All Chapters of Mendadak Jadi Pengantin Pengganti: Chapter 41 - Chapter 50
124 Chapters
41. Ini Kamarku
Sudah terlalu gengsi jika harus bersikap lembut pada Jesika karena ledekan dari Tian. Meski tidak meledek secara terang-terangan, tapi Antonio bisa menebak kalau pria berkulit coklat itu tengah menahan senyum.Begitu sampai di rumah, Antonio dengan cepat mendorong kepala Jesika ke samping sampai membuat Jesika gelagapan. Dia mengecap-negacap bibirnya ketika kedua mata sudah terbuka. Nyawanya belum terkumpul sepenuhnya, sampai ketika dia menoleh ke samping, sesuatu di dalam tenggorokannya solah bergerak. Jesika meringis.“Maaf, apa aku ketiduran?”“Bukan Cuma ketiduran, tapi kamu ngorok!”Jesika menggigit bibirnya lalu menunduk malu. “Maaf.”Antonio membuang mata jengah, lalu keluar lebih dulu meninggalkan Jesika. Jesika hendak membuka pintu sendiri, tapi Tian sudah lebih dulu keluar tadi dan langsung membukakan pintu untuk Jesika.Wajah Jesika masih tampak sayu dan matanya pun menyipit ketika terpapar sinar matahari senja yang menyorot dari balik genteng rumah tetangga. Langkahnya sed
Read more
42. Rambut Singa
Setelah kejadian semalam, Jesika sama sekali belum berani menatap Antonio secara langsung. Antonio tidak marah ketika Jesika secara tidak langsung mengusir Gaby dari kamarnya, akan tetapi wajahnya yang datar membuat Jesika jadi sedikit berpikir yang aneh-aneh.“Dia tidak marah padaku, kan?” batin Jesika. dia berbaring miring memunggungi Antonio yang entah sudah tidur atau belum.Jesika sendiri mendadak susah tidur. Selain karena gelisah, di belakangnya juga sering bergerak berganti posisi membuat ranjang terasa tidak nyaman. Saat terdengar lenguhan keras dan ranjang berguncang, Jesika buru-buru menutup mata. Pria di belakangnya sudah duduk lalu menyibakkan rambutnya ke belakang.Jesika tetap dalam posisi pura-pura tidur sekalipun Antonio sudah merangkak turun. Ketika telinganya mendengar suara langkah, perlahan Jesika mengintip dari balik kelopak matanya. Antonio berdiri di sana, di dekat nakas tapi sedikit jauh dari ranjang. Jesika hanya melihat bagian samping, akan tetapi cukup jela
Read more
43. Kelab
“Jadi kamu sudah tahu keberadaannya?” tanya pria berbadan gempal.Joseph mengangguk. “Aku sudah tahu sejak lama.”“Lalu kenapa kamu diam saja? Uang yang kamu keluarkan tidak sedikit.”“Aku tahu …” desah Joseph dengan seringaian penuh arti. “Aku hanya sedikit memberi waktu saja supaya keluarga sialan itu bertanggung jawab. Mereka pikir aku sudah melepaskannya begitu saja? Tentu saja tidak, Pa.”Seorang Wanita berambut potongan bob muncul sambil membawa nampan berisi semilan. Di belakangnya, menyusul seorang pekayan yang membawa dua gelas minuman.“Apa rencana kamu, Jo? Kamu masih berharap perempuan itu akan jadi milik kamu?”Joseph menghela nafas lalu bersandar. Dia menatap mamanya dengan senyum cekung. “Tidak juga, sih! Tapi tetap saja aku tidak mau melepaskannya.”Kedua orang tuanya saling pandang lalu sama-sama angkat bahu. Tidak ada yang berani memberi solusi atau mengatur pria keras kepala seperti Joseph. Selain karena pria itu yang menguasai rumah, tentunya karena memang dia anak
Read more
44. Khawatir Yang Terpendam (Bibir Cantik)
