All Chapters of Pesona Istri Yang Disia-siakan: Chapter 51 - Chapter 60
68 Chapters
51
Suasana hati Latifa ketika pulang dari kantor cukup baik. Sahabat Latifa hari ini memperlakukan wanita itu dengan begitu manis. Hana dan Neta selain ikut memberikan kejutan kecil ketika dirinya tiba di ruang kerja tadi. Mereka berdua juga menyiapkan kado berupa tas yang sudah lama Latifa inginkan. Hana yang pandai memasak bahkan membuatkan makanan favorit Latifa 'Chika spicy' dengan tangannya sendiri sembari menahan pinggang yang pegal ulah perutnya yang semakin membuncit. Wanita itu mungkin bukan depan sudah akan cuti melahirkan dari kantor.Fadil sebagai bos juga hari ini memberikan pekerjaan yang tidak sebanyak hari biasanya pada Latifa. Sehingga Latifa hari ini cukup bisa menikmati peringatan hari lahirnya dengan baik tanpa harus melakukan over time."Tumben nggak lembur, Mbak?"Galih menyapa Latifa kala sang kakak baru saja masuk ke dalam mobilnya. "Mungkin karena hari ini spesial, jadi hari ini nggak di suruh lembur."Latifa sengaja menjawab dengan kalimat sindiran pada sang
Read more
52
"Kamu bercanda, Mas kasih kado ultah saya seperti ini?"Latifa meletakkan kembali kotak kado pemberian Fadil di atas meja kerja Fadil.Flash back on.Latifa kembali mencari keberadaan sang adik untuk memastikan. Meski kemungkinan kado itu dari siapa sudah jelas dalam benak Latifa. Wanita itu nyatanya ingin mendengar penjelasan langsung dari mulut sang adik yang membawa kado mewah itu untuknya."Galih kenapa tidak tolak kado itu," tegur Latifa pada sang adik. Latifa menemukan keberadaan sang adik tengah bersama kedua anaknya di taman bekalang rumah. Meski berada di belakang rumah. Penerangan di sana cukup terang sehingga membuat anggota keluarga cukup nyaman, yang ingin sekedar bercengkrama di sana.Galih mendekati sang kakak guna memastikan benda yang dimaksud Latifa," ohh, itu. aku kira pria tampan itu rekan kerja kakak. Jadi ku terima saja."Galih kembali asik dengan keseruannya bersama kedua keponakannya. Latifa sendiri usai mendengar jawaban santai sang adik memilih kembali ke k
Read more
53
Latifa mendapat kabar nanangnya di Bali meninggal semalam. Latifa tidak bisa pergi ke Bali, sebab belum mendapat jatah cuti dari perusahaan tempat dirinya bekerja, yang belum ada satu tahun itu.Latifa meminta ijin pada Harsa untuk mendoakan sang nanang dari kejauhan. Harsa tentu tidak bisa melakukan banyak hal, selain menyetujui usulan Latifa, pasalnya ia juga tidak bisa membiarkan Latifa dan anak-anaknya berangkat ke Bali tanpa pendampingan dirinya."Emak sama Bapak tidak ke sana tidak mengapa kan, Nduk?" Emak Rodiah memastikan keputusan mereka sebagai orang tua sekaligus mertua dari Harsa sudah disetujui sang anak."Iya, Mak. Yang terpenting doanya. Mas Harsa dan keluarganya di sana pasti bisa menghandle sendiri," jawab Latifa.Wanita itu kemudian mencium punggung tangan sang emak, sebelum berangkat kerja bersama Galih yang kebetulan hari ini ada kelas presentasi di kampusnya.Galih tak banyak bertanya atau sekedar mengobrol seperti biasa menyadari sang kakak butuh ruang sendiri s
Read more
54
