All Chapters of Cinta Diamnya Sang CEO: Chapter 71 - Chapter 80

Hari-hari selanjutnya, Sagi semakin liar bergerak. Ia tidak peduli apakah Barella akan mengoceh setelahnya dan melotot seharian penuh. Hal-hal kecil seperti sentuhan—selama ada kesempatan—Sagi melakukannya.“Ke sana dikit!” Barella berteriak. Kesal setengah mati dengan tindakan Sagi yang terus memepet tubuhnya. Di lihat lebih jeli lagi, ukuran ranjang mereka tidaklah sempit—terlampau luas bahkan diisi dua orang sekali pun. Namun Sagi sungguh membuatnya jengkel.“Kenapa, sih?” balasnya bertanya. Tubuhnya belum beranjak menjauh dari memeluk Barella. “Aku kedinginan.” Alasan saja membuat Barella mendengkus.“Karepmu lah!”Tentu Sagi tersenyum puas sekali. Di balik punggung Barella dan kepalanya kian melesak masuk ke tengkuk istrinya.“Kamu tau, surga dan nerakanya istri ada di suami.”“Jangan ceramah.” Meski begitu Barella membenarkan. Ia ingat status yang sudah tidak lajang lagi. Melainkan memiliki pemimpin dan pembimbing.“Ck! Dikasih tau ngeyel.”Sagi eratkan pelukan pada tubuh Barell

Pulang-pulang dari rumah sakit, Sagi merasa harus terkejut. Cara kerja jantungnya meningkat dadakan. Tidak bisa di samakan dengan apapun ketika bibirnya bertubrukan dengan milik Barella. Inisiatif tanpa rencana seperti ini patutnya ada pengaruh dari pasutri Radit-Senja.“Ayo bikin aku hamil.”Begitu saja Sagi tercengang. Mulutnya menganga sedang Barella pergi entah ke mana. Istrinya itu—doa Sagi—semoga tidak tertempel setan yang membuat otaknya berpindah tempat.Lalu, ketika ucapan yang Barella lontarkan adalah candaan semata. Fakta mengejutkan menghampiri di kala mentari tergelincir ke peraduannya. Sagi ingat, jarum jam pendek belum di angka tujuh tepat, tapi Barella berdandan dengan sangat cantik. Pakaiannya juga minim menambah keseksian. Ingin dirinya katai bahwa itu bahan belum jadi yang terjual dengan nominal mahal. Sayangnya juga, itu lingerie seksi yang melekukkan setiap inci tubuhnya.“Katanya aku harus hamil. Dan kamu mau di panggil Papi.”Demi kepiting merah yang sinting! Wa

Ayana datang ke sekolah Naomi bukan sekadar datang saja. Ada yang ingin wanita hamil itu sampaikan terhadap putrinya perihal Maha dan Pulung yang kembali akur.Namun, seperti yang telah di saksikan oleh mata kepalanya sendiri, Naomi terlihat baik-baik saja dan Ayana merasa lega sekarang. Setidaknya, di masa-mas tersulit yang harus Naomi lewati, ada Samudera yang menjadi pendukungnya. Dan tidak tahu mengapa, Ayana ingin mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada Samudera. Bahwa telah bersedia ada di sisi putrinya dalam kondisi yang terburuk sekali pun.Walau begitu, tetap saja rasanya campur aduk. Nano-nano dan tak bisa di jelaskan dengan kata-kata. Lebih dari itu semua, ada kenangan masa lalu yang menyusup masuk ke dalam memorinya.Teruntuk orang-orang yang mengetahui seberapa buruknya sisi dari diri kita tapi masih mau bertahan, maka pertahankanlah.Teruntuk orang-orang yang bisa mengerti keadaan kita sekali pun mulut kita tidak bersuara, maka pertahankanlah.Teruntuk orang-orang ya

Pagi ini, sudah Naomi mantapkan hati untuk bertanya pada Samudera.Semalam, obrolan dengan mama dan papanya cukup menguras tenaga. Lantaran berakhir dengan banyolan yang unik. Naomi jadi tahu kenapa papanya sangat tergila-gila pada mamanya. Di samping sebagai wanita idaman yang papanya pilih. Mamanya memang memiliki selera high dalam menghibur keluarga. Cara meleburkan diri mamanya sungguh patut untuk Naomi contoh.“Kamu bawa bekal?”Ah, sekarang mereka berangkatnya barengan. Karena kost Samudera persis di samping rumah Naomi. Sesekali, mamanya akan mengajak Samudera untuk sarapan atau makan malam bersama. Yang kalau boleh Naomi katakan, ini mirip makan malam dua keluarga. Di mana Naomi dan Samudera menjalin hubungan yang lebih serius, semacam pernikahan misalnya.Aigoo, otak Naomi traveling ke mana-mana. Makan masih minta orangtua, tapi Naomi sudah membayangkan hal-hal seunik ini. Mau jadi apa dirinya kelak.Tapi, menikah dengan orang yang kita cintai itu termasuk cita-cita, kan?Kar

"Bisa saja, perempuan jadi ngambek karena dirimu kurang peka. Karena terlalu sibuk, jadinya kurang peka. Sehingga dia memilih diam dan tak bicara, atau mengurangi berkata-kata. Mungkin malas, mungkin juga marah. Karena merasa dirimu tak memahaminya.“Sebenarnya dia cuma butuh pengertian darimu, karena dirimu tempatnya bersandar. Maka, biarkan dia mengatakan segala hal yang ingin di curakan. Maka berikan dia ruang untuk berkeluh kesah. Daripada menyimpan masalah. Sebab, jika dirimu saja tak menyediakan tempat, bisa-bisanya kepada orang lain dia mencurahkan.“Ketika perempuan sudah ngambek, maka biasanya dia akan diam. Dia akan cuek kepadamu. Maka jangan biarkan begitu saja. Meski sehari dua hari dia kembali seperti biasa lagi. Tetap jadi pasangan yang romantic untuk menghibur dan menenangkannya. Sebab, kebersamaan yang harmonis itu di dasari oleh sikap yang lembut dan manis.“Karena itu, jangan pernah biarkan perempuan ngambek dengan cara diam atau cuek saja. Sebab bisa saja dia sedang