Jesika pikir tidak ada siapapun yang mengejarnya di belakang. Dia terus berjalan lurus tanpa toleh sana sini, yang pada akhirnya justru membuat kakinya salah melangkah. Ketika kepalanya terangkat, Jesika menyadari kalau dirinya malah masuk ke sebuah gang yang terlihat banyak beberapa orang tengah duduk pada setiap ruang remang-remang. Ada yang sendirian sambil menikmati sebotol minuman keras, ada juga yang tengah merokok sampai ada juga yang berada di sudut bangunan melakukan sesuatu yang jorok.“Kenapa aku ke sini?” Jesika celingukan mulai panik. Area sekitar rasanya seperti memutar membuat kepalanya pening.“Kemari kamu! kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu … Jesika?” celetuknya begitu berhasil melihat wajah dari pemilik tangan yang Joseph cengkeram.Jesika menelan ludah penuh susah payah. Jantungnya seolah berhenti berdetak saat ini juga. Pria yang ia hindari, pria yang membuatnya hancur, benar-benar ada di depan mata.“Maaf, anda siapa?” Jesika menarik tangannya dengan cepat. “Ber
Read more
45. Ciuman Intens
Sebuah tangan kekar menyelusup masuk melaui bagian pinggang. Jemari itu merasayap meyentuh punggung yang mulus tak berbulu. Sementara satu tangan lain, tengah mencengkeram tengkuk samping, memberi penekanakan membuat ciuman lebih intens.Jesika diam membisu seperti patung. Rasa terkejut masih membuatnya terperngah beberapa saat sampai mata tidak berkedip. Bibir kenyal yang melumat bibirnya sendiri itu, belum juga berhenti hingga sesuatu yang lain mencoba mendorong untuk masuk menyapu bagian dalam mulut yang wangi.Kenapa ini? apa yang sedang terjadi?Bukankah seharusnya Jesika mengelak? Tapi nyatanya tubuh Jesika mendingin tak bisa bergarak. Saat dua tangan mencengkeram tengkuk sampai ke sisi rahang, Jesika semakin merasakan ini bukan hanya sekedar ciuman saja. Ini sudah lebih dari sekedar mengecup saja.Perlahan wajah itu menjauh. Sisa liur menempel pada bibir yang memerah membuat bibir yang tengah Antonio tatap semakin terlihat seksi. Sedikit ternganga, seperti mengundang untuk kemb
Read more
46. Gaun Pesta
Pantat sebelah masih terasa sedikit sakit ketika tadi menbentur lantai. Jesika berdiri dengan wajah cemberut lalu naik ke atas ranjang sambil memeluk bantal. Kemana Antonio? Pria itu sudah beranjak menuju balkon saat mendapatkan panggilan telepon dari seseorang.“Di mana kamu?”“Di rumah.”“Sial! kamu tidak hadir?”Antonio bergeming beberapa saat sampai kemudian matanya melebar sambil menaikkan dada. Tampaknya Antonio lupa kalau malam ini ada acara di sekolahnya dulu.“Ya, aku datang. Tunggu sebentar …” Atonio melihat arloji di pergalangan tangan masih menunjukkan pukul Sembilan kurang lima belas menit. “Acara juga belum dimulai, kan?”Setelah panggilan selesai, Antonio berbalik badan. Dia melihat sosok Jesika sudah berbarik dibalik selimut.“Apa dia sudah tidur?” gumam Antonio.Antonio meninggalkan balkon, menutup pintu kaca dan menutup tirai barulah beranjak mendekati ranjang. Kepala Antonio miring untuk memastikan kalau Jesika benar-benar sudah tidur.Antonio menarik badannya kemba
Read more
47. Menari Di Pesta
Sampai di tempat tujuan, Jesika merasa perutnya sedikit tidak nyaman. Dia menahan buang air kecil dan sekarang harus segera tersalurkan. Begitu turun dari mobil, Jesika memasang wajah bingung dan gelisah. Reaksi itu berhasil mengundang tatapan Antonio.“Kenapa kamu?”“Eum, maaf, boleh aku pergi ke toilet sebentar?”Antonio terdiam beberapa saat dengan ekspresi yang sulit ditebak. Berikutnya dia menatap Tian lalu memberi kode untuk mengantar ke belakang sementara dirinya masuk lebih dulu.Gedung sekolah ini sangat luas, sementara acara dilakukan di gedung aula dekat dengan gedung gor. Ruangan sangat luas karena acara juga berlangsung sampai ke luar pintu. Koridor juga terlihat dihiasi lampu malam dan beberapa meja berderet di dinding menyediakan makanan dan minuman.Jesika masuk ke dalam lalu segera membuang apa yang membuat perutnya merasa tidak nyaman. Benar-benar lega rasanya. Jesika meninggalkan toilet lalu keluar untuk bercermin sebentar di dekat wastafel. Dia memandang wajahnya y