Latifa masih mengekor Fadil sampai pria itu tiba di depan ruangannya. Handle pintu pada pintu menjulang tinggi itu akhirnya ia lepaskan kembali, berbalik badan mengarah pada wanita yang dicintainya."Mau bicara di sini atau di dalam?" tanya Fadil. Pria itu seolah tahu yang Latifa butuhkan saat ini adalah waktu untuk dirinya bernegosiasi atas permintaannya untuk menemani perjalanan bisnis menggantikan Dimas besok.Orang tua Dimas di kampung masuk rumah sakit tadi malam, membuat laki-laki itu langsung mengajukan cuti guna menjenguknya.Latifa ingin berbicara di luar ruangan. Namun, khawatir akan ada yang mendengar obrolan lebih tepatnya mengetahui cinta bertepuk sebelah tangan Fadil."Tidak ingin ke duanya? Mau bicara di luar kantor sambil sarapan?" tanya Fadil lagi, kala melihat Latifa tak bergeming."Anda cenayang, ya Pak? Tapi saya sudah sarapan tadi di rumah." Latifa menjawab sambil memilin kedua jari telunjuknya. Terlihat begitu menggemaskan di mata Fadil saat ini." Kamu bisa minu
Read more
55
Di Bali pemakaman nanang Harsa berjalan lancar. Banyak tetangga juga sanak saudara yang hadir menanyakan keberadaan Latifa sebagai istri Harsa yang tidak ikut mendampingi Harsa di titik terendahnya dalam hidup saat ini. Bagaimana tidak? Dalam satu tahun Harsa sudah kehilangan dua orang sekaligus orang yang disayangi, kedua orang tuanya. Yang lebih menyedihkan lagi di kepergian nanangnya ini, Harsa tidak didampingi keluarga kecilnya sebab alasan tertentu. Mereka yang tidak tahu kondisi Harsa saat ini banyak yang ber-desas desus mengatakan rumah tangganya dengan sang istri sudah berakhir.Salah satu kakak dari nanangnya mendekat pada Harsa. Wanita paruh baya itu hendak mencari tahu tentang keberadaan Latifa yang tidak turut hadir di antara mereka," ke mana istri Kamu Harsa? Apakah kalian sudah sungguh telah berpisah?"Wanita paruh baya itu memang terbiasa blak-blakan saat berbicara. Apalagi sedari dirinya hadir di rumah duka, ramai terdengar samar pada indera pendengarannya membah
Read more
56
Tujuh hari kepergian sang nanang Harsa berlalu. Pagi ini Dewi masih berada di rumah itu membersamai sang kakak merapikan segala hal. " Mas, setelah ini Kamu akan tetap tinggal di sini, kan? Aku nggak mungkin bisa tinggal di rumah ini, Mas. Mas Dito tidak mungkin mau meninggalkan bapaknya yang sudah sepuh itu, guna pindah ke sini. Kamu tahulah sendiri adiknya itu meski perempuan, ia masih belum dewasa. Belum bisa dipercaya untuk mengurus rumah juga bapaknya dalam sekali waktu."Dewi terlihat sedang menyusun kembali perabotan ke dalam almari usai menanyakan itu pada sang kakak."Apa menurut Kamu? Mbak Kamu Latifa bakal mau tinggal di sini lagi, Wi? Sampai detik ini saja, dia selalu menghindar jika aku bahas perkara balik lagi ke sini," jawab Harsa.Harsa memberhentikan aktifitasnya menyapu lantai kala menjawab pertanyaan sang adik. Kini ia memilih lanjutkan lagi ketika sang adik tak kunjung memberi jawaban.Mereka tinggal di Bali memang tanpa asisten rumah tangga. Hanya pegawai rewa
Read more
57
"Mbak kita serius satu mobil dengan pak Fadil, berangkat ke Bandung?" tanya Neta pada Latifa.Ya selain tim yang terdiri dari lima orang, satu orang tambahan yang Latifa minta pada Fadil untuk menemani perjalanan bisnis kali ini adalah Neta."Kita tunggu pak Fadil saja, ya," jawab Latifa." Kalo mobil tim masih bisa bawa, enak ikut mereka Mbak. Aku, kok horor mau ikut mobil pak Bos," ungkap Neta, lagi. Gadis itu terlalu polos, sehingga mudah baginya mengucapkan itu.Latifa hanya tersenyum tipis menanggapi ungkapan polos sahabatnya. Tidak lama kemudian mobil Fadil tiba , kali ini Fadil duduk di balik kemudi. Padahal bisa saja pria itu pergi bersama sopir kantor. Namun, entah mengapa tidak pria itu lakukan.Fadil memberi kode pada Latifa untuk masuk ke mobil yang di kendarainya. Latifa patuh hendak membawa Neta bersamanya masuk ke dalam mobil Fadil, akan tetapi gadis itu tersenyum sedikit dipaksakan sambil menahan langkahnya. Memberitakan mobil satu lagi sudah terlihat dari arah b
