Semua Bab Pesona Istri Yang Disia-siakan: Bab 31 - Bab 40
68 Bab
31
Viktor berjalan ke hadapan Neta perlahan. Gadis itu terbelalak kala dugaannya benar."Gimana? Masakannya enak?" Viktor mengulangi pertanyaannya.Latifa melihat Neta hanya diam saja memilih menjawab pertanyaan Viktor dengan pertanyaan kembali."Kamu yang masak memang makanan di kantin kantor ini?""Apakah aku terlihat seperti pria yang pandai mencuri hati wanita dengan cita rasa masakan yang ku buat?"Viktor tertawa garing kemudian pandangan matanya kembali fokus menatap Neta gadis yang mencuri hatinya dari pertama kali berjumpa."Rasa masakan ini biasa saja. Bahkan menurutku rasanya lebih enak masakan yang biasa mengisi menu hidangan di kantin kantor ini," ungkap Neta. Gadis itu sengaja mengutarakan ungkapan sebaliknya dari rasa yang sebenarnya ada pada hidangan makan siang kali ini."Iya kan, Mbak Han, Mbak Ifa?"Neta meminta pembelaan dari ke dua sahabatnya itu.Latifa hanya tersenyum kuda menanggapi pertanyaan Neta. Wanita itu bingung hendak menanggapi apa. Dari nada bicara Neta gad
Baca selengkapnya
32
"Mengapa, Kamu tidak mengantar ini, ke ruangan saya sebelum istirahat makan tadi, hemm?" Fadil mengambil sebuah map berwarna hitam di meja Latifa.'Huh ... gue kira mau ngapain, Dia,' gumam Latifa.Pikirannya sudah dipenuhi rasa takut kala tubuh Fadil makin mendekat padanya.Fadil yang melihat Latifa tidak lekas merespon pertanyaannya itu kembali melontarkan ucapannya," memang apa yang sebenarnya sedang, Kamu pikirkan?"Fadil melihat sekretarisnya saat ini sedang tidak fokus. Pria itu tidak menyadari, sekretarisnya itu menjadi gagal fokus sebenarnya karena ulahnya juga."Maaf, Pak. Saya tadi sudah akan mengantar ke ruangan, Anda. Tapi tadi sebelum istirahat ada yang menghampiri saya kemari untuk pergi ke kantin kantor. Saya jadi lupa dengan map hitam itu," jawab Latifa, apa adanya."Nanti aku belikan, Kamu suplemen otak supaya tidak mudah lupa, " sindir Fadil. Pria itu kemudian kembali keluar dari ruangan Latifa.Sejujurnya Fadil tadi hampir khilaf mengecup bibir Latifa. Beruntung k
Baca selengkapnya
33
"Kita baru bertemu lagi juga," ungkap Fadil."Langsung sebagai sekretaris dan CEO?" Viktor penasaran dengan kedekatan mereka sehingga memilih langsung menanyakannya."Tidak. Dia baru sebulan terakhir menjadi sekretaris gue. Sodara ipar, Lo sendiri yang kemarin menjadi sekretaris, gue," jawab Fadil. Ia menjelaskan sedetail mungkin supaya Viktor tidak menaruh curiga mengenai perhatiannya yang kadang tanpa sadar suka berlebihan pada Latifa.Perasaan memang tidak bisa di bohongi. Kadang gerak tubuh tidak di rasa memberikan respon lebih pada orang yang selalu di hati."Oh ... isu yang gue denger dia sudah berkeluarga, bukan?""Cepet banget, Lo tahu info tentang Latifa, Tor! Jangan bilang awalnya, Lo jadikan dia target, Lo juga!""Masih nethink aja, sih Bos. Gue udah insaf kali. Gue lagi nyari belahan jiwa gue yang sesungguhnya ini," ungkap Viktor."Cih ... Belahan jiwa apa belahan dada," umpat fadil pada Viktor. Fadil melihat Viktor tengah tak berkedip mata kala melihat wanita sexi yang b
Baca selengkapnya
34
"Saya ingin tahu siapa wanita yang mengisi hati Fadil saat ini," ungkap Julia.Kemudian ia mengambil sebuah kartu nama dari slim bag hitam miliknya."Nona Juli," ucap Viktor."Jangan lupa, hubungi saya segera,"tutur Julia pada Viktor.Wanita sexi itu lalu melenggang pergi meninggalkan Viktor, yang masih ternganga terpesona melihat body sexi Julia.Viktor tidak menyangka begitu mudah mendapatkan nomor kontak wanita sexi itu. Meski hanya menjadi seorang mata-mata. Nyatanya Viktor cukup senang karena menjadi punya selingan hiburan di sela kesibukannya bekerja.Ya, kebiasaan Viktor yang tergoda dengan para wanita sexi sebenarnya hanya untuk hiburan semata. Pria itu pernah mendengar cerita bahwa kebiasaannya itu akan hilang jika ia menemukan belahan jiwa yang sesungguhnya.Di meja kerja Neta ketika dirinya kembali dari toilet bersama Hana. Ia di kejutkan dengan box bento yang ada di mejanya."Mbak, ini dari, Kamu?" tanya Neta pada Hana.Hana mengedikan bahu sebagai jawaban bukan darinya.