Read more
48. Pelukan Rasa Takut
Wajah Antonio sudah dingin menatap Jesika yang masih tersnyum tipis sambil mengatur nafasnya. Rasanya lelah, tapi tarian tadi membuatnya terhibur. Sayangnya, rasa senang itu mendadak sirna ketika tatapan tajam Antonio terus menusuk. Sebuah tatapan yang berhasil menghilangkan senyum Jesika.Antonio masih belum berkata-kata, sejak dia mendengar beberapa orang memuji Jesika. setelah itu, dia menarik tangan Jesika menjauh dari sana, menuju sisi lain yang tidak terlalu ramai.Music kembali diputar berganti music DJ lagi.“Jadi Wanita itu sungguh istri Antonio?” tanya Selena pada Pamela.“Kurasa begitu.”Tidak jauh di belakang Montana mendengar percakapan itu.“Antonio sedang tidak main-main, kan? Wanita itu sungguh masih jauh dibawahku. Cih!”Di belakang, Montana tampak membuang mata jengah lalu berbalik pergi. Dia cukup dekat dengan Selena, tapi setelah Wanita itu kabur dari pernikahannya dengan Antonio, rasa dekat perlahan menjadi jauh. Apalagi dengan entenganya Wanita itu tiba-tiba munc
Read more
49. Ranjang Panas
Antonio masih mendekap tubuh Jesika dengan begitu erat. Tidak ada suara sama sekali, melainkan hanya nafas yang berderu yang Jesika dengar. Antonio memeluk dengan wajah terbenam di dada Jesika. pipi itu menempel tanpa penghalang yang artinya menyentuh kulit Jesika.Jesika hanya duduk terdiam di tepi ranjang, bersandar pada dinding ranjang. Dia sudah menelan saliva beberapa kali merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Mungkin sedang melompat-lompat.“Jantungmu berdegup cepat sekali?”“Eum, ha?” Jesika mendadak tergagap. Dia mana tahu kalau Antonio akan bertanya hal seperti itu.Antonio kembali menempelkan pipinya pada dada Jesika yang terhalang kain tipis piama. Sejenak dia terdiam, seperti tengah mendengar lebih jelas.“Kenapa jantungmu berdegup cepat sekali?”Dasar bodoh! Kenapa harus tanya seperti itu? apa pria ini tidak mengerti bagaimana aku sedang gugup?Jesika meringis kikuk lalu menggigit bibirny. Rasanya semakin menegang sekarang. Jesika ingin segera menyingkir, tapi kedua
Read more
50. Rasa Cemas Membuat Gemas
Tidak ada siapa pun di dalam kamar. Antonio mengedarkan pandangan, yang ia lihat hanya ranjang yang berantakan dengan selimut merosot hampir jatuh ke lantai. Antonio mendengar suara gemericik dari arah kamar mandi. Diamati beberapa detik, pintu itu memang tidak tertutyp rapat.“Aw!”Antonio spontan terkesiap. Kakinya sudah melangkah menuju kamar mandi.“Ada apa?” Antonio menymbulkan kepala ke dalam, membuat Jesika dengan cepat menutup tubuhnya sebisa mungkin dengan kedua tangannya.“Oh, maaf!” Antonio berbalik badan. Kedua matanya mengatup rapat dengan bibir meringis.Jesika buru-buru menyambar jubah handuk lalu memakainya.“Kamu baik-baik saja?” tanya Antonio tanpa menoleh.“Hm.” Jesika mengangguk.Antonio buru-buru pergi setelah mendengar jawaban Jesika yang katanya baik-baik saja. Sekarnag Jesika sudah mengenakan jubah handuknya dan kebetulan memang sudah selesai mandi. langkah Jesika sangat lambat dengan pandangan tertuju pada punggung Antonio. Namun, ketika langkah Antonio begitu
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status