseph bisa datang di dalam mimpin
Read more
33. Tidak Sengaja Bertemu
Saat kedua kaki hendak masuk ke dalam salon, Jesika berhenti dan menoleh ke belakang. Pria dibelakang langsung mendekat.“Ada apa, Nona?”“Ngomong-ngomong kenapa Tuan Antonio menyuruhku ke salon?”“Saya kurang tahu, Nona.”Jesika berdecak. Bibirnya sudah manyun sekarang, sementara wajahnya terangkat melihat sebuah papan led dengan tulisan nama salon kecantikan ini. meski hanya berlantai satu, tapi bangunan ini sangat luas. Pasti mahal jika ingin mempercantik diri di dalam sana.Jesika masuk lalu beberapa pasang mata menatapnya aneh. Salah satu dari mereka menatap sinis dari bawah ke atas dan berbisik.“Jadi rumor itu memang benar?”“Kalau memang benar, kenapa tidak dikenalkan ke public. Kita semua tahu kalau Antonio bintang ternama.”“Mereka kan dijodohkan.”Jesika tidak mau terlalu peduli jika memang benar mereka tengah menggunjingnya. Toh tidak kenal sama sekali. Dia berjalan mengikuti langkah Tian menuju meja para karyawan yang menunggu dan menyambut di sana.Selepas bicara beberap
Read more
34. Melihat Ibu dan Saudara
Sepanjang perjalanan, Jesika hanya diam saja tak bersuara. Jika diamati, raut wajah itu menyimpan rasa takut yang luar biasa.“Bagaimana jika dia masih mencariku?” gumam Jesika sambil menggigit bibir. jemari-jemarinya tampak gemetaran dan mulai megeluarkan keringat basah.Antonio melirik sekilas, dia tidak begitu mengamati bagaimana raut wajah Jesika, tapi dari gerak-geriknya bisa dibaca kalau sedang merasa gelisah.“Jadi … untuk apa kamu membeli computer dan sejenisnya?”Jesika tidak mendengar pertanyaan itu sama sekali. Yang ada di otaknya saat ini adalah bayangan kedua orang tua dan mentan kekasihnya yang dulu pernah menyekapnya di sebuah ruangan.Antonio membuang mata jengah. Dia terus melajukan mobilnya tanpa bertanya lagi. ketika mobil sudah menepi dan berhenti, bahkan tatapan Jesika masih kosong. Dia membisu seoalh tidak ada siapa pun di sampingnya.“Jadi kamu mau turun atau tidak?”“Oh, maaf. Bagaimana?” Jesika terperanjat gagap. Dia berdehem sambil menyelipkan helaian rambut
Read more
35. Teman Lama Datang (Mengigau)
Antonio berpindah posisi ketika Jesika sudah terlelap. Dia tidak langsung beranjak pergi, tapi masih berdiri di samping ranjang mengamati wajah yang terlelap itu. Antonio tidak ada niatan untuk menikahi Wanita ini sampai waktu sekarang. dia pikir, hal seperti ini seharusnya akan selesai karena memang niatnya hanya untuk menutup rasa kesal karena sang kekasih yang pergi.Antonio kecewa, dia sedih, sakit hati, tapi rasa dongkol membuatnya menimbulkan rasa dendam. Selama berhubungan, katakana saja kalau Antonio memang selalu mengalah. Mungkin itu sebabnya dia tidak mau itu terjadi lagi.“Aku tidak tahu apa yang akan terjadi saat kita bertemu kembali nanti,” ucap Antonio lirih. Matanya memang menatap Jesika, tapi yang dimaksud adalah Selena.Antonio berbalik badan lalu melenggak meninggalkan kamar. Dia berjalan tenang, menunduk menatap sebuah foto kenangan di ponselnya.“Jadi … kamu sungguh pergi karena keluargaku tak merestuimu?” Antonio tersenyum miring. “Lalu kenapa Jesika bisa bertaha
Read more
36. Teman Lama
Dua mata perlahan mengerjap-ngerjam. Dia hendak merentangkan kedua tangan untuk menguap, tapi dengan cepat mulut itu mengatup rapat bersamaan dengan kedua tangan ia tarik turun. Jesika mendadak terengah-engah ketika mendapati sosok wajah yang begitu dekat dengannya. Jesika juga menyadari kalau lehernya tengah berbantalan lengan Antonio. Jesika menelan saliva susah payah. Sambil memasang wajah berkerut dan sangat hati-hati, Jesika mencoba untuk menyingkir. Ketika tidur terkadang orang tidak sadar apa yang terjadi. Jesika berpikir mungkin semalam ngigau sampai akhirnya bisa tidur di atas lengah Antonio. “Mau ke mana kamu?” Suara bariton itu membuat Jesika meringis gugup. Tubuhnya yang sudah miring hendak menurunkan kaki, perlahan menoleh ke balakang. “Ini sudah siang, Tuan. Aku harus siapkan sarapan.” Antonio berdecak, lalu mengangkat tubuhnya sendiri. sambil duduk dengan kedua kaki selunjuran, Antonio menghentak-hentakkan satu tangan keudara. Pandanganya perlahan menatap sinis pada
Read more