Baca selengkapnya
35
Saat ini Latifa sudah berada di rumah. Setelah membersihkan diri wanita itu merebahkan tubuh di atas pulau kapuk faforitnya."Jarang sekali bisa pulang tepat waktu seperti ini. Hemm ... nyamannya."Tubuh Latifa terlungkup, kedua tangan Latifa ia gerakan ke atas ke bawah sebagai bentuk ekspresi kebahagiaanya. Semenjak menjadi seorang sekretaris Fadil, Latifa memang jarang bisa pulang sore tepat waktu seperti hari ini.Tidak lama ketika sedang asik menikmati waktu sendirinya. Pintu kamar Latifa diketuk dari luar.Tok ... tokk ...."Bunda! Kami boleh masuk?"Adam memberitakan keberadaannya kemudian membuka pintu kamar."Ndaaa ...."Deja putri Latifa yang sudah bisa berjalan itu berlari menghampiri bundanya.Latifa lekas mengubah posisi tidurnya dari telungkup menjadi terlentang guna meyambut kedatangan kedua anaknya."Hari ini nakal tidak sama uti?" tanya Latifa pada Deja.Meskipun putrinya itu belum lancar bicara, Latifa selalu senang mengajaknya berbicara untuk merangsang indera penge
Baca selengkapnya
36
"Latifa angkat panggilanku!"seru Harsa.Pria itu mengirim notifikasi pesan kala panggilan vidio yang ia lakukan tidak Latifa angkat. "Aku, sedang malas lihat, Kamu,"balas Latifa. Ia berterus terang, memang sedang tidak ingin bertatapan langsung dengan Harsa."Ok ... aku lakukan panggilan biasa kalau begitu." Harsa kemudian langsung mengalihkan notifikasi pada panggilan suara saja. Pria itu seolah tidak menyerah berusaha berbicara pada wanitanya."Hemm ...!"sapa Latifa. Meski sedang malas pada lelakinya itu, Latifa tetap mengangkat panggilan suara dari Harsa."Assalamualaikum,"ucap Harsa. Pria itu sengaja mengucap salam terlebih dahulu, tentu bukan bermaksud mengabaikan sapaan sang istri yang terdengar abstrak ditelinganya."Iya ... waalaikumsalam, Mas. Ada apa? Jika tidak ada yang penting untuk dibahas. Aku mau istirahat," sela Latifa. Wanita itu seakan memasang dinding pembatas antara dirinya dan Harsa.Latifa kesal pada Harsa sebab Harsa terlihat belum sungguh-sungguh akan berubah.