Read more
58
"Ini rumah ku, em maksudnya rumah ke dua almarhum orang tuaku," kata Harsa.Pria itu mengajak Adhira berkunjung ke rumah.Dari arah pintu utama rumah keluar Dewi, wanita itu ingin tahu ada suara siapa di depan rumahnya yang terdengar cukup jelas ada yang datang dari dalam rumah."Siapa Mas?"Tanpa basa basi Dewi bertanya pada Harsa."Eh, iya Wi ... Kenalin ini Adhira istri almarhum teman Mas.""Adhira, kenalkan ini adik kandungku Dewi."Usai Harsa saling mengenal kan. Dewi juga Adhira mengulurkan tangan kanan mereka untuk saling berjabat."Almarhum teman Mas di Bali? Yang mana?"Dewi terlihat berfikir. Mencoba mengingat teman kakaknya yang ada di Bali. Setahu dewi, dahulu kakaknya ini jika punya teman akrab selalu diajak berkunjung ke rumah. Sehingga wanita itu sampai berfikir wanita yg kakaknya akui sebagai istri almarhum temannya yg diajak berkunjung ke rumah ini dahulunya pasti memiliki hubungan cukup dekat dengan sang kakak."Ingat Hadi?" tanya Harsa pada Dewi.Sang adik yang dit
Read more
59
"Kalian makan siang tanpa menunggu kami?" Celetuk Fadil, yang mampu membius aktifitas makan siang anggota tim nya.Anggota tim yang tadi terdengar tertawa cekikikan sambil menikmati kudapan pun menjadi mati kutu, sebab kehadiran Fadil.Mereka berdiri serempak sambil membungkukkan badan. Belum ada yang berani buka suara meski hanya sekedar mengucapkan permohonan maaf.Latifa yang menyadari situasi canggung di antara mereka tertawa kecil kemudian berkata," kita bisa ikut menyusul makan siang sekarang, Pak!"Anggota tim yang tadi membungkuk pun menegakkan badan kembali. Salah satu dari mereka, yang tak lain merupakan ketua tim buka suara ," mohon maaf, Pak. Kami mengira tadi Anda dengan bu Latifa hendak pergi makan siang di luar".Ketua tim itu memperlihatkan kudapan makan siang mereka yang kondisinya sudah hampir bersih di setiap piring sajinya.Fadil memutar bola mata malas kala melihat keadaan yang ada. Latifa yang menyadari itu bergegas mengalihkan fokus mereka." Kita bisa makan sto
Read more
60
"Ada apa ini?"Harsa bertanya kepada orang-orang yang ramai mengerumuni Dewi sang adik."Siapa perempuan tadi, Harsa ?" tanya salah satu wanita paruh baya yang berada di antara kerumunan itu cukup kasar.Ya kerumunan itu memang di dominasi wanita paruh baya yang memang bergosip menjadi hobi keseharian mereka. "Iya Bli! Siapa perempuan tadi?" Wanita paruh baya lainya, ikut saling bersahutan mencecar Harsa dengan pertanyaan, usai salah satu di antara mereka melontarkan pertanyaan pada Harsa."Itu teman Mas Harsa Buk, mohon maaf kami mau istirahat dahulu, ya!" Dewi menarik sang kakak dari kerumunan wanita paruh baya untuk masuk ke dalam rumah.Tidak lupa dengan sigap Dewi menutup rapat pintu rumah, kemudian menguncinya dari dalam.Suara sorakan, sebagai bentuk protes pun terdengar riuh di luar pintu. Mereka tidak terima dengan sikap Dewi yang tidak mau memberitakan hal yang ingin mereka ketahui.Lagi pula Dewi tidak memiliki keharusan menceritakan apapun kepada ibu-ibu rumpi berkedok
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status