37. Bersikap Layaknya Seorang Istri
“Kemari, Sayang!” sambutan itu membuat Jesika menunduk.Melihat bagaimana sikap mertuanya yang berbanding terbalik dengan Gaby, tentu sedikit membuat Jesika merasa iri. Jesika tidak mau peduli, tapi dia tinggal di sini dan tentunya bertemu setiap hari. Untuk menghidar dan membuat hatinya seolah biasa-biasa saja itu tidak gampang.Melihat sang cucu berwajah datar, Megan langsung mengajak Jesika duduk. Mereka berdua ngobrol seperti biasanya sama sekali tidak peduli dengan sekitar termasuk saat ada Antonio di sampingnya. Megan sepertinya memang sengaja melakukan hal itu karena terlanjur gemas dengan menantunya sendiri.“Antonio, kapan kamu ada waktu?” tanya mama.Antonio tengah menyuap makanan. Dia tidak langsung menjawab tentunya, tapi mengunyah lebih dulu makannya.“Kenapa?”“Sudah lama aku tidak di sini. Kamu bisa kan ajak aku jalan-jalan?”“Ada Bitt. Kalau mau jalan-jalan bisa minta ditemenin sama dia.”“Antonio!” decak Agatha. “Gaby jauh-jauh datang ke sini, lho. Temenin dial ah ses
Read more
38. Taman Kota
Antonio sudah tidak peduli lagi jika sekarang ini ada beberapa paparazzi yang terus mengejarnya diam-diam. Diam-diam mengambil gambar, lalu membuat berita bodoh. Intinya semua orang juga tahu kalau sekarang Antonio sudah mundur dari dunia entertainer. Meski terkadang merindukan di mana masih pada masa jaya, tapi semua itu akan menghilang begitu saja. Ketenaran akan redup pada masanya. Percayalah.Jesika yang duduk tenang menunduk menatap layar ponsel, diam-diam tengah membaca berita tentang Antonio. Sempat melongo, tapi dia sembunyikan itu suoat tidak disadari oleh Antonio. Bagaimana pun, Jesika masih penasaran dengan kehidupan Antonio.Sambil melihat pemandangan di luar sana, beberapa kali Jesika tampak girang ketika melihat pedagang makanan cepat saji. Lalu, ketika mobil terus melaju, wajah Jesika berubah cemberut dan mendesah. Antonio sudah mengamati diam-diam sedari tadi, tapi dia tidak merespon.“Berhenti!” pinta Antonio tiba-tiba.Tian langsung mengentikan mobilnya mendadak. Yan
Read more
39. Kencan Kacau
“Kamu sedang tidak bercanda, kan?” desak Sanjaya. “Pa, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. aku tidak mungkin salah lihat.” Sera masih mencoba mejelaskan meski kedua orang tuanya tidak yakin. Dia melihatnya beberapa hari yang lalu, tapi baru bisa mengatakannya hari ini. sebenarnya sukup syok kemarin sampai tidak lupa untuk berserita padahal hari itu juga Sera sedang bersama ibunya. “Coba papa cermati lagi!” tekan Sera sambil menunjuk layar ponselnya yang masih menyala di atas meja. “Memang kurang jelas, tapi aku hafal betul seperti apa suara Jesika.” “Oh ya, Pa …” Atiqah menyikut lengan sang suami. “Foto yang pernah dikasih Joseph juga mirip sekali dengan Jesika, kan?” Sanjaya mendesah berat, lalu menatap keduanya bergantian. “Kita tidak perlu lagi peduli lagi dengan Jesika. bukankah selama kita pindah ke sini Joseph belum pernah datang mengganggu.” “Pa! Joseph hanya belum tahu kita pindah ke sini. Dia orang berkuasa, dia tidak mau rugi pastinya.” “Bener itu, Pa.” Atiqah ik
Read more
40. Tidak Benar-Benar Menikah
Rumah yang katanya adalah sebuah surga, menurut Jesika adalah kebohongan belaka. Setiap kali dia pulang ke rumah, selalu saja ada sebuah tuntutan yang membuat seluruh badan semakin lelah. Seharian bekerja, memberi mereka uang dan kebutuhan lain, ternyata masih belum membuat mereka cukup menyayangi Jesika.Terkadang, Jesika ingin sebuah pelukan dari ayah dan ibu, tapi yang ia dapat lebih sering bentakan. Jesika menoleh pada pria gagah yang duduk di sampingnya. Pria ini sangat menyeramkan ketika pertama kali melihatnya. Pria penuh kekuasaan. Nanun, Jesika tidak pernah mendapat luka bersamanya sampai detik ini.Oke, pria ini memang penuntut, tapi … entah kenapa Jesika seolah tidak bisa mempermasalahkan hal itu.“Bagaiamana jika suatu saat pria ini melepaskanku?” batin Jesika.Jesika buru-buru memalingkan wajah ketika Antonio tiba-tiba memergokinya. Jesika menggigit bibirnya. Tentang tangan yang saling memilin di atas pangkuan, Antonio sudah mengawasi sedari tadi.“Jangan sekali-sekali pe
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status