Baca selengkapnya
37
"Jadi Kamu tinggal di sini?"Saat ini Viktor telah sampai di sebuah parkiran apartemen. Neta awalnya ingin meminta Viktor menurunkannya di pinggir jalan depan apartemen saja. Namun, karena khawatir Viktor yang telah menolongnya tersinggung dengan permintaanya, akhirnya gadis itu memilih membiarkan Viktor masuk sampai parkiran. 'Ini serius dia nggak minta gue mampir?' gumam Viktor.Sedang Neta yang hendak membuka pintu mobil menjadi serba salah sendiri pasalnya masih merasa tidak menyangka pria yang ia benci malam ini justru menolongnya."Sekali lagi makasih, ya,"ucap Neta.Brug ....Gadis itu berhasil keluar dari mobil Viktor setelah mengucapkan terima kasih kembali.Viktor ikut keluar mobil untuk berpamitan dengan Neta."Gue nggak mampir, ya. Udah larut," tutur Viktor.Pria itu sebenarnya ingin menyindir Neta yang tidak menawarkan dirinya singgah."Eh, iya K-Kak ... sudah larut."Viktor ikut tersenyum kikuk," aku pulang dulu.""Hati-hati di jalan, Kak."Viktor mengangguk kemudian m
Baca selengkapnya
38
Beberapa kali Neta melakukan panggilan pada Viktor. Namun, tidak mendapati jawaban dari pria itu. Pada akhirnya Neta memutuskan mengirim notifikasi pesan.Menjelang jam istirahat makan siang Neta pergi ke toilet terlebih dahulu untuk memastikan wajahnya kembali fresh sebelum pergi dari ruang kerjanya.Ketika kembali dari toilet Neta mendapati sebuah box bento yang sama dengan waktu itu berada di atas meja bersama remote motornya."Selamat menikmati cantik. Maaf tidak sempat angkat telepon, Kamu."Neta menghampiri Hana menanyakan siapa yang menaruh box bento di sana, meski dirinya sudah menebak Viktor pelakunya. Gadis itu seakan ingin mencari kepastian dari jawaban Hana yang berada di lokasi ketika box bento itu dihantarkan ke mejanya."Mbak Han!"seru Neta, agak berbisik.Seolah paham arah pertanyaan Neta kemana. Hana langsung menjawabnya."Tadi pria itu bilangnya balikin remote motor, Kamu yang semalam pecah ban."Neta memang baru bercerita pada Latifa, belum menceritakan tentang Vikt
Baca selengkapnya
39
Sore hari Latifa mengikuti perintah Fadil atasannya untuk menunggunya kembali terlebih dahulu dari kantor.Beruntung pria tampan itu datang selang sebentar saja dari jam pulang kantor."Kamu, di mana?"tanya Fadil pada panggilan teleponnya untuk Latifa.Latifa saat ini masih berada di ruangannya, merapikan berkas yang akan di tinggalkannya.Beruntung meski ditinggal Fadil keluar kota pekerjaan yang ia handle selesai sesuai jadual sehingga sore ini dirinya tidak perlu kerja lembur sampai larut malam lagi.Dengan langkah tergesa Fadil mencari keberadaan Latifa. Paper bag kecil berwarna coklat tidak lupa ia bawa sebagai hadiah untuk wanita yang ia suka itu.Tok ... tok ... tok ....Pintu terbuka dari dalam ruangan sebab bersamaan dengan Latifa yang akan keluar dari ruangan itu.Ceklek ..."Selamat, Mas. Keren memang tender lagi.""Terima kasih, Ifa. Pulang saya antar, ya,"ucap Fadil, meminta izin.Hadiah yang tadi ia akan berikan pada Latifa urung ia berikan sore ini. Pria itu menyimpanny
Baca selengkapnya
40
"Tapi aku cuma di rumah saja lho, Mas paling keluar kamarnya," ungkap Latifa. "Iya, Sayang aku tahu. Pakai blazer paling tidak, ya sama jilbab instan. Antisipasi ada tamu dadakan berkunjung ke rumah ortu, kamu juga." Harsa dengan sabar mengingatkan Latifa. Pria itu merasa memiliki hak akan Latifa yang masih sah menjadi istrinya itu."Iya! Nanti pakai blazer dan jilbab instan pas keluar kamar," ungkap Latifa.Wanita itu menjawab dengan nad ketusnya. Meski demikian Latifa bahagia sebab Harsa masih perduli padanya.'Ulang tahun nanti mau kado, apa?"tanya Harsa pada Latifa."Bertanya? Memang punya uang?"Latifa menjawab dengan nada setengah mengejek. Ia tahu keadaan keuangan suaminya masih belum pulih sehingga dirinya tak pernah membahas perihal yang terbilang sensitif itu."Siapa tahu rejeki istri Sholehah ku bagus?" Harsa terkekeh. Ia tahu pertanyaan Latifa tadi bukan bermaksud mengejek keadaanya meski sangat jelas terdengar seperti sindiran untuknya."Aku nggak ada permintaan, Mas sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status